Cerita manusia Indonesia adalah cerita duka dan hanya ada
derita. Tiada hari tanpa pemberitaan miring penguasa yang korupsi dan
lamban dalam bersikap terhadap kepentingan rakyatnya. Tuding-menuding
sudah hal yang biasa terjadi. Kebohongan dunia korporasi semakin
menampak nyata, tekanan demi tekanan datang kepada rakyat jelata,
penderitaan mengalir tanpa henti-hentinya menimpa kita semua. Banyak
sekali peroblema kehidupan manusia Indonesia yang muncul silih berganti
seolah-olah tidak akan pernah berhenti. Kekerasan demi kekerasan sudah
menjadi santapan keseharian.
Melihat tanda-tanda kehidupan
seperti ini, akan banyak orang mengeluh; “kemana lagi kita akan
berteduh?” Jika kondisi seperti-seperti, bukankah kita sedang menikmati
hidup diatas bara api neraka? Dahulunya, saat orde baru memimpin
singgasana pemerintahan republic Indonesia, harga bahan pangan
terjangkau adanya walau kebebasan politik dibawah tekanan para penguasa,
namun kini setelah reformasi yang mana semua orang boleh berorasi
menyampaikan aspirasi, kesemuanya itu harus dibayar dengan harga
sandang, pangan dan papan yang melambung harganya. Jika demikian, kapan
ceritra kehidupan manusia Indonesia aman dan tenteram sebagaimana yang
di-idam-idamkan dalam idealism ke-indonesiaan?
Akankah
semua itu hanyalah cerita fiktif yang tidak pernah menjadi realita?
Lantas apa guna para penguasa yang hanya mengumbar janji kesejahteraan
bagi rakyatnya jika saja lebih mementingkan orang-orang yang sudah mapan
kehidupannya? Apalah arti angka kesejahteraan yang tinggi dalam
hitungan statistic jika pada kenyataannya rakyat benar-benar menderita?
Inikah yang dinamakan kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat
Indonesia?
Sahabat pembaca yang budiman,
kekacauan terjadi dimana-mana, kekisruhan santapan biasa setiap harinya.
Api dendam merupakan hal yang biasa terjadi antara rakyat jelata dan
para penguasa. Kebohongan public merata terjadi dimana-mana. Terror
pembunuhan kerapkali menimpa. Korupsi seakan-akan menjadi kebiasaan
diantara penguasa. Penderitaan rakyat jelata menampak nyata seakan-akan
tidak akan pernah sirna. Barangkali semua orang akan berfikir dan
mencari solusi atas aneka ragam penderitaan yang menghujam dibumi
pertiwi, Indonesia.
Sungguh, kepentingan yang
hanya menginginkan kemapanan diri sendiri tanpa pernah menghiraukan
kepentingan orang lain akan menjadikan kondisi kronis penderitaan yang
menimpa republic indonesia. Dan hal demikian ini sedang benar-benar
terjadi menimpa Indonesia. Seakan-akan cinta kasih sudah hilang entah
kemana diantara para pemimpin kita. Sejujurnya, bila cinta yang
mendasari rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia, sungguh manusia
Indonesia akan mendapatkan cinta dimana-mana dengan ketenteraman
rakyatnya. Namun bila kebencian dan keserakahan yang menjadi warna
keseharian para penguasa, maka sudah seyogyanya manusia Indonesia
mendapatkan kebencian dimana mana. Ketidak percayaan akan semakin
mengakar, perselisihan dan pertikaian akan selalu menjadi warna disetiap
harinya. Kemiskinan tidak akan pernah sirna, jadi tidak mengherankan
jika kemakmuran merata bagi rakyat Indonesia hanyalah omong kosong
belaka.
Sampai kapan penderitaan ini akan menimpa? Tentu
saja sampai manusia Indonesia terutama para pemimpin menyadari akan
hadirnya cinta teruntuk Indonesia. Tidak lagi berebut kepentingan dan
upah yang diberikan atas usahanya, namun karena kecintaan yang luar
biasa untuk berdedikasi kepada keharmonisan kehidupan manusia Indonesia
seutuhnya. Jika dilihat dari Sumber daya alam, Indonesia memiliki
keberlimpahan. Adalah konflik kepentingan untuk menjadikan diri dan
kelompok bahagia lantas mengesampingkan hak orang banyak yang sebenarnya
membuat awal dari penderitaan manusia Indonesia merajalela. Inilah awal
penderitaan yang mana keserakahan sebagai santapan setiap hari yang tak
pernah terlupakan, dimana-mana semua orang sadar jika keserakahanlah
yang menjadikan kemelaratan menimpa.
Serupa dengan apa
yang dialami manausia Indonesia saat ini, semua itu bermunculan karena
keserakahan para penguasa yang hanya mementingkan diri sendiri dan
mengesampingkan rakyatnya. Terror yang sedang meraja lela merupakan
respon terhadap bagaimana sikap para penguasa dalam memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya secara merata, begitu pula dengan ragam
permasalahan lain yang muncul silih berganti. Jika cinta mendasari
setiap kebijakan, tentulah keharmonisan manusia Indonesia bukan sekedar
mimpi belaka, namun akan nyata dan benar-benar ada tanpa harus
di-iming-imingi janji belaka yang tidak benar “kebenarannya”. Keep
spirit for our life Better…
Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia.
Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar