Ketika ujian tengah
semester disebuah sekolah akan digelar dua hari lagi. Semua siswa
memacu diri untuk berdoa secara intens dan berlajar segiat mungkin
agar perolehan hasil ujiannya nanti memuaskan sebagaimana diharapkan.
Tentu saja semua mereka berharap untuk menjadi nomor satu. Sebagian
besar dari mereka memulai untuk membaca kembali buku usang yang
biasanya mereka tinggalkan sepulang dari sekolah walau kelihatannya
baru, namun sesungguhnya buku itu usang tertutupi debu (malas;
enggan), karena sebelum-sebelumnya belum pernah disentuh tangan halus
mereka, terkecuali jika ujian sudah dekat didepan mata.
Hal ini dimungkinkan
untuk memacu diri agar bisa menjawab semua soal yang akan diujikan
dihari yang sudah ditentukan. Dua hari lagi ujian akan digelar,
bukanlah waktu yang panjang untuk bisa mengulur-ulur waktu, bukanpula
waktu yang panjang untuk bisa menyerap segala materi yang ada. Namun
akan jauh lebih baik ketimbang tidak mempersiapkan diri sama sekali.
Bagi sebagaian besar dari mereka, sudah menjadi hal biasa mensiasati
ujian dengan cara demikian. Hanya sebagian kecil dari siswa-siswi
yang terbiasa memegang buku mereka suatu ketika pulang dari sekolah
untuk memantapkan materi yang pernah mereka dapatkan disekolah. Ada
lagi golongan mayoritas siswa yang lebih senang berdoa lebih rajin
dari biasanya tanpa harus banyak belajar karena mengandalkan teman
ketika ujian nanti. (Keren bangeet Tuch. hehe)
Sebagian kecil sisiwa
mempersiapkan diri secara matang sejak dari dahulunya untuk
menghadapi ujian yang suatu saat akan digelar. Semua waktu luang yang
dimiliki benar-benar dimanfaatkan untuk mengasah segala seuatu yang
butuhkan dan mulai detik ini dipersiapkan secara matang. Sementara
itu sebagian besar siswa atau kelompok mayoritas memulai giat berdoa
suatu ketika ujian akan tiba dalam waktu dekat dan mencoba
mengulang-ulang pelajaran yang pernah diberikan sebelumnya. (Waaah,
sudah biasanya tuch… xixixi peace!)
Menurut hemat anda,
kira-kira siswa mana yang akan berhasil menjawab soal-soal ujian dan
memiliki nilai terbaik sebagai hasil nyata atas suatu perolehan?
Boleh saja anda berujar sesuai pengalaman hidup yang pernah anda
dapatkan sebelumnya karena kemampuan menjawab masing-masing siswa
dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya dan ataupun kemampuan otak
untuk menyerap informasi yang didapatkannya, dan atau juga
kecerdasannya untuk melakukan negosiasi diruang ujian hingga ia
mendapatkan jawaban dari teman-temannya. (Iiiihhh, kok bisa gitu
yach? Mantap dech. Jujur gue salut, berani banget nyontek dikelas
walau ada pengawas!!!)
Boleh saja kita menjawab
dengan apapun yang tertuang dibenak dan kepala kita masing-masing
secara bebas. Namun dalam garis besar yang sudah menjadi rahasia pada
umumnya, sudah barang tentu siswa yang memiliki persiapan dan
perencanaan yang matang yang akan memperoleh keberhasilan yang
memuaskan karena sudah sejak awal mempersiapkan diri untuk menuai
keberhasilan yang sudah dirancang secara sistematis dan logis.
Sekarang pertanyaannya adalah; kita termasuk diantara golongan siswa
mayoritas atau termasuk kedalam lingkupan siswa minoritas seperti
gambaran ilustrasi diatas?
Kalau boleh jujur, semua
orang jika ditanya, “apakah anda ingin berhasil?” maka sudah
barang tentu akan menjawab, “mau_mau_mau” dengan suara lantang,
lugas dan tegas. Banyak orang ingin berhasil dan ingin mencapai apa
yang ingin mereka dapatkan ditengah perjalanan mencapai puncak
kehidupan ini, namun ternyata tidak semua orang mempersiapkan segala
keperluan yang nantinya dibutuhkan dalam perjalanannya itu.
Jangan-jangan kita lebih sering mempersiapakan diri dengan cara
instan dan terlihat tergesa-gesa agar nantinya mendapatkan hasil yang
sangat memuaskan. Jika boleh bertanya, “adakah hasil yang memuaskan
dari hasil sikap ketergesa-gesaan?” Tentu saja tidak ada, bukan?
Inilah realitas
kehidupan yang sering kita saksikan setiap harinya, jangan-jangan hal
demikian itu seringkali terjadi dalam keseharian kita? Tidak perlu
malu jika memang “iya” karena akan jauh lebih baik merubah yang
ada saat ini ketimbang memaki-maki seribu kesalahan yang terus
terjadi dibelakang hari. Ada baiknya untuk mempertanyakan diri,
“sudah siapkah saya untuk memperoleh kemenangan besar? Apa saja
yang sudah saya lakukan untuk meniti jalan atas pencapaian impian
yang sudah terukirkan? Apa saja yang sudah saya persiapkan untuk
memperoleh impian-impian itu?” cobalah untuk kita renungkan lantas
memberikan jawaban yang berkesuaian dengan kondisi kita yang saat ini
membutuhkan injeksi motifasi bagi pertumbuhan mental ini menjadi
lebih baik.
Memiliki hasrat dan
keinginan yang tinggi untuk bisa mencapai seluruh impian besar dalam
hidup ini tentu saja adalah hal yang positif dan sangat baik sekali
dan perlu diberikan apresiasi atas hadirnya harapan besar tersebut
dalam hidup. Menjadi seorang yang berhasil tentu semua orang
mendambakannya dalam hidupnya. Namun yang terpenting untuk kita
instropeksi diri adalah sudah sejauh mana kita melangkah untuk
merancang dan mempersiapkan apa yang tergambarkan dalam bingkai
angan-angan? Masihkah kita diperbudak ketergesa-gesaan yang
seringkali membuat kita terbentur kenyataan dilapangan luas kehidupan
ini? sekarang apalagi yang kita tunggu, saatnya untuk membingkai
hidup ini dalam persiapan agar pelangi keindahan itu menjadi bagian
terindah kehidupan yang tuhan persembahkan sebagai pelangi kehidupan
dalam diri kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar