Rabu, 28 Maret 2012

Eiiiitz's.... Bentar lagi ada UJIAN nich! Belajar Yuuuks!


Ketika ujian tengah semester disebuah sekolah akan digelar dua hari lagi. Semua siswa memacu diri untuk berdoa secara intens dan berlajar segiat mungkin agar perolehan hasil ujiannya nanti memuaskan sebagaimana diharapkan. Tentu saja semua mereka berharap untuk menjadi nomor satu. Sebagian besar dari mereka memulai untuk membaca kembali buku usang yang biasanya mereka tinggalkan sepulang dari sekolah walau kelihatannya baru, namun sesungguhnya buku itu usang tertutupi debu (malas; enggan), karena sebelum-sebelumnya belum pernah disentuh tangan halus mereka, terkecuali jika ujian sudah dekat didepan mata.

Hal ini dimungkinkan untuk memacu diri agar bisa menjawab semua soal yang akan diujikan dihari yang sudah ditentukan. Dua hari lagi ujian akan digelar, bukanlah waktu yang panjang untuk bisa mengulur-ulur waktu, bukanpula waktu yang panjang untuk bisa menyerap segala materi yang ada. Namun akan jauh lebih baik ketimbang tidak mempersiapkan diri sama sekali. Bagi sebagaian besar dari mereka, sudah menjadi hal biasa mensiasati ujian dengan cara demikian. Hanya sebagian kecil dari siswa-siswi yang terbiasa memegang buku mereka suatu ketika pulang dari sekolah untuk memantapkan materi yang pernah mereka dapatkan disekolah. Ada lagi golongan mayoritas siswa yang lebih senang berdoa lebih rajin dari biasanya tanpa harus banyak belajar karena mengandalkan teman ketika ujian nanti. (Keren bangeet Tuch. hehe)

Sebagian kecil sisiwa mempersiapkan diri secara matang sejak dari dahulunya untuk menghadapi ujian yang suatu saat akan digelar. Semua waktu luang yang dimiliki benar-benar dimanfaatkan untuk mengasah segala seuatu yang butuhkan dan mulai detik ini dipersiapkan secara matang. Sementara itu sebagian besar siswa atau kelompok mayoritas memulai giat berdoa suatu ketika ujian akan tiba dalam waktu dekat dan mencoba mengulang-ulang pelajaran yang pernah diberikan sebelumnya. (Waaah, sudah biasanya tuch… xixixi peace!)

Menurut hemat anda, kira-kira siswa mana yang akan berhasil menjawab soal-soal ujian dan memiliki nilai terbaik sebagai hasil nyata atas suatu perolehan? Boleh saja anda berujar sesuai pengalaman hidup yang pernah anda dapatkan sebelumnya karena kemampuan menjawab masing-masing siswa dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya dan ataupun kemampuan otak untuk menyerap informasi yang didapatkannya, dan atau juga kecerdasannya untuk melakukan negosiasi diruang ujian hingga ia mendapatkan jawaban dari teman-temannya. (Iiiihhh, kok bisa gitu yach? Mantap dech. Jujur gue salut, berani banget nyontek dikelas walau ada pengawas!!!)

Boleh saja kita menjawab dengan apapun yang tertuang dibenak dan kepala kita masing-masing secara bebas. Namun dalam garis besar yang sudah menjadi rahasia pada umumnya, sudah barang tentu siswa yang memiliki persiapan dan perencanaan yang matang yang akan memperoleh keberhasilan yang memuaskan karena sudah sejak awal mempersiapkan diri untuk menuai keberhasilan yang sudah dirancang secara sistematis dan logis. Sekarang pertanyaannya adalah; kita termasuk diantara golongan siswa mayoritas atau termasuk kedalam lingkupan siswa minoritas seperti gambaran ilustrasi diatas?

Kalau boleh jujur, semua orang jika ditanya, “apakah anda ingin berhasil?” maka sudah barang tentu akan menjawab, “mau_mau_mau” dengan suara lantang, lugas dan tegas. Banyak orang ingin berhasil dan ingin mencapai apa yang ingin mereka dapatkan ditengah perjalanan mencapai puncak kehidupan ini, namun ternyata tidak semua orang mempersiapkan segala keperluan yang nantinya dibutuhkan dalam perjalanannya itu. Jangan-jangan kita lebih sering mempersiapakan diri dengan cara instan dan terlihat tergesa-gesa agar nantinya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Jika boleh bertanya, “adakah hasil yang memuaskan dari hasil sikap ketergesa-gesaan?” Tentu saja tidak ada, bukan?

Inilah realitas kehidupan yang sering kita saksikan setiap harinya, jangan-jangan hal demikian itu seringkali terjadi dalam keseharian kita? Tidak perlu malu jika memang “iya” karena akan jauh lebih baik merubah yang ada saat ini ketimbang memaki-maki seribu kesalahan yang terus terjadi dibelakang hari. Ada baiknya untuk mempertanyakan diri, “sudah siapkah saya untuk memperoleh kemenangan besar? Apa saja yang sudah saya lakukan untuk meniti jalan atas pencapaian impian yang sudah terukirkan? Apa saja yang sudah saya persiapkan untuk memperoleh impian-impian itu?” cobalah untuk kita renungkan lantas memberikan jawaban yang berkesuaian dengan kondisi kita yang saat ini membutuhkan injeksi motifasi bagi pertumbuhan mental ini menjadi lebih baik.

Memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi untuk bisa mencapai seluruh impian besar dalam hidup ini tentu saja adalah hal yang positif dan sangat baik sekali dan perlu diberikan apresiasi atas hadirnya harapan besar tersebut dalam hidup. Menjadi seorang yang berhasil tentu semua orang mendambakannya dalam hidupnya. Namun yang terpenting untuk kita instropeksi diri adalah sudah sejauh mana kita melangkah untuk merancang dan mempersiapkan apa yang tergambarkan dalam bingkai angan-angan? Masihkah kita diperbudak ketergesa-gesaan yang seringkali membuat kita terbentur kenyataan dilapangan luas kehidupan ini? sekarang apalagi yang kita tunggu, saatnya untuk membingkai hidup ini dalam persiapan agar pelangi keindahan itu menjadi bagian terindah kehidupan yang tuhan persembahkan sebagai pelangi kehidupan dalam diri kita masing-masing.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar