Senin, 19 Maret 2012

Biarlah CINTA berlutut dibawah sujud yang tertutup atap RINDU

Bagai debam sang hujan yang datang menjemput senyuman diawal kehdiupan saat sang embun tertutup tetesan kasih langit, tak ubahnya keteduhan yang melambai-lambai ditas tandusnya bumi kehidupan. kala mentari bertengger dengan satir cahaya terang bersama terik panasnya, bagi sang jiwa tak kuasa menghalau langkah entah alam berkata dalam sapaan mesra yang terus berlalu dalam cibiran maupun pujian hati manusia, biarlah mereka berlalu dalam kabut, terseret dalam terik panas yang meneriakkan rumput kering dengan angkuhnya, biarkanlah semuanya datang menyambut suka dan duka dengan kelembutan tangan kasih yang berbeda. Aku disini hanya mampu berdoa dalam lintas gelap dan terangnya cahaya, bersujud dalam debam sang hujan kala meresap menembus jiwa, dalam bisik sang angin bertutur mesra, bersimpuh dalam pesona sang mentari kala ia datang menyinari. boleh saja mereka datang menyambut dengan sorak gembira ditanah lapang, menantikan senyuman sang bidadari penuh keindahan, namun Aku disini tetaplah berdiri memuji, sungguh bathin menjadikan aku berdiam dalam sunyi, melangkah dalam getir dan geletar pijakan bumi. Wahai Engkau yang memiliki seribu makna yang pantas dipuja mata-mata manusia dengan pesona mesra menawan jiwa, Sungguh Bagiku pujian yang melupakan diri membuat diri terluka dibawah jurang nestapa, semuanya menari-nari dalam liuk patamorgana yang akan datang menjadikan jiwa benar-benar terluka. wahai sang kumbang yang datang menghisap mangsa, wahai sang bunga yang menanti keindahan disaat musim bercengkerama, duduk dipelataran bumi saat penantian sudi berdiri, tetaplah kerukunan jiwamu menampilkan kesederhanaan dalam kelembutan kasih untuk selalu memuji kasih TUHAN. Tiadalah keangkuhan yang berdiri kokoh diatas mimbar kehidupan, tidapula musim yang terus saja bergurau disetiap waktu bersama kawanan gunung dan gemuruh pijakan langkah kaki manusia, adalah waktu terus berlalu, sudahilah duka dan pilu, Tak perlu berteriak kencang kala puja datang membentang, semuanya sirna dalam rengkuhan wajah Esa tanpa dualisme dalam dada. Sungguh hujan telah sirna berganti terik sang lentera mengisi bumi, suatu waktu pula sang lentera akan terbenam bergentikan seja dipenghujung kehidupan diufuk barat sana, melangkah dalam pasti berkibar malu saat samudra telah mengikhlaskannya untuk pergi, adakah engkau banggakan selain merendah dalam naungan atap keikhlasan. Biarkanlah CINTA berbisik dalam sentuhan yang paling dalam, aku berdiri disini menantikan mimpi yang telah di hiasi warna kasih Tuhan. jika saja tak penat jiwa menanti, biarlah CINTA indah mengisi, menyudahi tangis, memberkati hati dalam bahagia disetiap sujud abdi ILLAHI.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra ZAIN. dalam rengkuhan satir cahaya diawal hari bertatap debam sang hujan kala datang menyemaikan diri dengan penuh senyum keikhlasan. Sungguh cahaya terang akan muncul dalam pesan kesederhanaan, "BAHAGIA akan datang bagi mereka yang TULUS dalam sujud pengharapan akan kasih TUHAN."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar