Senin, 12 Maret 2012

Sukses bukanlah MahaKarya sendiri.. Tapi.... Juga mereka.

Dalam hidup ini, kita memang telah memaksimalkan segala potensi yang kita miliki dengan merancangnya penuh pertimbangan, keuletan, usaha dan kerja keras yang telah kita bangun dengan tetesan peluh keringat yang mengalir deras disetiap waktu, pun juga pengorbanan materi yang tidak terhitung jumlahnya. Sejak dahulunya langkah-langkah kecil kita bangun dengan harapan kita bisa sampai pada apa yang kita ingin gapai dalam hidup ini. Kita memang telah mengayuh langkah sedemikian rupa hingga sampailah dipuncak pencarian yang selama ini kita mencarinya yaitu kesuksesan yang hari ini kita bisa merasakan kemanisannya. Memenuhi segala impian masa lalu sudah kita tunaikan. Dan hari ini kita menikmatinya dengan kehidupan yang menabjubkan.
Boleh saja hari ini kita menikmatinya dengan sepenuh hati karena memang kita telah berusaha secara maksimal untuk meraihnya. Namun, sungguh keberhasilan ini tidak kita raih oleh tangan sendiri tanpa peran serta orang lain. Kita seyogyanya berhasil karena campur tangan orang lain yang telah memberikan warna terindah bagi pencapaian kesuksesan kita saat ini, baik itu secara langsung maupun secara tidak langsung. Kita sadari ataupun tidak kita sadari akan keberadaannya, tetap saja ada peran orang lain yang telah membantu langkah kita guna mencapai impian hidup.

Tidak heran jika kita memang seharusnya bertanya kepada diri sendiri, “Jika saya sudah meraih apa yang saya inginkan, lantas saya akan mengarahkannya untuk apa dan kepada siapa?” Untuk diri sendiri? Tentu saja bukan semata-mata sebatas pemenuhan hasrat diri saja, kita sadari betul bahwa kita tidak bisa hidup tanpa kehadiran orang lain. Oleh karenanya kita dituntut untuk berbagi kepada kehidupan orang lain, teruntuk kehidupan ini sebatas apa yang bisa kita usahakan dalam menghadirkan warna kehidupan penuh kebersamaan dengan sentuhan cita rasa yang mengagumkan penuh ketulus ikhlasan.

    Dalam keseharian hidup ini, Mungkin kita pernah menemukan orang yang telah berhasil dan mendapatkan ragam kesuksesan didalam hidupnya. Namun hanya karena kesombongan atas apa yang telah diraihnya, bukannya mendapatkan penghormatan dari orang lain, justru yang didapatkannya adalah cibiran dan makian bahkan hujatan yang didalamnya terbersit doa agar kita menjadi seorang yang lumpuh dalam kubangan penderitaan, seperti misalnya ungkapan yang seringkali terdengarkan dalam keseharian, “Dasar sombong, baru dapat itu sudah lupa diri, apalagi dapat yang lebih lagi...” Atau juga mungkin ungkapan ketus bernada sinis, “Dasar Sombong, semoga saja…. Bla-bala-bla”. Tidak heran jika diberikan label “sombong” ataupun istilah yang biasa kita dengar sehari-hari, “Kacang lupa kulitnya.” Tentu tidak ada seorangpun diantara kita yang mengharapkan orang-orang yang ada disekitar kita menjauh begitu saja hanya karena kita memiliki kelebihan dibandingkan mereka.

    Sesungguhnya kita tahu betul, semua orang menginginkan dirinya agar selalu dikenang sepanjang masa oleh orang lain, dimasa tua ataupun sepeninggalnya dari kehidupan yang fana ini. Tentu impian yang demikian itu tidak akan pernah terlaksana, dan mendapatkannya tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan atau sekedar ucapan bim salabim adabra kadabra. Semua itu akan terlaksana jika kita telah mampu menorehkan ragam kebaktian kepada orang lain, berbagi kebahagiaan dengan orang lain, menuntun orang yang lemah yang sangat membutuhkan pertolongan dalam hidupnya dan ragam kebaikan lainnya sebagai suatu kebaktian.

Tidak mudah memang, namun karena kegigihan, semua itu akan menjadi kenyataan dan tidak kita pungkiri suatu waktu nanti indah terasa disaat pencapaian itu menuai hasil sebagaimana mestinya. Kebanyakan mereka yang sukses menutup akses dengan orang-orang yang terlihat dibawah level mereka. Dan hanya mengingikan pergaulan dengan orang-orang yang memiliki kesuksesan sama seperti dirinya. Tentu saja kesuksesan semacam ini telah membutakan mata bathin kita untuk bisa berjiwa teduh kepada kehidupan ini, mengayomi sesame serta berbagi kebahagiaan bersama dalam rajutan tali kasih sayang kepada sesame manusia.

Hal ini mengingatkan kita bahwa betatapapun banyak orang yang menginginkan keberhasilan dalam hidupnya, namun hanya sedikit diantara mereka yang nantinya akan menggunakan keberhasilannya untuk orang lain. Sederhananya, sedikit orang yang masih bisa berbaur dengan kehidupan orang yang lemah dan tak berdaya, hanya sebagian yang mencapai kesuksesan yang sesungguhnya, yaitu kesuksesan dalam meraih impian dalam hidupnya dan kesuksesan diri dalam menggelincirkan sikap sombong serta kungkungan kemelekatan ego dalam diri yang terus menginginkan untuk diikuti.

    Jika kita sudah meraih sesuatu yang pernah kita impikan dan harapkan dalam kehidupan, tentu saja perolehan keberhasilan dan kesuksesan itu akan bisa kita nikmati sendiri. Namun kiranya tak ada artinya perolehan itu tanpa kita bagikan kepada orang lain sebagai tanda bahwa kita ingin membalas jasa sebagaimana mereka dahulunya telah ikhlas mengantarkan kita kepada kehidupan sekarang. Bukankah kebermaknaan kesuksesan yang saat ini kita rasakan akan sangat menabjubkan jika orang lain bisa mencicipinya juga? Bukankah kita juga telah berhutang budi dari mereka yang telah rela memberikan sesuatu yang kita butuhkan dahulunya, dan semua itu telah mengantarkan kita pada pencapaian atas apa yang kita inginkan dihari ini dan saat ini juga?


Cobalah untuk kita renungkan bersama. Inti dari sebuah kesuksesan bukan karena kita telah berada dipuncak tertinggi kehdiupan ini lantas melupakan orang lain yang ada disekitar kehidupan kita sehari-hari, namun sesungguhnya kesuksesan itu benar-benar menampak nyata ketika kita telah mampu menjadikan kesuksesan hari ini sebagai batu loncatan untuk meraih kesuksesan yang lebih membahagiakan diri dihari esok yaitu ketika kita telah mampu membantu orang lain dan menginspirasinya agar bisa melangkah bersama menuju puncak kehidupan ini, dengan demikian kebahagiaan tidak hanya teruntuk diri sendiri namun juga untuk kehidupan orang lain. Dan disaat keyakinan demikian itu terbuka serta mendorong diri berbagi bersama, maka pintu-pintu Kasih Tuhan terbuka dengan lapang, menyambut kebaktian dan kesuksesan yang sesungguhnya. Keep Spirit For Our Life Better.

Salam Satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk menggapai hidup bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar