Seorang
Ayah tiba-tiba marah besar kepada anaknya yang tertangkap basah main
kartu domino dibalai RW bersama teman-teman sepergaulannya. Tanpa
pikir panjang, Sang Ayah, Sebut saja namanya Pak Umary, mengomel
ba-bi-bu dengan nada suara yang sangat keras sekali hingga membuat
warga sekitar datang ketempat kejadian melihat peristiwa apa yang
sebenarnya sedang terjadi.
“Afiiiieed…
Kamu sudah tidak mendengar Nasihat Ayah lagi yach!?!? Sudah
berapakali Ayah menasihatimu, tapi kamu tidak kapok juga. Apa sich
sebenarnya maumu? Dasar anak kurang Ajar…!!!”
Dengan
Tenang Sang Anak menjawab, “Ayah saja dinasihati sama Ibu agar
BERHENTI merokok, tapi Ayah nggak pernah mau mendengar nasihatnya ibu
tuch. Kata dokter, Kalau MEROKOK sudah pasti merusak kesehatan, tapi
mana ada main kartu merusak Kesehatan. Benar gak teman-teman…!?
Dasar Ayah kurang belajar” Tanpa merasa berdosa sedikitpun, sang
anak melanjutkan permainannya tanpa sedikitpun menghiaraukan apa yang
dipesankan ayahnya.
Sahabat
Pembaca yang budiman yang begitu baik hatinya. Cerita diatas hanyalah
FIKTIF belaka dan benar-benar REKAYASA. Jika ada kesamaan tokoh,
nama, tempat dan peritiwa dalam cerita, kesemuanya itu hanyalah
sebuah kebetulan belaka karena memang sengaja direkayasa untuk suatu
kepentingan lelucon belaka dan pembelajaran makna agar hidup ini
dihiasi dan dibingkai oleh kebahagiaan luar biasa yang menabjubkan
disetiap harinya.
Tidak
ada secuil pun terbersit suatu kepentingan apapun untuk mengajarkan
diri kami dan juga anda semua untuk menjadi anak durhaka kepada orang
lain, lebih-lebih terhadap orang tua yang jelas-jelas telah
membesarkan kita selama ini. Sekali-kali bukan demikian adanya, KAMI
memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua rekan Pembaca jika
ada yang tersinggung ataupun tersakiti hatinya. Karena, tidak ada
satupun niatan yang terbersit dihati kami untuk menebarkan dendam
diantara kita. Semoga Tuhan Sang Maha Kasih menuntun kita kepada
pencarian yang sesungguhnya; Yaitu Jalan Kebenaran.
Sahabat
Pembaca yang budiman yang dikasihi Tuhan. Dalam hidup ini, Kita
sepenuhnya menyadari, terkadang apa yang kita nasihatkan kepada orang
lain tidak sepenuhnya diterima karena suatu alasan lain yang tidak
kita ketahui sebab-musababnya. Boleh jadi kita sudah berkali-kali
mengajak orang lain untuk melakukan hal-hal baik yang mana tujuannya
tidak lain untuk menjadikan kehidupannya lebih berkualitas, namun
jika kita sendiri tidak pernah untuk melakukannya, maka semua itu
hanyalah suatu KEBOHONGAN belaka. Ketahuilah, kesemuanya berawal dari
diri kita sendiri. Sungguh sangat disayangkan dan IRONIS sekali,
betapa ngototnya kita memberikan arahan kepada orang lain yang justru
kita sendiri terkadang melenceng dari apa yang kita tuturkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Satu
hal yang memang harus kita sadari, Bukankah orang lain lebih melihat
apa yang kita lakukan, bukan semata-mata terfokus atas apa yang kita
sampaikan kepadanya. Begitulah hidup bercerita kepada kita dengan
bahasa sederhana, akan tetapi seringkali kita mengabaikannya. hingga
menjadikan kita lumpuh tak berdaya ketika diabaikan oleh orang lain.
Padahal jauh lebih penting melihat kedalam diri, apakah yang kita
lakukan selama ini telah menjadi suatu yang telah melekat dan menjadi
karakter, jika memang jauh dari yang demikian itu, maka sudah barang
tentu karakter dalam diri tidak seperti diri yang sesungguhnya; diri
seorang pemenang yang bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Masihkah
kita begitu ngotot untuk mendera orang lain dengan omelan dan ocehan
ini dan itu jika kita sendiri masih berkubang dalam kondisi demikian?
Jadi sesungguhnya ceritra diatas mengingatkan kita tentang satu hal,
sejatinya orang baik bukanlah apa yang disampaikannya tentang suatu
kebaikan, tetapi apa yang dilakukannya dalam kehidupannya, apakah
hidupnya dipenuhi oleh ragam kebaktian kepada TUHAN.
Kebaikan
bukanlah terletak didalam rangkaian kata-kata yang disampaikan oleh
para pengkhotbah diatas mimbar kebaktian, sejatinya nilai Luhur
kebaikan yang sesungguhnya ketika dimanifestasikan dalam sebuah
tindakan keseharian. Inilah kebaikan yang menyejukkan sekaligus
menghadirkan kedamaian yang berujung pada penemuan arti sebuah
kebahagiaan. Jadi tidaklah salah jika dalam ceritra kehidupan
sehari-hari kita menemukan orang yang sulit sekali berubah menjadi
diri terbaik jika didalam lingkungan sekitar tempat ia bertumbuh
dipenuhi oleh ragam kemelekatan yang justru semakin membuatnya
terjerumus dalam penjara mental yang akan menjadi karakter dirinya
dihari esok.
Jelas-jelas
bahwa, orang tua, guru, dan pengkhotbah tidak cukup hanya bertugas
untuk memberikan arahan berupa apa yang disampaikan dalam ceramah dan
orasinya, yang justru menjadi focus orang lain adalah apa yang
menjadi kesehariannya. Inilah karakter, kebiasaan yang sudah melekat
dan menjadi bagian diri. Hal ini mengingatkan kita perlunya membangun
karakter yang utuh yang mana tidak cukup atas apa yang disampaikan,
akan tetapi lebih dari sekedar ungkapan kata berupa sikap dan
tindakan nyata ditengah kehidupan.
Kita
juga harus menyadari sepenuhnya, membangun karakter tidak seperti
membolak-balikkan tangan atau sekedar mengucapkan mantera BIM SALABIM
adabra kadabra. Sejatinya karakter yang benar-benar utuh dalam
tindakan keseharian tidak dibangun dalam waktu semalam, kesemuanya
itu membutuhkan sebuah peroses panjang dan pengorbanan yang sangat
besar serta keikhlasan untuk tetap menjalani kehidupan dalam kesetian
penuh kesadaran.
Kita
bisa memulai tindakan-tindakan kecil yang jauh lebih bermakna
ketimbang apa yang kita katakan karena dengan demikian orang lain
akan benar-benar yakin betul apa yang sebenarnya ingin kita sampaikan
karena manusia pada umumnya belajar banyak didalam kehidupannya atas
apa yang dilihatnya, bukan terbatas pada persoalan apa yang
didengarnya. Itulah sebabnya mengapa kita lebih mengingat tindakan
yang nyata dalam keseharian ketimbang apa yang tersampaikan didepan
mimbar kebaktian. Keep spirit For Our Life Better…
Salam
satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup Bahagia…
Mustafid
Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar