Semua peserta didik menekuni
pendidikan dibangku sekolah, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar,
menengah, dan hingga sampailah pada jenjang yang paling tinggi yaitu perguruan
tinggi. Namun tidak semuanya menjadi doctor dikemudian harinya. Hanya mereka
yang mampu berjuang menempuh jalan itu yang akan bisa merealisasikan
mimpi-mimpi mereka menjadi seorang terpilih diantara sekian banyak orang yang
telah tereliminasi. Namun bukan suatu pertanda baik menjadi seorang doctor
telah menjadikannya sebagai seseorang yang benar-benar mumpuni dalam
kebijaksanaan kehidupan ini.
Jalan pencerahan memang berbeda
dengan jalan pendidikan yang biasanya ditempuh melalui jenjang pendidikan yang
bertingkat. Jalan pencerahan bisa diakses dimana-mana oleh siapapun jua, namun
tidak semua orang bisa menempuhnya. Karena memang Menyadari keberadaannya pun
masih perlu dipertanyakan oleh sebagian orang yang skeptip terhadap ajaran
pencerahan itu sendiri.
Semua orang tentu punya
harapan menjadi sukses. Semua orang tua mengharapkan anak-anaknya bisa
mengenyam pendidikan dibangku sekolah hingga tingkatan pendidikan yang paling
tinggi sekalipun, harapannya adalah menjadikan anaknya menjadi seorang yang
mumpuni dalam kehidupan ini, mampu menyelaraskan diri dengan nilai-nilai kemanusiaan,
bersinergi dengan segala sesuatu yang bersifat positif dalam segala hal dan
menjadikannya seorang yang arif dan bijaksana. harapan yang tinggi telah mereka
gantungkan diatas atap-atap cakrawala kehidupan ini, kendati demikian, ditambah
lagi oleh perjuangan yang banyak menguras tenaga sebagai upaya merealisasikan
segala sesuatunya. Namun ternyata pada akhirnya mereka terkadang tidak
mendapatkan kebahagiaan atas impian dan harapan pada pencapaian yang telah
diraih anak-anaknya dibangku sekolah, walaupun anaknya telah mendapatkan gelar
terbaik didunia pendidikan, seperti misalnya doctor atau bahkan menjadi seorang
professor. Mengapa demikian???
Dinegeri ini misalnya, banyak
orang terdidik yang mengisi birokrasi bumi pertiwi ini, mereka terpilih diantara
sekian banyak orang karena memiliki kepintaran yang barangkali melebihi dari
sebagian orang lainnya, namun apa mau dikata, bumi pertiwi ini justru sedang
menangis sejadi-jadinya akibat ulah-ulah orang pintar namun picik, menggunakan
kepintaran mereka untuk memutar balikkan fakta menjadi fiktif dan begitu pula
sebaliknya-fiktif menjadi fakta. Mereka sama sekali acuh tak acuh pada tatanan
nilai kebenaran yang sesungguhnya. Apakah itu yang dinamakan orang terdidik???
(Jangan pakai tanda Tanya besar yach, ntar banyak orang yang keberatan lho…!!!)
Suatu pertanda kepintaran
bukanlah satu-satunya jalan untuk menuntun orang pada pencapaian nilai-nialai
kebenaran, bukan pula mengantarkannya pada penemuan pencerahan cahaya
spiritual. Sama sekali tidak. Coba lihat kekisruhan yang sedang terjadi
dinegeri katulistiwa ini, banyak ketimpangan yang terjadi sebagai akibat dari
orang-orang pintar yang tidak memiliki kecerdasar spiritual. Dalam tulisan ini
kami tidak sedang berbicara dalam konteks IQ, EQ, atau mungkin ESQ ala Ary
Ginanjar dalam buku beliau yang terkenal dalam pencerahan spiritual, dan
atau ragam pokok bahasan terkait yang menitikberatkan pada sudut pandang yang
berebda.
Kami hanya ingin mengajak diri kami pribadi dan anda semua untuk mencoba
memandang negeri ini dari presfektif lain; sudut pandang pencerahan cahaya
spiritual.
Kepintaran itu sama persis
dengan pisau bermata ganda, satu sisi bisa difungsikan dalam hal-hal positif;
cerdas, dan satu sisi lainnya lagi bisa difungsikan dalam hal-hal yang
notabenenya negatif atau mungkin kedua-dua sisinya digunakan dalam hal-hal
negative, siapa tah. Namun semua itu bisa berubah positif jika kita telah
mengisi jiwa kita dengan suatu pencerahan; nilai-nilai spiritual.
Yang dimaksudkan nilai spiritual
adalah menekuni jalan pencerahan yang syarat akan nilai-nilai kemanusiaan
secara universal-kasih sayang, cinta kasih, dan nilai kemanusiaan lainnya.
Disamping itu juga, jalan pencerahan mengajarkan kesadaran pribadi yang menjadi
faktor terpenting suatu perubahan. Banyak guru pencerahan menapaki jalan
pencerahan yang dimualai dari diri mereka, karena kesadaran itulah mereka mampu
menemukan cahaya pencerahan yang membebaskan sekaligus mendatangkan kedamaian
dan kebahagiaan. Jadi sudah sepantasnya-lah memupuk kesadaran diri sejak dini.
Banyak orang bertanya tentang
potensi kesadaran diri untuk mengubah tatanan nilai didalam tubuh masyarakat
yang sedang terjangkit penyakit seperti saat sekarang ini, ketahuilah hanya
dengan cara memupuk kesadaran diri akan mampu mengubah tatanan nilai yang
sedang terombang-ambingkan oleh mereka yang pintar tapi picik (sorry dech kalau
ada yang gak senang dengan kalimat “pintar tapi picik”, gak ada maksud lho…).
Sungguh tidak perlu diragukan
lagi, memperbincangkannya panjang lebar tidak mendatangkan banyak manfaat kalau
hanya berkecimpung dalam perdebatan tanpa akhir yang pasti. Mulaialah untuk
merefleksikannya ditengah kehidupan ini, karena dengan cara demikian kita akan
mampu merasakan pencitraan hasil yang pasti.
Kita terlalu bangga dengan
ijazah pendidikan atau sertifikat pelatihan yang memiliki grade terbaik, namun
kita lupa untuk mengaplikasikannya secara professional kepada orang lain yang
juga haus akan pencerahan. Hanyalah mereka yang telah mampu memupuk kesadaran
diri pada jalan pencerahan yang mampu mengendalikan egosentris yang menguasai
diri, mereka tidak lagi berbangga diri secara berlebih-lebihan, justru mereka
semakin rendah hati karena ketinggian budi yang syarat akan nilai kasih sayang.
Mereka ini mengajarkan sekaligus mendidik pada jalan pencerahan.
Karakter inilah yang sangat
diharapkan negeri ini, tidak mengharapkan mereka yang hanya sekedar bisa
bersiul ditengah keramaian tanpa bukti untuk membenarkan kebenaran, justru
sebaliknya, mereka malah memutar balikkan fakta. Apalagi yang akan bisa kita
peroleh dari orang seperti itu, hanya menunggu kehancuran secara perlahan namun
pasti adanya. Menantikan saat ketimpangan telah menjadi suatu pemandangan yang
biasa, hingga pada akhirnya kita yang tergolong rakyat biasa hanya mengikuti
ocehan mereka, bahkan kita telah memandang kehidupan ini seperti mereka
memandang kehidupan dengan cara kekisruhan yang tak pernah menuai ujung yang
jelas.
Kalau memang pendidikan
diharapkan menjadi salah satu pencetak generasi terbaik masa depan, tanamkanlah
tatanan nilai yang berporos pada nilai kejujuran dan profesinalisme yang
benar-benar menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Tidak hanya sekedar standar
penialaian diatas lembaran putih saja atau hanya sekedar ucapan omong kosong
belaka, sama persis dengan ocehan burung kenari yang mereka sendiri tidak
mengerti bahasa yang mereka sampaikan.
Negeri ini membutuhkan
orang-orang yang cakap dalam pendidkannya, namun Tidak cukup itu saja,
keberhasilan mencetak generasi yang memiliki keberanian dan kearifan dan
kebijaksanaan adalah mereka yang memupuk diri dalam pertumbuhan jalan
pencerahan yang diperoleh dibangku sekolah dan atau sekolah kehidupan ini yang
telah tuhan sediakan sebagai laboratorium terluas sekaligus laboratorium
terbesar kepada sekalian manusia agar manusia memanfaatkannya sebaik mungkin,
termasuk kita.
Ketahuilah, jalan pencerahan
bisa didapatkan oleh sebagian guru yang telah banyak mengikuti jejak-jejak
jalan pencerahan karena mereka telah menjadikan diri mereka sebagai seorang
pelayan kehidupan yang dinanti-nantikan oleh semua orang. Barangkali istilah
“pelayan” terdengar tidak mengasyikkan dan tidak sereg dihati. Hanya dengan
memberikan pelayanan/ pengabdian secara tulus itulah jalan kebaktian yang
diharapkan mampu menuai hasil terbaik bagi bangsa ini.
Kekisruhan negeri ini
bermunculan silih berganti, belum cukup satu, tambah lagi oleh sekumpulan
masalah lainnya yang sampai saat sekarang ini dalam peroses pencarian titik
terang. Seolah-olah masalah yang sedang dihadapi bangsa ini semakin hari
semakin menumpuk saja. Jika boleh bertutur apa yang pernah disampaikan seorang
sahabat, “negeri ini diisi oleh banyak orang pintar, tapi bodoh.” .
Maafkanlah apa yang sahabat
sampaiakan tadi, tidak ada niatan menyakiti mereka yang duduk dikursi kekuasaan
tertinggi republik ini. Sesungguhnya apa yang sahabat sampaikan tadi tidak lain
merupakan bahasa hati karena ketidak puasan terhadap para punggawa bangsa yang
tidak cakap dalam menuntun bangsa ini kearah pencapaian yang diharapkan
masyarakat secara keseluruhan.
Kalau kita boleh berandai-andai
sejenak saja, barangkali kita akan mengandai-andaikan sesuatu yang indah. Tentu
saja kita mengharapkan sesuatu yang indah dan membahagiakan. Kita memiliki
negeri ini maka semestinyalah mengharapkan kesejahteraan negeri ini secara
merata, tidak hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berkedudukan tinggi saja,
siapa pun boleh menikmati kesejahteraan hidup karena merupakan hak
masing-masing individu untuk bisa menikmatinya.
Saatnyalah mengandai-andaikan
jalan pencerahan itu menjadi nyata dan menyatakannya melalui serangkaian
persoses yang nyata karena sesungguhnya semua yang ingin kita peroleh dalam
realitas kehidupan ini butuh suatu peroses waktu yang panjang. Jalan pencerahan
itu membimbing kita untuk menemukan sejatinya diri kita.
Untuk mendapatkannya, Butuh
kesabaran dan ketabahan serta keihlasan untuk bisa menyelaraskan diri pada
suatu pencapaian-pencapaian tertentu, sungguh terlihat indah jika kita sudah
mampu menyesuaikan diri dengan jalan pencerahan yang berisikan nilai-nilai kemanusiaan
yang melekat didalam diri setiap manusia seperti halnya; kasih sayang, cinta
kasih, kejujuran, keikhlasan dan kelemah-lembutan.
Tidak banyak orang menekuni
jalan pencerahan tersebut untuk bisa menemukan sejatinya diri mereka karena
memang negeri ini butuh orang yang berkarakter, namun hanya sebagian orang saja
yang bisa menyelami jalan pencerahan tersebut dengan memupuk kesabaran didalam
diri. Kalau boleh berpesan pada mereka yang telah dipercayakan mengayomi
masyarakat; Jadilah seorang guru kehidupan yang memberikan kesejukan bagi semua
orang, ciptakanlah wajah indah aturan itu dengan kelemah lembutan dan
bimbinglah mereka pada jalan pencerahan, serupa langit yang mengayomi
keseluruhan alam semesta tanpa membedakan segala sesuatunya dibawah naungannya,
serupa bumi yang selalu menumbuhkan bibit kebaikan bagi semua kehidupan
sekaligus menjadi pelayan terbaik bagi kehidupan itu sendiri.
Jika sudah demikian, tidak
mungkin tidak, generasi selajutnya akan mampu memberikan kesejukan bagi bumi
pertiwi ini, kehadiran mereka sangat dinanti-nantikan oleh semua orang,
ditangan merekalah tatanan dunia baru menjadi sebuah kenyataan, kebaktian dan
pelayan bagi bangsa ini menjadi sikap keseharian mereka karena mereka telah
memupuk diri pada jalan pencerahan. Kepintaran tidak lagi menjadi simbol-simbol
kepicikan, atau mungkin kepintaran menjadi suatu sumber ketidak percayaan
dimata kebanyakan masyarakat negeri ini, justru kepintaran yang diimbangi
kecerdasan akan mampu membuat negeri tercinta ini seperti apa yang dicita-citakan.
Jalan pencerahan membersihkan
dari kekotoran, memulai membimbing diri sendiri pada pencerahan sebelum
membimbing kehidupan pada tatanan pengaharapan. Layaknya seperti rumah yang
sudah bersih dan harum, tidak lagi ada lalat yang hinggap didalamnya karena
sudah terbebas dari kotoran, tidak seperti sebelumnya, rumah (kehidupan) ini
banyak dihinggapi lalat-lalat (kekisruhan, ketimpangan, kedzoliman, dsb) karena
didalamnya menyimpan sesuatu yang kotor dan bau.
Oleh karena itulah diperlukannya
jalan pencerahan untuk bisa menciptakan tatanan dunia baru yang diidam-idamkan
oleh semua orang, termasuk diri kita yang memulai belajar mengikuti jalan
pencerahan itu sendiri. Pada akhirnya kita mampu menerangi kehidupan diri
dengan nilai kearifan dan kebijaksanaan dan orang lain pun bisa merasakan
kesejukannya.