Senin, 19 Maret 2012

Numpang Mampir Ke rumah "Bahagia" dulu donk!!!

Suatu ketika Kami melewati Perumahan Besar dan megah dikota Malang, tiba-tiba saja seorang sahabat dekat berujar demikian, “Betapa bahagianya mereka yang menempati rumah itu. Andai saja saya memiliki rumah tersebut pastilah saya akan sangat berbahagia.” Dengan bahasa tubuh bedecak kagum lantaran terheran-heran dengan apa yang sedang disaksikannya, sahabat dekat ini tidak menorehkan pandangannya kepada apa yang ada disamping kiri dan kanannya, pandangannya hanya terfokus pada bangunan yang berdiri megah yang ada didepannya. Pengakuan yang sangat jujur dari seorang sahabat akan impiannya untuk mendapatkan kebahagiaan dibalik kemegahan rumah-rumah bertingkat plus kemewahan yang ada didalamnya. Bila boleh jujur, jangan-jangan pengakuan yang demikian itu muncul dari diri kita sendiri? Uuuups, Iya Juga Yach? Ssssstttt, cukup jadi rahasia diantara kita yach!

Sahabat pembaca yang budiman, Dalam hidup ini kita seringkali menaruh harapan besar dari balik bangunan bertingkat dan ragam kemegahan lainnya, kita berharap bisa memiliki hal demikian itu agar kita bisa menikmati hidup bahagia. Kita memberikan label sukses dan bahagia terhadap mereka yang memiliki ragam kemewahan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang. Kita menilai bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menikmati hidup dalam kebahagiaan sempurna, sedangkan kita dan atau mereka yang hidup dalam kesederhanaan ala kadarnya memiliki kehidupan yang jauh dari harapan; yaitu kebahagiaan. Benarkah demikian? Akankah Hanya mereka yang duduk dikursi megah yang layak disebut sebagai manusia sukses dalam hidup? Ataukah mereka yang sukses adalah mereka yang memiliki ragam kemegahan dan kemewahan lainnya yang pantas dinobatkan sebagai seorang yang bahagia?

Jika saja kita menuntut hidup yang demikian sebagai standar kesuksesan diri, maka tentulah akan menjadikan kita sebagai budak rutinitas dan ragam kesibukan didalam kantor tempat bekerja untuk mengumpulkan ini dan itu, dan beragam cara untuk bisa memilikinya walau dengan cara yang tidak wajar; Korupsi. Kita terus melaju dalam persaingan agar bisa memiliki segala sesuatu yang kita pandang sebagai indicator sebuah kesuksesan. Dengan tuntutan inilah, kita lupa menikmati hidup, yang ada hanyalah tekanan demi tekanan untuk memuaskan ego dalam diri. Wajar saja jika kita dituntut untuk bersaing dengan kehidupan orang lain dalam hal materi, materi, dan materi.

Persaingan dalam kehidupan dunia modern memang begitu adanya, pola demikian sudah tidak bisa dihindarkan dari rangkaian hidup kebanyakan orang. Banyak orang yang berkerja dari pagi hingga malam untuk mengumpulkan segudang harta kekayaan demi kebahagiaan hari esok dan ragam kepemilikan lainnya. Wajar saja tercermin pola hidup demikian karena Inilah standar kesuksesan dari kaca mata manusia umumnya. Standar inilah yang menjadikan kita semakin jauh dari kenyamanan, karena anggapan sukses hanya melibatkan sesuatu yang terlihat megah dan mewah, sedangkan mereka yang hidup dalam kesederhanaan ala kadarnya dimasukkan dalam kategori orang-orang menderita dalam hidupnya.

Cobalah kita menengok sejenak, merapikan cara pandang kita yang dahulunya berfokus pada sesuatu yang bersifat materi belaka atau segala sesuatu yang hanya tampak kasat mata. Mencoba menuntun pikiran ini agar tidak salah mengartikan atau mengartikan salah terhadap makna kesuksesan yang sesungguhnya. Ataupun menyiksa diri dalam kehidupan ini karena berasumsi bahwa kesuksesan hanya milik mereka yang berlimpah kemegahan duniawi sehingga membuat kita lupa menikmati karunia yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kasih.

Jika dahulunya kesuksesan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat tampak megah dan mewah jika dipandang kasat mata, maka saatnya memandang kesuksesan dari sudut pandang berbeda. Bukankah kita diciptakan Oleh tuhan Yang Maha Baik? Maka standar terbaik suatu kesuksesan itu terbingkai rapi dalam kaca mata ketuhanan; KEBAIKAN, sederhana memang, tuhan tidak menuntut ragam ini dan itu, tuhan hanya meminta manusia untuk menjadi diri pribadi terbaik yang akan menghadirkan ragam kebaikan kepada semua makhluk, pun juga kebaikan terhadap dirinya sendiri. Bukankah standar yang demikian ini akan bisa diakses oleh siapa saja? Entah itu kalangan bawah dan juga mereka yang sedang duduk rapi diatas kursi kemegahannya. Baik itu, saya, anda dan juga mereka?

Jika standar yang dibuat manusia bertumpu pada kepemilikan atas sesuatu yang tampak kasat mata dan hanya sebagian orang yang bisa memilikinya dan mendapatkannya, tentu hal demikian bukanlah sebagai indicator kebahagiaan merata karena pada dasarnya semua orang menginginkan hidupnya bahagia, entah itu, saya, anda, dan juga mereka. Sederhananya standar kesuksesan Yang Maha Kasih menuntut manusia menjadi pribadi terbaik dari ragam kebaikan yang ditampilkannya dalam kehidupan kesehariannya. Dengan demikian, Kesuksesan yang sesungguhnya adalah manusia yang selalu berlimpah ragam kebaikan dalam hidupnya walau ia sedang berdiri dalam hidup yang teramat sangat sederhana.

Ada pesan bijak yang layak untuk kita renungkan dari pola hidup sukses sebagaimana yang tuhan inginkan dari diri kita; Manusia_Hiduplah sukses menurut penilaian TUHAN dalam limpahan kebaikan; Syukur, Ikhlas, kesederhanaan, Kasih Sayang dan ragam kebaikan lainnya, Bukan menetapkan standar kesuksesan dari kacamata manusia yang hanya berfokus pada kepemilikan materi belaka, dengan cara demikian hidup ini akan selalu dianugrahi kebahagiaan luar bisa dan menjadikan hidup ini terus berpacu pada keajaiban yang sangat menabjubkan. Keep Spirit For Our Life Better…

Salam Satu Jiwa. Salam Sehat Jiwa Untuk Menggapai Hidup Bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar