Sabtu, 31 Maret 2012

Cerita manusia Indonesia adalah cerita duka dan hanya ada derita

      Cerita manusia Indonesia adalah cerita duka dan hanya ada derita. Tiada hari tanpa pemberitaan miring penguasa yang korupsi dan lamban dalam bersikap terhadap kepentingan rakyatnya. Tuding-menuding sudah hal yang biasa terjadi. Kebohongan dunia korporasi semakin menampak nyata, tekanan demi tekanan datang kepada rakyat jelata, penderitaan mengalir tanpa henti-hentinya menimpa kita semua. Banyak sekali peroblema kehidupan manusia Indonesia yang muncul silih berganti seolah-olah tidak akan pernah berhenti. Kekerasan demi kekerasan sudah menjadi santapan keseharian.

Melihat tanda-tanda kehidupan seperti ini, akan banyak orang mengeluh; “kemana lagi kita akan berteduh?” Jika kondisi seperti-seperti, bukankah kita sedang menikmati hidup diatas bara api neraka? Dahulunya, saat orde baru memimpin singgasana pemerintahan republic Indonesia, harga bahan pangan terjangkau adanya walau kebebasan politik dibawah tekanan para penguasa, namun kini setelah reformasi yang mana semua orang boleh berorasi menyampaikan aspirasi, kesemuanya itu harus dibayar dengan harga sandang, pangan dan papan yang melambung harganya. Jika demikian, kapan ceritra kehidupan manusia Indonesia aman dan tenteram sebagaimana yang di-idam-idamkan dalam idealism ke-indonesiaan?

Akankah semua itu hanyalah cerita fiktif yang tidak pernah menjadi realita? Lantas apa guna para penguasa yang hanya mengumbar janji kesejahteraan bagi rakyatnya jika saja lebih mementingkan orang-orang yang sudah mapan kehidupannya? Apalah arti angka kesejahteraan yang tinggi dalam hitungan statistic jika pada kenyataannya rakyat benar-benar menderita? Inikah yang dinamakan kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat Indonesia?

            Sahabat pembaca yang budiman, kekacauan terjadi dimana-mana, kekisruhan santapan biasa setiap harinya. Api dendam merupakan hal yang biasa terjadi antara rakyat jelata dan para penguasa. Kebohongan public merata terjadi dimana-mana. Terror pembunuhan kerapkali menimpa. Korupsi seakan-akan menjadi kebiasaan diantara penguasa. Penderitaan rakyat jelata menampak nyata seakan-akan tidak akan pernah sirna. Barangkali semua orang akan berfikir dan mencari solusi atas aneka ragam penderitaan yang menghujam dibumi pertiwi, Indonesia.

            Sungguh, kepentingan yang hanya menginginkan kemapanan diri sendiri tanpa pernah menghiraukan kepentingan orang lain akan menjadikan kondisi kronis penderitaan yang menimpa republic indonesia. Dan hal demikian ini sedang benar-benar terjadi menimpa Indonesia. Seakan-akan cinta kasih sudah hilang entah kemana diantara para pemimpin kita. Sejujurnya, bila cinta yang mendasari rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia, sungguh manusia Indonesia akan mendapatkan cinta dimana-mana dengan ketenteraman rakyatnya. Namun bila kebencian dan keserakahan yang menjadi warna keseharian para penguasa, maka sudah seyogyanya manusia Indonesia mendapatkan kebencian dimana mana. Ketidak percayaan akan semakin mengakar, perselisihan dan pertikaian akan selalu menjadi warna disetiap harinya. Kemiskinan tidak akan pernah sirna, jadi tidak mengherankan jika kemakmuran merata bagi rakyat Indonesia hanyalah omong kosong belaka.

Sampai kapan penderitaan ini akan menimpa? Tentu saja sampai manusia Indonesia terutama para pemimpin menyadari akan hadirnya cinta teruntuk Indonesia. Tidak lagi berebut kepentingan dan upah yang diberikan atas usahanya, namun karena kecintaan yang luar biasa untuk berdedikasi kepada keharmonisan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya. Jika dilihat dari Sumber daya alam, Indonesia memiliki keberlimpahan. Adalah konflik kepentingan untuk menjadikan diri dan kelompok bahagia lantas mengesampingkan hak orang banyak yang sebenarnya membuat awal dari penderitaan manusia Indonesia merajalela. Inilah awal penderitaan yang mana keserakahan sebagai santapan setiap hari yang tak pernah terlupakan, dimana-mana semua orang sadar jika keserakahanlah yang menjadikan kemelaratan menimpa.

Serupa dengan apa yang dialami manausia Indonesia saat ini, semua itu bermunculan karena keserakahan para penguasa yang hanya mementingkan diri sendiri dan mengesampingkan rakyatnya. Terror yang sedang meraja lela merupakan respon terhadap bagaimana sikap para penguasa dalam memperhatikan kesejahteraan rakyatnya secara merata, begitu pula dengan ragam permasalahan lain yang muncul silih berganti. Jika cinta mendasari setiap kebijakan, tentulah keharmonisan manusia Indonesia bukan sekedar mimpi belaka, namun akan nyata dan benar-benar ada tanpa harus di-iming-imingi janji belaka yang tidak benar “kebenarannya”. Keep spirit for our life Better…

Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar