Rabu, 14 Maret 2012

JANGAN cuma berkoar-koar diatas MIMBAR donk...


Seorang Ayah tiba-tiba marah besar kepada anaknya yang tertangkap basah main kartu domino dibalai RW bersama teman-teman sepergaulannya. Tanpa pikir panjang, Sang Ayah, Sebut saja namanya Pak Umary, mengomel ba-bi-bu dengan nada suara yang sangat keras sekali hingga membuat warga sekitar datang ketempat kejadian melihat peristiwa apa yang sebenarnya sedang terjadi.

“Afiiiieed… Kamu sudah tidak mendengar Nasihat Ayah lagi yach!?!? Sudah berapakali Ayah menasihatimu, tapi kamu tidak kapok juga. Apa sich sebenarnya maumu? Dasar anak kurang Ajar…!!!”

Dengan Tenang Sang Anak menjawab, “Ayah saja dinasihati sama Ibu agar BERHENTI merokok, tapi Ayah nggak pernah mau mendengar nasihatnya ibu tuch. Kata dokter, Kalau MEROKOK sudah pasti merusak kesehatan, tapi mana ada main kartu merusak Kesehatan. Benar gak teman-teman…!? Dasar Ayah kurang belajar” Tanpa merasa berdosa sedikitpun, sang anak melanjutkan permainannya tanpa sedikitpun menghiaraukan apa yang dipesankan ayahnya.

Sahabat Pembaca yang budiman yang begitu baik hatinya. Cerita diatas hanyalah FIKTIF belaka dan benar-benar REKAYASA. Jika ada kesamaan tokoh, nama, tempat dan peritiwa dalam cerita, kesemuanya itu hanyalah sebuah kebetulan belaka karena memang sengaja direkayasa untuk suatu kepentingan lelucon belaka dan pembelajaran makna agar hidup ini dihiasi dan dibingkai oleh kebahagiaan luar biasa yang menabjubkan disetiap harinya.

Tidak ada secuil pun terbersit suatu kepentingan apapun untuk mengajarkan diri kami dan juga anda semua untuk menjadi anak durhaka kepada orang lain, lebih-lebih terhadap orang tua yang jelas-jelas telah membesarkan kita selama ini. Sekali-kali bukan demikian adanya, KAMI memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua rekan Pembaca jika ada yang tersinggung ataupun tersakiti hatinya. Karena, tidak ada satupun niatan yang terbersit dihati kami untuk menebarkan dendam diantara kita. Semoga Tuhan Sang Maha Kasih menuntun kita kepada pencarian yang sesungguhnya; Yaitu Jalan Kebenaran.

Sahabat Pembaca yang budiman yang dikasihi Tuhan. Dalam hidup ini, Kita sepenuhnya menyadari, terkadang apa yang kita nasihatkan kepada orang lain tidak sepenuhnya diterima karena suatu alasan lain yang tidak kita ketahui sebab-musababnya. Boleh jadi kita sudah berkali-kali mengajak orang lain untuk melakukan hal-hal baik yang mana tujuannya tidak lain untuk menjadikan kehidupannya lebih berkualitas, namun jika kita sendiri tidak pernah untuk melakukannya, maka semua itu hanyalah suatu KEBOHONGAN belaka. Ketahuilah, kesemuanya berawal dari diri kita sendiri. Sungguh sangat disayangkan dan IRONIS sekali, betapa ngototnya kita memberikan arahan kepada orang lain yang justru kita sendiri terkadang melenceng dari apa yang kita tuturkan dalam kehidupan sehari-hari.

Satu hal yang memang harus kita sadari, Bukankah orang lain lebih melihat apa yang kita lakukan, bukan semata-mata terfokus atas apa yang kita sampaikan kepadanya. Begitulah hidup bercerita kepada kita dengan bahasa sederhana, akan tetapi seringkali kita mengabaikannya. hingga menjadikan kita lumpuh tak berdaya ketika diabaikan oleh orang lain. Padahal jauh lebih penting melihat kedalam diri, apakah yang kita lakukan selama ini telah menjadi suatu yang telah melekat dan menjadi karakter, jika memang jauh dari yang demikian itu, maka sudah barang tentu karakter dalam diri tidak seperti diri yang sesungguhnya; diri seorang pemenang yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Masihkah kita begitu ngotot untuk mendera orang lain dengan omelan dan ocehan ini dan itu jika kita sendiri masih berkubang dalam kondisi demikian? Jadi sesungguhnya ceritra diatas mengingatkan kita tentang satu hal, sejatinya orang baik bukanlah apa yang disampaikannya tentang suatu kebaikan, tetapi apa yang dilakukannya dalam kehidupannya, apakah hidupnya dipenuhi oleh ragam kebaktian kepada TUHAN.

Kebaikan bukanlah terletak didalam rangkaian kata-kata yang disampaikan oleh para pengkhotbah diatas mimbar kebaktian, sejatinya nilai Luhur kebaikan yang sesungguhnya ketika dimanifestasikan dalam sebuah tindakan keseharian. Inilah kebaikan yang menyejukkan sekaligus menghadirkan kedamaian yang berujung pada penemuan arti sebuah kebahagiaan. Jadi tidaklah salah jika dalam ceritra kehidupan sehari-hari kita menemukan orang yang sulit sekali berubah menjadi diri terbaik jika didalam lingkungan sekitar tempat ia bertumbuh dipenuhi oleh ragam kemelekatan yang justru semakin membuatnya terjerumus dalam penjara mental yang akan menjadi karakter dirinya dihari esok.

Jelas-jelas bahwa, orang tua, guru, dan pengkhotbah tidak cukup hanya bertugas untuk memberikan arahan berupa apa yang disampaikan dalam ceramah dan orasinya, yang justru menjadi focus orang lain adalah apa yang menjadi kesehariannya. Inilah karakter, kebiasaan yang sudah melekat dan menjadi bagian diri. Hal ini mengingatkan kita perlunya membangun karakter yang utuh yang mana tidak cukup atas apa yang disampaikan, akan tetapi lebih dari sekedar ungkapan kata berupa sikap dan tindakan nyata ditengah kehidupan.

Kita juga harus menyadari sepenuhnya, membangun karakter tidak seperti membolak-balikkan tangan atau sekedar mengucapkan mantera BIM SALABIM adabra kadabra. Sejatinya karakter yang benar-benar utuh dalam tindakan keseharian tidak dibangun dalam waktu semalam, kesemuanya itu membutuhkan sebuah peroses panjang dan pengorbanan yang sangat besar serta keikhlasan untuk tetap menjalani kehidupan dalam kesetian penuh kesadaran.

Kita bisa memulai tindakan-tindakan kecil yang jauh lebih bermakna ketimbang apa yang kita katakan karena dengan demikian orang lain akan benar-benar yakin betul apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan karena manusia pada umumnya belajar banyak didalam kehidupannya atas apa yang dilihatnya, bukan terbatas pada persoalan apa yang didengarnya. Itulah sebabnya mengapa kita lebih mengingat tindakan yang nyata dalam keseharian ketimbang apa yang tersampaikan didepan mimbar kebaktian. Keep spirit For Our Life Better…

Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup Bahagia…

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar