Sabtu, 31 Maret 2012

simfoni kehidupan yang tak pernah berhenti menginspirasi

Sang Bintang itu laksana mentari pagi,
coba saja tengok ketelususan sang mentari
datang dengan sebuah senyuman ketulusan tanpa pernah berharap untuk tetap mengisi cakrawala bumi
ketika suatu waktu ia harus pergi
dengan rela ia memberikan senyuman terindah dengan balutan pesona sang mega...
Mentari pagi itu hadir tanpa pamrih teruntuk kehidupan berarti bertabur makna bagi sang bumi, bagi cinta, juga semesta...

Layaknya simfoni kehidupan yang tak pernah berhenti menginspirasi
menumbuhkan bibit kedamaian kala mentari datang dengan pasti
pergi meninggalkan dataran luas semesta tanpa tangisan,
hadirnya telah mampu menyegarkan bait-bait kerinduan kala sang burung camar menemani saat ia harus pergi,
deru sang ombak mengikhlaskannya menepi diujung bumi,
namun ia tetaplah sang mentari,
hingga datanglah suatu waktu yang pasti dimana kehidupan akan penuh arti ketika mentari tersenyum membuka pintu cakrawala dalam jiwa.
Wahai sang Bintang, engkaulah mentarinya malam,
tak jua berharap tebaran pujian,
namun engkau hadir dalam kesederhanaan yang telah mengasuh jiwa dalam tebaran pesona keikhlasan.
dialah sang bintang dan mentari penghias semesta,
dua simfoni alam yang tak jemu-jemu menghadirkan keindahan bagi kehidupan,
teruntuk kebahagiaan bagi mata yang memandang dengan penuh kesyukuran. Keep Spirit For Our Life Better

Salam satu jiwa, Salam Sehat Jiwa untuk menggapai hidup bahagia.

Cerita manusia Indonesia adalah cerita duka dan hanya ada derita

      Cerita manusia Indonesia adalah cerita duka dan hanya ada derita. Tiada hari tanpa pemberitaan miring penguasa yang korupsi dan lamban dalam bersikap terhadap kepentingan rakyatnya. Tuding-menuding sudah hal yang biasa terjadi. Kebohongan dunia korporasi semakin menampak nyata, tekanan demi tekanan datang kepada rakyat jelata, penderitaan mengalir tanpa henti-hentinya menimpa kita semua. Banyak sekali peroblema kehidupan manusia Indonesia yang muncul silih berganti seolah-olah tidak akan pernah berhenti. Kekerasan demi kekerasan sudah menjadi santapan keseharian.

Melihat tanda-tanda kehidupan seperti ini, akan banyak orang mengeluh; “kemana lagi kita akan berteduh?” Jika kondisi seperti-seperti, bukankah kita sedang menikmati hidup diatas bara api neraka? Dahulunya, saat orde baru memimpin singgasana pemerintahan republic Indonesia, harga bahan pangan terjangkau adanya walau kebebasan politik dibawah tekanan para penguasa, namun kini setelah reformasi yang mana semua orang boleh berorasi menyampaikan aspirasi, kesemuanya itu harus dibayar dengan harga sandang, pangan dan papan yang melambung harganya. Jika demikian, kapan ceritra kehidupan manusia Indonesia aman dan tenteram sebagaimana yang di-idam-idamkan dalam idealism ke-indonesiaan?

Akankah semua itu hanyalah cerita fiktif yang tidak pernah menjadi realita? Lantas apa guna para penguasa yang hanya mengumbar janji kesejahteraan bagi rakyatnya jika saja lebih mementingkan orang-orang yang sudah mapan kehidupannya? Apalah arti angka kesejahteraan yang tinggi dalam hitungan statistic jika pada kenyataannya rakyat benar-benar menderita? Inikah yang dinamakan kesejahteraan merata bagi seluruh rakyat Indonesia?

            Sahabat pembaca yang budiman, kekacauan terjadi dimana-mana, kekisruhan santapan biasa setiap harinya. Api dendam merupakan hal yang biasa terjadi antara rakyat jelata dan para penguasa. Kebohongan public merata terjadi dimana-mana. Terror pembunuhan kerapkali menimpa. Korupsi seakan-akan menjadi kebiasaan diantara penguasa. Penderitaan rakyat jelata menampak nyata seakan-akan tidak akan pernah sirna. Barangkali semua orang akan berfikir dan mencari solusi atas aneka ragam penderitaan yang menghujam dibumi pertiwi, Indonesia.

            Sungguh, kepentingan yang hanya menginginkan kemapanan diri sendiri tanpa pernah menghiraukan kepentingan orang lain akan menjadikan kondisi kronis penderitaan yang menimpa republic indonesia. Dan hal demikian ini sedang benar-benar terjadi menimpa Indonesia. Seakan-akan cinta kasih sudah hilang entah kemana diantara para pemimpin kita. Sejujurnya, bila cinta yang mendasari rasa kemanusiaan masyarakat Indonesia, sungguh manusia Indonesia akan mendapatkan cinta dimana-mana dengan ketenteraman rakyatnya. Namun bila kebencian dan keserakahan yang menjadi warna keseharian para penguasa, maka sudah seyogyanya manusia Indonesia mendapatkan kebencian dimana mana. Ketidak percayaan akan semakin mengakar, perselisihan dan pertikaian akan selalu menjadi warna disetiap harinya. Kemiskinan tidak akan pernah sirna, jadi tidak mengherankan jika kemakmuran merata bagi rakyat Indonesia hanyalah omong kosong belaka.

Sampai kapan penderitaan ini akan menimpa? Tentu saja sampai manusia Indonesia terutama para pemimpin menyadari akan hadirnya cinta teruntuk Indonesia. Tidak lagi berebut kepentingan dan upah yang diberikan atas usahanya, namun karena kecintaan yang luar biasa untuk berdedikasi kepada keharmonisan kehidupan manusia Indonesia seutuhnya. Jika dilihat dari Sumber daya alam, Indonesia memiliki keberlimpahan. Adalah konflik kepentingan untuk menjadikan diri dan kelompok bahagia lantas mengesampingkan hak orang banyak yang sebenarnya membuat awal dari penderitaan manusia Indonesia merajalela. Inilah awal penderitaan yang mana keserakahan sebagai santapan setiap hari yang tak pernah terlupakan, dimana-mana semua orang sadar jika keserakahanlah yang menjadikan kemelaratan menimpa.

Serupa dengan apa yang dialami manausia Indonesia saat ini, semua itu bermunculan karena keserakahan para penguasa yang hanya mementingkan diri sendiri dan mengesampingkan rakyatnya. Terror yang sedang meraja lela merupakan respon terhadap bagaimana sikap para penguasa dalam memperhatikan kesejahteraan rakyatnya secara merata, begitu pula dengan ragam permasalahan lain yang muncul silih berganti. Jika cinta mendasari setiap kebijakan, tentulah keharmonisan manusia Indonesia bukan sekedar mimpi belaka, namun akan nyata dan benar-benar ada tanpa harus di-iming-imingi janji belaka yang tidak benar “kebenarannya”. Keep spirit for our life Better…

Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Kamis, 29 Maret 2012

Dalam KasihMu kupersembahkan seluruh harapKu

Suatu ketika mendapatkan kesulitan, hati mereka yang tertatih akan merasakan hidup yang teramat sulit karena bagi mereka hidup ini tidak lain sebagai suatu musibah bagi kehidupan mereka. Namun berbeda halnya bagi mereka yang sudah menuntun diri dijalan pencerahan, mereka menghadapi hidup dengan begitu tegarnya. Mereka ini menganggap persoalan hidup adalah batu loncatan untuk menjadi manusia lebih tegar dimasa mendatang.

Sulit memang melatih diri untuk bisa tegar dalam mensikapi setiap peroblema kehidupan yang datang silih berganti, rasa-rasanya butuh kekuatan untuk bisa menumbangkannya, namun bagi mereka yang mengerti konsekuensi kehidupan ini, tidak ada istilah mundur atau mengalah, pembelajaran disetiap harinya membuat mereka lebih tegar dan bertambah tegar. Layak jika mereka selalu bertambah bijak disetiap harinya.
Terkadang kesulitan hidup itu membuat kita melontarkan beberapa patah kata pengandaian agar kita hidup jauh lebih baik dari sebelumnya. Namun ternyata pada kenyataannya tidak, pengandaian demi pengandaian membuat kita semakin terpuruk disetiap harinya. Berharap jauh lebih baik “jika” ada ini dan itu dan lebih banyak melupakan apa yang sedang mengisi kehidupan disamping kita berpijak saat ini.

Jika saja masih bertahan pada pola hidup yang demikian itu, jangan harap kebahagiaan itu mendekat, lebih-lebih menjadi sahabat kehidupan. Pengandaian membuat kita tidak menikmati kekinian, pengandaian pula membuat kita bertahan pada kungkungan sabotase diri yang tak pernah berujung. Boleh saja berharap apapun, namun jangan sampai membuat kita lupa diri atas apa yang sedang kita jalani saat ini.

Tebarkanlah cinta bagi setiap jejak langkah kehidupan agar kita tercerahkan, menerima segala sesuatunya kehidupan ini lantas mensyukurinya, dengan cara demikian kita akan bisa terbebas dari penjara mental yang telah lama kita bangun sendiri. Ada seorang sahabat pernah bertanya demikian, “bagaimana caranya agar kita bisa terlepas dari peroblema kehidupan ini dan bisa lebih tegar untuk mensikapi segala sesuatunya?.”
Bukalah mata lebar-lebar, cobalah untuk menghitung berapa banyak anugrah yang telah tuhan berikan mulai dari pemberian yang kecil sampai yang besar bahkan bila perlu catat kesemuanya itu sampai kita sendiri sudah tidak mampu lagi mencatat segala pemberian itu agar kita sadar bahwa tuhan maha bijaksana bagi semua makhluknya, syukurilah segala sesuatunya lantas berucap dalam-dalam, begitu indahnya kehidupan ini, pemberian ini tidaklah sia-sia." Dengan cara itulah kita bisa merasakan kasih tuhan yang tidak pernah putus-putusnya.

Jika selama ini kita menjalani hidup dengan "jika or andai" disetiap harinya, maka sulit rasanya untuk bisa menerima kenyataan. sulit rasanya membuka diri atas segala sesuatunya yang telah tuhan berikan. seperti misalnya; "andai aku punya pacar cantik, maka aku akan sangat bahagia karenanya. andai aku punya mobil mewah, maka aku akan benar-benar bahagia. jika saja apa yang aku inginkan tercapai maka aku akan bisa merasakan kebahagiaan yang selama ini aku impikan."
Banyak sekali pengandaian-pengandaian yang sudah barang tentu membuat kita semakin terpenjara dengan ulah kita sendiri, alih-alih mendapatkan apa yang kita harapkan, justru kemelaratan menjadi sahabat kehidupan disetiap harinya. sungguh naif, bukan? ingat kawan, kita bukanlah budak atas impian kita sendiri, kita jualah yang menciptakan impian itu. jangan sampai suatu objek membuat kita menjadi seorang budak yang hanya terfokus pada sesuatu yang tidak layak untuk kita miliki. kita adalah anugrah kehidupan, seyogyanya menciptakan keindahan bagi kehidupan diri sendiri. saya, anda, mereka mereka semua semestinya memiliki kehidupan menabjubkan. oleh karena itu, anugrahkanlah cinta bagi diri sendiri agar tuhan memberikan lebih banyak cinta bagi kehidupan ini, dengan demikian kita akan tercerahkan.

 Sahabat pembaca yang budiman, disaat cobaan hidup menuntun kita dipersimpangan jalan ini, yakinilah bahwasanya semua itu adalah suatu karunia yang sangat luar biasa. dengan cara demikian kita bisa hidup dan menikmati hidup. hanya kepada tuhan jualah tempat kita mengadu dan menyampaikan segala harapan dan impian yang realistis. impian yang membuat kita menjadi diri kita sendiri, dan sebuah pengharapan yang memperkuat langkah kehidupan semakin kuat adanya. inilah pencapaian kehidupan yang mencerahkan sekaligus membahagiakan.

 Cobalah sejenak melirik kebelakang, selama ini yang membuat kita terpuruk ada ketidak ikhlasan diri menerima pemberian tuhan. lantas merenung dalam-dalam dan berpesan pada diri sendiri agar bisa melihat kehidupan ini dengan kaca mata yang lebih terang agar kita tidak kehilangan persfektif diri dalam melihat segala sesuatunya hidup ini. Saatnya menanamkan dan sekaligus Membentuk Pola Pikir Baru; saya cinta dan menerima diri saya seutuhnya, saya adalah orang yang mencintai dengan tulus dan dapat dicintai sewajarnya. Dunia ini aman dan nyaman, bersahabat, dan tenteram serta penuh kedamaian. Saya sendiri aman, saya berdamai dengan hidup dan saya dikaruniakan anugrah oleh tuhan untuk bisa/ mampu beradaptasi secara positif terhadap lingkungan dan diri sendiri. Sayalah sumber Cinta. Saya memilih untuk mencintai dan menerima diri saya apa adanya, saya melihat orang lain dengan cerminan cinta. Saya merasa bahagia dan merasa tenteram tanpa ada keluhan pada kehidupan.

Inilah kunci kehidupan yang sudah lama tidak kita pergunakan untuk membuka rahasia. jika kita sudah punya pengetahuan tentang hal itu, bersegeralah membukanya lantas mengeksplorasi segala muatan positif didalamnya agar hikmah kebijaksaanaan itu mengalir dengan sendirinya. takdir tuhan itu tidaklah membuat kita terkekang adanya, jalan takdir yang telah ditetapkan tuhan itu adalah sumber segala kebaikan dan pembebasan, maka terimalah ia dengan tangan terbuka agar kita tidak menjadi seorang pecundang ditengah pentas kehidupan.

“setiap orang memiliki jalan takdirnya sendiri, satu-satunya keharusan adalah mengikutinya, menerimanya, kemanapun takdir itu akan selalu menuntunnya. percayalah kepada tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. akuilah dia dalam segala tindakanmu, maka ia akan meluruskan jalanmu.” begitulah sedikit pesan yang tertuangkan oleh seorang sahabat dijalan pencerahan. ^_^

Hanya Padamu TempatKu Mengadu
Hanya Engkaulah Sandaran JiwaKu
Tak Ada tempat tuk berlindung Selain Naungan kasihMu
Dalam KasihMu kupersembahkan seluruh harapKu
Dibawah KuasaMu kumencoba meniti jalan kehidupan ini
Hanya CintaMu yang membuatKu berdiri tegar dibawah Ujian dan Cobaan hidup ini
Hingga Engkau taburkan benih cinta dalam jiwaKu

Terangi seluruh Ruang dalam hidupKu
agar aku mampu temukan pancaran Cahaya KeagunganMu
tak ada lagi Persembahan itu, kecuali hanya UntukMu
Tuhan... Terangi HidupKu dengan cahaya Cinta KasihMu
agar aku memandang hidup ini dengan mata kearifan
mendengarkan nyanyian kehidupan dengan telinga kebijaksanaan

Dimanapun kaki ini berpijak
kuatkanlah ia dengan ketabahan dan kesabaran disetiap jejak langkah jalan setapak
Bimbinglah ia dijalan kehidupan ini agar ia tak lagi menginjakkan kaki kegamangan
berikanlah ia curahan karunia agar ia mampu melangkah disetiap harinya

Kapan pun hati ini mengadu
dengarkanlah seruan pinta dan harapKu
namun jika engkau mengujinya dengan suatu pemberian yang tak ia pintakan padamu dalam sebuah persembahan
kuatkanlah ia untuk menerima jalan takdirMu

Disetiap pijakan kehidupan ada arti sesungguhnya kehidupan
Disanalah ia berhenti berjalan
Mmebuka pintu kebahagiaan
lantas memasukinya dengan sebuah kesadaran

Rabu, 28 Maret 2012

Eiiiitz's.... Bentar lagi ada UJIAN nich! Belajar Yuuuks!


Ketika ujian tengah semester disebuah sekolah akan digelar dua hari lagi. Semua siswa memacu diri untuk berdoa secara intens dan berlajar segiat mungkin agar perolehan hasil ujiannya nanti memuaskan sebagaimana diharapkan. Tentu saja semua mereka berharap untuk menjadi nomor satu. Sebagian besar dari mereka memulai untuk membaca kembali buku usang yang biasanya mereka tinggalkan sepulang dari sekolah walau kelihatannya baru, namun sesungguhnya buku itu usang tertutupi debu (malas; enggan), karena sebelum-sebelumnya belum pernah disentuh tangan halus mereka, terkecuali jika ujian sudah dekat didepan mata.

Hal ini dimungkinkan untuk memacu diri agar bisa menjawab semua soal yang akan diujikan dihari yang sudah ditentukan. Dua hari lagi ujian akan digelar, bukanlah waktu yang panjang untuk bisa mengulur-ulur waktu, bukanpula waktu yang panjang untuk bisa menyerap segala materi yang ada. Namun akan jauh lebih baik ketimbang tidak mempersiapkan diri sama sekali. Bagi sebagaian besar dari mereka, sudah menjadi hal biasa mensiasati ujian dengan cara demikian. Hanya sebagian kecil dari siswa-siswi yang terbiasa memegang buku mereka suatu ketika pulang dari sekolah untuk memantapkan materi yang pernah mereka dapatkan disekolah. Ada lagi golongan mayoritas siswa yang lebih senang berdoa lebih rajin dari biasanya tanpa harus banyak belajar karena mengandalkan teman ketika ujian nanti. (Keren bangeet Tuch. hehe)

Sebagian kecil sisiwa mempersiapkan diri secara matang sejak dari dahulunya untuk menghadapi ujian yang suatu saat akan digelar. Semua waktu luang yang dimiliki benar-benar dimanfaatkan untuk mengasah segala seuatu yang butuhkan dan mulai detik ini dipersiapkan secara matang. Sementara itu sebagian besar siswa atau kelompok mayoritas memulai giat berdoa suatu ketika ujian akan tiba dalam waktu dekat dan mencoba mengulang-ulang pelajaran yang pernah diberikan sebelumnya. (Waaah, sudah biasanya tuch… xixixi peace!)

Menurut hemat anda, kira-kira siswa mana yang akan berhasil menjawab soal-soal ujian dan memiliki nilai terbaik sebagai hasil nyata atas suatu perolehan? Boleh saja anda berujar sesuai pengalaman hidup yang pernah anda dapatkan sebelumnya karena kemampuan menjawab masing-masing siswa dipengaruhi oleh kemampuan akademiknya dan ataupun kemampuan otak untuk menyerap informasi yang didapatkannya, dan atau juga kecerdasannya untuk melakukan negosiasi diruang ujian hingga ia mendapatkan jawaban dari teman-temannya. (Iiiihhh, kok bisa gitu yach? Mantap dech. Jujur gue salut, berani banget nyontek dikelas walau ada pengawas!!!)

Boleh saja kita menjawab dengan apapun yang tertuang dibenak dan kepala kita masing-masing secara bebas. Namun dalam garis besar yang sudah menjadi rahasia pada umumnya, sudah barang tentu siswa yang memiliki persiapan dan perencanaan yang matang yang akan memperoleh keberhasilan yang memuaskan karena sudah sejak awal mempersiapkan diri untuk menuai keberhasilan yang sudah dirancang secara sistematis dan logis. Sekarang pertanyaannya adalah; kita termasuk diantara golongan siswa mayoritas atau termasuk kedalam lingkupan siswa minoritas seperti gambaran ilustrasi diatas?

Kalau boleh jujur, semua orang jika ditanya, “apakah anda ingin berhasil?” maka sudah barang tentu akan menjawab, “mau_mau_mau” dengan suara lantang, lugas dan tegas. Banyak orang ingin berhasil dan ingin mencapai apa yang ingin mereka dapatkan ditengah perjalanan mencapai puncak kehidupan ini, namun ternyata tidak semua orang mempersiapkan segala keperluan yang nantinya dibutuhkan dalam perjalanannya itu. Jangan-jangan kita lebih sering mempersiapakan diri dengan cara instan dan terlihat tergesa-gesa agar nantinya mendapatkan hasil yang sangat memuaskan. Jika boleh bertanya, “adakah hasil yang memuaskan dari hasil sikap ketergesa-gesaan?” Tentu saja tidak ada, bukan?

Inilah realitas kehidupan yang sering kita saksikan setiap harinya, jangan-jangan hal demikian itu seringkali terjadi dalam keseharian kita? Tidak perlu malu jika memang “iya” karena akan jauh lebih baik merubah yang ada saat ini ketimbang memaki-maki seribu kesalahan yang terus terjadi dibelakang hari. Ada baiknya untuk mempertanyakan diri, “sudah siapkah saya untuk memperoleh kemenangan besar? Apa saja yang sudah saya lakukan untuk meniti jalan atas pencapaian impian yang sudah terukirkan? Apa saja yang sudah saya persiapkan untuk memperoleh impian-impian itu?” cobalah untuk kita renungkan lantas memberikan jawaban yang berkesuaian dengan kondisi kita yang saat ini membutuhkan injeksi motifasi bagi pertumbuhan mental ini menjadi lebih baik.

Memiliki hasrat dan keinginan yang tinggi untuk bisa mencapai seluruh impian besar dalam hidup ini tentu saja adalah hal yang positif dan sangat baik sekali dan perlu diberikan apresiasi atas hadirnya harapan besar tersebut dalam hidup. Menjadi seorang yang berhasil tentu semua orang mendambakannya dalam hidupnya. Namun yang terpenting untuk kita instropeksi diri adalah sudah sejauh mana kita melangkah untuk merancang dan mempersiapkan apa yang tergambarkan dalam bingkai angan-angan? Masihkah kita diperbudak ketergesa-gesaan yang seringkali membuat kita terbentur kenyataan dilapangan luas kehidupan ini? sekarang apalagi yang kita tunggu, saatnya untuk membingkai hidup ini dalam persiapan agar pelangi keindahan itu menjadi bagian terindah kehidupan yang tuhan persembahkan sebagai pelangi kehidupan dalam diri kita masing-masing.


Selasa, 27 Maret 2012

selama masih ada harapan, pasti ada jalan untuk sukses. Bagi mereka yang "besar", harapan adalah satu-satunya kekuatan

Sudah banyak ceritra yang kita dengar tentang kisah keberhasilan orang-orang besar. Barangkali sudah seribu satu kisah yang sudah kita simak tentang bagaimana orang-orang sukses menggapai impian dan harapan mereka. Tidak banyak mereka yang sukses menikmati hidup dalam kehidupan yang mewah sekaligus megah, namun pada kenyatannya mereka hidup dalam lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan manusia lainnya, persis sama dengan kita yang hidup dalam kesederhanaan. Justru kesederhanaanlah yang membuat mereka menjadi orang yang sangat luar biasa.

Kebanyakan mereka memulai kesuksesannya melalui langkah kecil, sederhananya mereka selalu yakin dengan sebuah langkah kecil, dengan memulai melangkah berarti mereka telah membuka pintu kesuksesan. Inilah prinsip hidup yang mereka yakini sebagai awal menuju langkah besar dan sekaligus langkah awal untuk menggapai impian.

Mereka yang sukses akan selalu dikenal oleh orang lain karena keberhasilan mereka dalam membuat suatu perencanaan kehidupan yang layak dipertimbangkan dan diikuti oleh orang lain dan semua mereka memiliki kesamaan dalam hal ini walaupun Pada kenyataannya mereka yang sukses memiliki karakter yang berbeda-beda, namun ada kesamaan yang terlihat dalam diri mereka, mereka selalu memiliki harapan besar untuk sukses, harapan yang kuat untuk bisa menggapai impian mereka, dan harapan yang menjadikan semangat juang mereka tetap berkobar dalam menggapai segala impian karena keyakinan yang mantap bahwa tuhan akan memberikan apa yang terbaik bagi jalan keberhasilan itu. Mereka percaya bahwa selama masih ada harapan, pasti ada jalan untuk meraihnya. Bagi mereka harapan adalah satu-satunya kekuatan pendorong untuk tetap berjuangan.

Bagaimanapun sulitnya menempuh jalan keberhasilan itu, pengharapan dan keyakinan membuat mereka mampu bertahan dengan sebuah senyuman agar bisa merealisasikan impian-impian mereka.
Sebagian mereka percaya bahwa keberhasilan yang ada dalam genggaman tangan mereka saat sekarang ini didapatkan dari kerja keras dan keyakinan hati pada sebuah pengharapan, pun juga hasil karya dan kerja keras orang lain yang telah bersinergi dengan diri mereka dalam segala hal baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari atau tidak, begitulah yang sebenarnya terjadi. Mereka menjadi seorang besar seperti sekarang ini karena kontribusi positif orang-orang yang ada disekitar kehidupan mereka atau dimanapun mereka berada. Dengan keberhasilan yang mereka raih, ada suatu bisikan halus dalam hati mereka untuk berbagi kasih dengan orang lain.

Jika sudah sampai dijalan ini, mereka yang besar tidak hanya membesarkan baju kebesaran Mereka dijalan pencerahan, namun juga ikut membesarkan orang lain dalam mencapai tujuan sebenarnya kehidupan ini. Inilah sejatinya kesuksesan yang mengantarkan pada pencapaian agung, baju kebesaran yang melekat ditubuh mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk mengasihi sesama, justru baju keberhasilan itu mereka gunakan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi orang lain. Bagi mereka, orang lain adalah lentera penerang dalam kehidupan mereka untuk menemukan jalan kesuksesan ditengah pentas kehidupan ini.

 Baju kesombongan benar-benar mereka lepaskan agar mereka tidak terkurung dalam kehidupan yang sempit karena pada dasarnya kehidupan ini akan terasa sempit karena adanya rasa sombong didalam jiwa. Bagi mereka yang sukses, baju rendah hati telah melekat dalam tubuh mereka sehingga mereka mau untuk belajar dan terus belajar dari kehidupan orang lain, rasa gengsi sudah tidak lagi menjerumuskan mereka pada suatu sikap kemelekatan yang tidak menguntungkan kehidupan mereka dikemudian harinya, Adalah mereka yang sukses selalu bercermin dari kehidupan karena adanya harapan yang kuat akan terbukanya pintu kesuksesan dari sebuah keyakinan untuk terus belajar dan belajar dijalan pencerahan.

 Ingat kawan, kita butuh harapan besar untuk bisa menjadi seperti mereka yang sudah berbaju kesuksesan dengan segudang pencapaian impian dalam kehidupan mereka. Namun pada kenyataannya kita seringkali kehilangan pegangan ketika kita kehilangan harapan. Begitu harapan itu sirna, tiba-tiba saja energi kita terkuras habis tanpa sisa hingga membuat semangat juang itu semakin melemah saja dari hari ke hari bahkan tanpa sisa sedikitpun yang tersisa, jika sudah demikian, sulit rasanya untuk menggandeng kesuksesan itu. begitu harapan ini hilang, kita begitu mudahnya terombang ambingkan oleh samudara kehidupan ini karena begitu rapuhnya hidup kita tanpa sebuah pengharapan.

 Ada banyak bukti yang bisa kami suguhkan kepada anda betapa begitu berartinya sebuah pengharapan untuk menopang pencapaian dalam kehidupan. Tidak ada seorangpun yang mau untuk mengakhiri hidupnya jika dia masih memiliki  harapan? Harapan itulah yang membuat mereka semakin bertumbuh dewasa ditengah pentas kehidupan ini.

Hanya orang-orang yang tidak memiliki harapan untuk hidup dan hidup tanpa harapan yang begitu gagah berani mengakhiri hidupnya. Entah itu dengan menggantung diri, terjun dari gedung bertingkat sepuluh, minum racun, memotong urat nadi, membakar diri atau apapun cara mereka untuk melakukan percobaan bunuh diri (jangan dicoba dirumah! Cara-cara tersebut bukan untuk diuji cobakan, hanya mereka yang professional yang boleh melakukannya. Emang ada yach??? Mmmm… kayaknya gak ada, oleh karenanya jangan sekali-kali mencobanya dirumah. Okey!!!). Sungguh mereka berani melakukannya karena tidak ada harapan untuk hidup dan hidup tanpa sebuah harapan yang jelas, oleh karenanya mereka berani mengakhiri hidup dengan segala cara apapun agar ajal mereka segera menjemput (lebih cepat lebih baik.. hehehe peace).

Ketakutan demi ketakutan menyelimuti kehidupan menyebabkan hilangnya harapan demi harapan. Hal yang wajar jika kita mengalami ketakutan dalam hidup ini, ini suatu pertanda kalau kita harus lebih siap untuk menjaga apa yang kita miliki agar kita bisa tetap bertahan hidup, namun adakalanya ketakutan demi ketakutan itu melebihi batas normal, bisa jadi dibelakang hari rasa ketakutan itu membuat harapan dan impian itu sirna dengan sendirinya.

Ada satu cara untuk menghilangkan rasa ketakutan itu dan menumbuhkan keyakinan yang kuat akan pencapaian pada sebuah pengharapan, yakinlah kepada kepastian takdir tuhan, semua yang diberikannya adalah sesuatu yang kita butuhkan dan memang harus ia berikan untuk membuat kita semakin bertumbuh disetiap harinya, menolak dari pemberian yang ditakdirkan-Nya tidak hanya menghapus segala pengharapan yang sudah kita gaungkan dalam hati, pun juga mendatangkan ketakutan-ketakutan yang membuat jiwa kita keropos dengan sendirinya.

Tidak ada seorang pun yang menginginkan hidupnya dalam kesengsaraan. Semua orang tentunya memiliki harapan untuk bisa hidup dalam kebahagiaan. Oleh karena itu, siapa pun juga harus memiliki harapan agar ia bisa lebih kuat menjalani hidup. Saya, anda, mereka, semua orang atau siapapun juga haruslah hidup dalam impian dan harapan. Dengan menumbuhkan keyakinan yang kuat bahwa tuhan bersama kita disetiap harinya, dimanapun dan kapanpun, harapan yang ada itu akan bersemi melahirkan kekuatan baru dan mengibarkan semangat juang agar kita benar-benar hidup dalam keberanian yang mantap. “Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun melewati jalan yang sulit. Sedangkan Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan membuat kemajuan walaupun ia berada dijalan yang mulus!.” Begitulah pesan seorang bijak; Thomas Carlyle kepada kita semua agar kita benar-benar memulai hidup ini dengan merancang harapan demi harapan yang ingin kita capai nantinya.

Harapan itu adalah doa bagi pertumbuhan jiwa kita dihari esok, suatu saat nanti Tuhan akan memberikan apa yang pernah kita panjatkan kepadanya, termasuk harapan yang tertuangkan dalam jiwa kita masing-masing karena sesungguhnya harapan itu bagian dari doa sebagaimana apa yang kita pajatkan saat setelah selesai menunaikan ibadah sholat atauibadah-ibadah lainnya.

Ada satu tugas penting yang harus kita selesaikan bersama-sama wahai kawan, sebelum melangkah lebih jauh untuk mencapai setiap impian yang ingin kita torehkan ditengah pentas kehidupan ini, cobalah sejenak kita Tanyakan apa kata hati ini tentang harapan-harapan yang sedang menggelayuti seluruh ruang jiwa saat sekarang ini! Jika sudah ada pesan hati yang telah berbisik dalam-dalam. Cobalah untuk membebaskan diri dari masa lalu yang menyakitkan, barangkali kesakitan-kesakitan masa lalu itu muncul karena kita tidak memiliki pengharapan untuk menapaki jalan kehidupan.

Saatnya merekonstruksi kembali kehidupan baru dengan perencanaan yang benar-benar matang. Tanyakanlah pada diri masing-masing apa yang sebenarnya impian dan harapan sampaikan! Dengan membuka jalan pengharapan menapaki kebebasan bagi Jiwa untuk bergerak bebas ditengah kemelut kehidupan, ia akan menuntun kita terbang tinggi menggapai jalan pencerahan.

Senin, 26 Maret 2012

pesan klasik seorang dokter, “Hindari stress, jangan terlalu banyak pikiran, dan usahakan untuk beristirahat yang cukup”.


Bila anda berkunjung ke dokter dengan banyak keluhan fisik yang erat kaitannya dengan masalah emosional, biasanya anda lebih sering diberi pesan klasik, “Hindari stress, jangan terlalu banyak pikiran, dan usahakan untuk beristirahat yang cukup”. Sama persis dengan pesan klasik lainnya, “Perbanyak olah raga dan hindari makanan yang mengandung banyak lemak, manis-manisan dan makanan yang berminyak.” Lantas setelah periksakan diri ke dokter, anda pulang dengan membawa beragam kebingungan yang belum terjelaskan secara terprinci. Disamping itu pula, anda diberikan resep yang biasanya diprioritaskan pada pemenuhan vitamin bagi tubuh, Suplemen tambahan bagi tubuh anda sendiri, pun juga obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi tingkat stress anda.

Kendati demikian, kebingungan anda belum sepenuhnya terselesaikan karena anda belum mempunyai kepastian untuk hidup sehat dan berpola sebagaimana tuntutan untuk hidup sehat agar anda benar-benar hidup sehat sebagaimana yang idam-adamkan. Disatu sisi yang lain, kebiasaan pasien berkunjung ke dokter akibat setelah adanya keluhan-keluhan fisik yang dideritanya. Ini tentu pemahaman yang keliru, seharusnya kita lebih peka terhadap kondisi kesehatan sendiri, tidak ada salahnya untuk priksakan diri saat kondisi tubuh dalam keadaan normal atau relative terhindar penyakit-penyakit kronis.

Langkah ini adalah bentuk rasa cinta dan sayang terhadap diri sendiri, dengan cara memperhatikan kondisi kesehatan secara berkesinambungan saya, anda dan siapapun juga telah sepenuhnya belajar untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan agar tetap prima. Namun dalam kenyataannya, kebanyakan orang mempersepsikan sebaliknya yang justru membuat “sehat” itu semakin mahal adanya.

Dimata masyarakat awam, berkunjung ke dokter merupakan sesuatu hal yang identik dengan stigma negative. Mereka yang periksakan diri ke dokter adalah mereka yang “sakit”, padahal tidak sepenuhnya benar, justru dengan periksakan diri ke dokter, anda akan mengenal lebih jauh kondisi kesehatan anda dan bagaimana harus berpola sebagaimana pola hidup sehat agar tubuh selalu sehat disetiap harinya.

Pemikiran seperti inilah yang semestinya harus di kikis secara perlahan, jika terus saja dibiarkan pemikiran yang seperti itu, rasa-rasanya sehat itu semakin mahal. Ini pertanda bahwa manusia modern semakin tidak mengerti bagaimana harus menciptakan pola hidup sehat untuk tubuhnya sendiri. Tentunya pola demikian itu seharusnya kita sadari sepenuhnya agar kita benar-benar tergerak untuk mentransformasi paradigma mengobati menjadi menyembuhkan, stigma sakit menjadi sehat dan mencoba belajar pola hidup sehat sejak dini.

Semua kita tentu berharap untuk hidup dengan pola hidup sehat dan memiliki kesehatan prima disisa hidup yang kita miliki. Namun anehnya, Kita berusaha untuk mengupayakan agar kesehatan tubuh kita tetap terjaga dan tidak akan mudah diserang penyakit setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu yang pernah bersarang ditubuh. Dengan berbagai cara kita berusaha keras untuk mencari informasi tentang kesehatan kita sendiri dan berusaha semaksimal mungkin agar kita lebih kebal terhadap serangan penyakit untuk kedua kalinya.

Secara tidak langsung maupun langsung kita juga akan mencari informasi tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi yang tentunya kita yakini membuat kita menjadi sehat. Mencoba untuk meluangkan waktu berolah raga, memaksimalkan waktu, dan beristirahat yang cukup agar tubuh ini tetap sehat.

Sahabat pembaca yang budiman, tahukah anda, banyak orang lebih menyadari betapa pentingnya kesehatan prima setelah mereka jatuh sakit. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Kebanyakan orang lebih peka terhadap kondisi kesehatannya setelah dirawat dirumah sakit. Sungguh aneh, bukan? Sebenarnya kita tidak sedang sakit, hanya saja kita berpikir dengan cara “sakit”.

Buktinya, kebanyakan orang menyadari betapa pentingnya “sehat” setelah sakit, bukankah cara berpikir demikian itu “keliru”? cobalah kita merenung dalam-dalam, tuhan menganugrahkan kesehatan ini agar kita mensyukurinya. Cara terbaik untuk memanifestasikan rasa syukur itu adalah menjaga kondisi kesehatan dan bagaimana mengelola kondisi kesehatan agar tetap prima.

Betapa baiknya tuhan kepada kita, Coba Bayangkan, andai saja saat kita mengirup nafas segar, lantas kita harus membayarnya dengan harga mahal, mungkin sebagian besar mereka yang hidup adalah mereka yang tergolong kaya raya dan mereka yang miskin tidak akan pernah mampu bertahan hidup karena keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada diri mereka yang tergolong lemah. Betapa banyak orang yang menggunakan alat bantu pernafasan hanya untuk meringankan penderitaan yang dideritanya saat dirawat dirumah sakit, seperti misalnya oksigen dan alat-alat medis lainnya.

Sebenarnya semua itu tidak perlu jika kita sudah sadari sejak dini betapa pentingnya karunia nikmat nafas yang telah tuhan berikan secara cuma-cuma. Andai saja Allah mencabut nikmat pendengaran yang kita miliki saat ini, mungkin kita tidak akan pernah mampu mendengar apa-apa dan tentunya kehidupan ini terlihat sunyi sepi tanpa suara apapun, suara indah seorang penyanyi kelas dunia sekalipun tidak akan pernah membuat kita terbuai mengikuti irama nyanyiannya, bagi kita sama saja, tak ada yang berbeda layaknya suara yang bukan dari seorang penyanyi kondang, hanya terlihat gerakan mulut mereka saja, suaranya entah kemana perginya. Bukankah banyak orang dirumah sakit sana berkunjung ke dokter Spesialis THT hanya untuk mengembalikan fungsi Pendengarannya yang sudah abnormal. Bagi anda yang memiliki pendengaran normal, syukurilah semua itu, apa sulitnya jika kita memiliki keinginan kuat untuk berperilaku sehat.

Dan mungkin saja nikmat pengelihatan ini dicabut oleh Sang Pencipta, mungkin kita tidak akan pernah tahu warna indah kehidupan ini yang dihasilkan dari mekanisme kerja panca indra khususnya mata. Kita tentu tidak akan pernah bisa menikmati keindahan panorama alam yang terbentang luas dengan segala macam dan bentuk pernak-pernik keindahan yang menghiasinya. Begitupula keterbatasan untuk bisa menikmati sebuah senyuman dari seorang sahabat ataupun mungkin menyaksikan secara langsung penampilan seorang model yang sangat cantik.

Bagi mereka yang memiliki keterbatasan atas nikmat penglihatan, tidak ada bedanya cewek cantik atau tidaknya karena bagi mereka dunia ini gelap adanya, hanya ada ruang kosong gelap gulita yang terbentang didepan mata. Sahabat pembaca yang budiman, Bersyukurlah kepada tuhan, saat ini anda masih memiliki Penglihatan normal. Betapa banyak orang yang harus rela menghabiskan uang hanya untuk mengangkat katarak dimata atau juga penyakit mata lainnya.

Namun semua itu tidak terjadi, kita seharusnya mengucapkan rasa syukur yang tinggi Kepada Allah SWT karena Karunia Kasih Sayang Allah Yang Maha Luas kepada sekalian manusia tidak ada batasannya-unlimited rahmat, kesehatan ini pula suatu pertanda kasihnya tanpa batas kepada kita. Pemberian karunianya itu kepada semua hamba-hambanya Tanpa membedakan makhluk-makhluknya, entah mereka yang taat terhadap segala perintah dan menjauhi segala larangannya atau pun juga mereka yang mengingkari segala karunia nikmatnya secara terang-terangan, tetap saja Allah memberikan penghidupan yang layak bagi sekalian makhluknnya dengan segala macam bentuk keluasan anugrah kasih sayangnya.

Layakkah kita masih mencoba menikam diri sendiri dengan tangan kita? Cobalah untuk merenungkannya lantas aplikasikan didalam keseharian ini agar kita bisa tetap sehat sebagaimana yang di idam-idamkan oleh banyak orang, namun hanya sedikit yang mau menjalani pola hidup sehat aghar tetap sehat.

Jika demikian adanya, apa yang perlu kita rubah untuk bisa memberikan kontribusi positif terhadap diri kita sendiri sebagai cara untuk mengabdikan diri pada Tuhan semesta Alam agar kesehatan yang telah dikaruniakan-Nya ini terjaga dan bisa dimaksimalkan pada hal-hal positif? Caranya adalah membersihkan diri dari virus-virus yang bersemayam didalam alam pikiran kolot yang telah mengakar dan mengekang pertumbuhan jiwa, melatih diri untuk berpola dengan membiasakan pola hidup sehat disetiap harinya, tidak ada salahnya untuk periksakan diri ke dokter keluarga dan mencoba untuk membagi waktu secara maksimal tanpa harus mengabaikan kondisi tubuh.

Inilah rangkaian cara tepat agar kita bisa menegnal diri dan lebih peka terhadap kondisi kesehatan. Layak jika kita harus mengambil hikmah dari pesan para tetua, “Sedia payung sebelum hujan.” Mempersiapkan diri secara maksimal agar hidup ini benar-benar tercerahkan karena segala sesuatunya kita jualah yang akan menjalaninya.

Jangan cuma melihat "AMPAS"-nya doank


Setiap kali melihat orang berbaju rapi, lengkap dengan dasi dan atribut mewah lainnya, kita seringkali menilai kalau orang tersebut sudah sangat berbahagia dalam hidupnya. Tentu saja karena daftar kekayaan yang dimilikinya begitu banyak sehingga dia bisa menikmati hidup dan mendapatkan apa yang diinginkannya. Suatu ketika melihat orang yang berbaju biasa-biasa saja, secara tidak sadar kita langsung saja memberikan penilaian kalau orang tersebut hidupnya pas-pasaan saja, tidak lebih dan tidak kurang.
Lebih dari itu, setiap kali bertemu mereka yang berbaju lusuh, kita langsung saja mencapnya sebagai golongan tidak mampu dan hidupnya tidak bahagia. Padahal kebahagiaan itu tidak karena baju yang dipakainya ataupun atribut kemewahan lainnya. Toh juga banyak orang kaya yang berkonsultasi ke tempat peraktik psikolog, psikiater dan atau dokter jiwa untuk meminta pil tidur atau sedikit tidaknya mengurangi stress dan depresi yang sedang menghinggapi hidup mereka, tujuannya tidak lain agar ia bisa menikmati malam dengan istirahat yang cukup. Lebih dari itu, bisa menikmati hidup ini disetiap harinya.
Percayakah anda, bahwasanya susah senang, miskin kaya, sedih bahagia, dan sehat ataupun sakit tidak lebih daripada bagaimana seseorang “menilai hidupnya” disetiap harinya. Jadi inti pokok permasalahannya adalah bagaimana kita menilai hidup kita sendiri. Seringkali kita menilai hidup orang lain lebih baik lantas membanding-bandingkannya dengan kehidupan diri kita sendiri suatu ketika melihat orang lain mendapatkan kelebihan harta ataupun lain sebagainya. Seringkali kita menilai hidup orang lain lebih baik daripada kehidupan kita, menilai orang lain lebih bahagia hidupnya, menilai orang lain lebih pantas mencicipi kemanisan hidup didunia hingga membuat kita lupa dengan kehidupan diri kita sendiri.
Kita cenderung menilai orang lain bisa melakukan ini dan itu atau apapun itu, sedangkan kita tidak bisa apa-apa, lantas mencap diri menjadi seorang yang bodoh. Bagaimana mungkin kita akan bisa lebih baik dari orang lain jikalau terus saja melihat sisi kekurangan yang memang melekat dalam diri kita tanpa adanya orientasi presfektif jangka panjang untuk mengubah hidup menjadi lebih baik.
Jangan-jangan pada kenyataannya orang yang kita anggap lebih baik dari diri kita justru melihat kehidupannya sendiri amat sempit sekali dan justru menilai kita lebih layak atau jauh lebih baik daripadanya. Sampai Kapan lingkaran setan tuduh-menuduh ini akan berakhir? Tentu saja tidak akan berujung sampai kiamat sekalipun jika pemahaman yang demikian itu telah membumi didalam diri kita setiap kali melihat realitas yang ada.
Kendati demikian, kita tetap saja bersikukuh dalam pemikiran yang demikian itu, padahal kita tahu kalau hal itu tidak baik untuk dijadikan pedoman dalam hidup. Itu namanya memperbodoh diri sendiri yang selalu saja menganggap diri bodoh. Kalau dilihat dalam kamus istilah matematika; bodoh ditambah bodoh maka hasilnya sangat bodoh. Bodoh kuadrat donk. Please dech?!!!
Sahabat pembaca Yang budiman. Jika saja kita terus menanamkan pola sikap yang demikian itu, sampai kapan kita bisa terbebas dari kungkungan tuduhan yang sebenarnya tidak perlu dibesar-besarkan. Merasa iri dengan kehidupan orang lain seringkali menambah beban bagi diri kita sendiri tanpa kita sadari telah memperbudak kehidupan kita disetiap harinya. Cobalah sejenak meluangkan waktu anda lantas merenung dalam-dalam. Dan cobalah mengingat-ingat kembali dan hitunglah berapa banyak orang yang sudah membuat anda begitu iri kepadanya. Satu orang yang anda simpan rasa iri kepadanya merupakan beban tambahan dalam hidup anda sendiri. Artinya semakin banyak orang tempat anda menaruh rasa iri hati, maka semakin banyak pula beban dalam hidup anda dan akumulasi beban tersebut membuat anda terpenjara ditengah kehidupan anda tanpa menyadari kalau hal tersebut memang terjadi.
Sesungguhnya penilaian-penilaian itu berawal dari bagaimana kita melihat orang lain yang sedang berdiri dihadapan kita atau berada dilingkungan dimana kita berada. Melihat gaya berpakaiannya atau entah itu melihat aksesoris-aksesoris mewah lainnya membuat kita terpesona lantas menilai kalau orang tersebut “bahagia”. Padahal tidak demikian adanya, sumber segala kebahagiaan berawal dari bagaimana kita melihat diri kita seperti adanya dan menerima kehidupan ini serta mampu mengalir bersama kehidupan. Jika kita masih menilai orang dari “ampas” atau luarnya saja, berarti sepenuhnya kita belum menerima diri kita seperti apa adanya. Jika kita menilai diri kita lebih buruk dari orang lain dalam hal-hal yang relative mengarah ke duniawiaan, sepenuhnya kita belum memiliki jiwa yang sehat. Mengapa demikian?
Orang yang jiwanya sehat selalu menerima diri mereka seperti apa adanya. Menanamkan jiwa sehat dan selalu bisa merasakan kebahagiaan dalam hidup, menghadapi tantangan, dapat menerima orang lain seperti apa adanya tanpa harus menilai lebih dari aksesoris yang dimilikinya, mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri serta memberikan apresiasi positif terhadap hal apapun yang dilakukannya selama itu baik demi menunjang kehidupannya lebih baik dimasa mendatang.
Inilah wujud keperibadian yang sejatinya menuntun jiwa pada kedamaian, kebahagiaan dan ketenteraman dalam hidup. Tanpa harus menilai diri lebih bodoh dari orang lain ataupun menilai diri sendiri begitu banyak kekurangan suatu ketika melihat orang lain memiliki kelebihan didalam hal-hal keduniawiaan. Orang lain bisa bahagia, mengapa kita tidak!?


Minggu, 25 Maret 2012

Pelajaran berharga dari sebuah luka yg mengilhami terbitnya fajar kesadaran diri menjadi bijaksana.

Pernahkah anda Mengalami cidera atau luka di bagian organ tubuh anda??? Mungkin buat anda yang pernah mengalaminya tentu akan menjawab “sakit”. Namun bagi anda yang belum pernah mengalami cidera atau luka di bagian anggota tubuh tertentu, maka anda tidak akan pernah merasakan penderitaan rasa sakit karena memang tidak ada respon organis untuk di hantarkan oleh reseptor nyeri kepada pusat rasa nyeri di bagian syaraf pusat atau otak anda. Namun tahukah anda, sebenarnya kita semua pernah mengalami rasa sakit ketika hati kita tersayat oleh kehidupan yang tidak bersahabat dengan diri kita, memang luka itu tidak tampak oleh kasat mata dan tidak pula menempel di bagian organ tubuh tertentu, namun luka itu sangat menyiksa batin, tidak terlihat namun sangat terasa menyiksa seluruh anggota tubuh kehidupan.
Sebagai contoh, kita akan merasa sakit jika kita di khianati oleh seseorang yang sangat kita cintai, atau mungkin juga di khianati oleh teman dekat yang selama ini kita berikan kepercayaan kepadanya namun ia tidak juga menjaga kepercayaan itu dengan baik hingga semua rahasia itu terbongkar begitu saja bahkan sampai terdengar di telinga orang lain yang bukan semestinya untuk mengetahui segala rahasia yang ada, atau pun juga anda adalah orang yang terkucilkan di dalam kehidupan diri anda sendiri. Tentunya semua itu akan memunculkan penderitaan di dalam hidup, rasa sakit itu seolah-olah menggerogoti seluruh anggota tubuh, membuat kesengsaraan itu bersarang di dalam hati sanubari, terasa bagaikan sembilu yang menari-nari di atas luka hingga bertaburkan garam di atasnya.
Sesungguhnya banyak sekali kemungkinan yang membuat rasa sakit di dalam hati itu muncul. Beragam bentuk dan coraknya tentu telah mendatangkan kesakitan-kesakitan atau penderitaan yang melekat dalam diri individu yang sedang mengalami hal demikian. Di antara kita mungkin pernah mengalami penderitaan dalam hidup hingga menyisakan luka, namun tidak jarang di antara kita menjadikan luka itu makin kronis.
Luka masa lalu memang pada kenyataannya berbeda tingkat keparahannya akibat beragam kemungkinan faktor yang menyertainya. Luka itu dapat berupa luka yang begitu dalam dan atau luka kecil yang terlihat sepele. Terlepas dari itu semua, persoalan luka masa lalu bukanlah terfokus pada besar atau pun kecil, dalam atau pun dangkal, parah atau tidaknya luka itu yang bersarang di dalam hati, namun sebenarnya luka itu akan terlihat tingkat keparahannya akibat faktor kurun waktu yang mengilhami luka di dalam hati menjadi sesuatu yang menyisakan kepedihan yang tak kunjung sembuh.
Semakin lama kurun waktu luka itu terngiang di dalam alam pikiran, semakin sering menghantui segenap langkah kehidupan seseorang, dan semakin lama semakin bertumpuk serta mengundang luka-luka turunan lainnya, maka sudah barang tentu kepedihan hidup sudah berkiprah di dalam kehidupan individu tersebut. Sungguh naïf kehidupan ini andai saja luka tersebut tidak kunjung terobati.
Tentu buat kita yang sedang mengalami luka yang mendalam dan sedang menorehkan irisan-irisan kepedihan, sangat mengharapkan kesembuhan sebagai titik ujung dan akhir dari segala macam dan bentuk penderitaan, namun tidak jarang di antara kita yang telah terlukai mempersalahkan orang lain sebagai faktor munculnya luka itu di dalam diri. Memang pada kenyatannya luka-luka kehidupan itu muncul dari luar diri kita masing-masing dan terkadang muncul dari dalam, tapi sebenarnya memperdebatkan itu bukanlah titik fokus yang harus di diskusikan untuk mencoba mencari obat penawar, memperdebatkan hal demikian itu adalah penyangkalan diri yang tak kunjung berakhir, sama saja ibaratnya dengan luka yang terukir di dalam kanvas lingkaran setan, semakin mencoba untuk melakukan penyangkalan diri maka luka itupun semakin menjadi-jadi di dalam diri. Tentu tidak ada seorang pun mengharapkan sebuah penderitaan tak berujung menghantui seluruh hidupnya, namun sebenarnya hal itu benar-benar terjadi dalam entitas realitas kehidupan ini.
Faktor terpenting yang harus menjadi modal dasar sesorang untuk membuat dirinya sembuh dari luka kehidupan itu tidak lain adalah memaafkan masa lalu dan mencitrakan kesiapan diri untuk mengarungi kehidupan di masa mendatang. Memaafkan masa lalu adalah batu loncatan untuk dapat menguatkan keyakinan diri melangkahi masa depan dengan penuh kemantapan. Mengingat masa lalu dari presfektif negatifnya saja akan menjadikan diri kita seorang pecundang yang tidak siap melangkahi hari ini dan hari esok.
Kita memiliki kaki yang terlihat kuat untuk bisa melangkah pergi kemana-mana atau dengan kata lain melangkah ke sisi bumi lainnya, namun sebenarnya kaki kita sedang mengalami kelumpuhan-kelumpuhan yang mengakibatkan kita tidak bisa menjelajahi kehidupan ini. Melakukan pendakian dalam diri akan terhenti, justru yang terjadi adalah hal sebaliknya, kita terguling dan meluncur ke bawah jurang kepahitan yang amat dalam, sungguh suasana begitu mencekam terlihat, garis-garis kegelapan menjadi warna penghias di dalam kesakitan itu.
Jadikanlah luka masa lalu dan luka hari ini sebagai bingkisan kado kehidupan yang mendewasakan di masa mendatang, cintailah kehidupan ini layaknya tidak akan pernah mati, bertumbuh dalam pikiran-pikiran sehat yang siap menjadi laskar pembela di setiap sudut kehidupan dan mantapkanlah jiwa pada kuasa serta kasih sayang tuhan, maka luka itu akan benar-benar menjadi penghias diri yang mengagungkan, hadirnya bukanlah menjadi musuh, namun kehadirannya tidak lain pembawa cahaya terang, melantunkan suara merdu yang mengisahkan dorongan untuk bertahan hidup, menyanyikan bait-bait lagu inspiratif dan, menghadirkan malaikat-malaikat kedamaian yang telah siap mengepakkan sayapnya untuk menaungi mereka yang segenap jiwa raga sanggup bersabar menanti kebahagiaan yang bersandar di darmaga kehidupan ini.
“Jangan kau lukai aku lagi”, kalimat tersebut kini tidak lagi menjadi menjadi sebuah semboyan, karena sesungguhnya mereka yang telah menyakiti anda adalah mereka yang sudah berani mengorbankan seluruh hidupnya untuk mengajarkan kita nilai-nilai kebijaksanaan, mereka telah rela berkorban dan sanggup untuk di penuhi lumuran dosa di seluruh tubuh mereka demi meyakinkan kita pada panji-panji kebahagiaan.
Jika pola pemikiran demikian telah mengejawantah dan meresap di dalam kesadaran, maka sangat layak jika kita di nobatkan sebagai raja-raja bagi kehidupan kita sendiri, mampu menguasai diri dan mengendalikannya pada tatanan yang teratur sebagaimana yang telah di ajarkan di dalam nilai-nilai luhur ajaran suci dari Tuhan Sang Pencipta Kebijaksanaan. Jadikanlah sosok masa lalu sebagai pencerah, biarkanlah masa lalu itu mengalir dalam celah-celah bebatuan dan akan bermuara pada samudra kehidupan yang luas.
Hati yang lapang menerima segala manifestasi kehidupan, baik itu sebuah berita yang membahagiaakan atau berita kepahitan akan mencitrakan kekuatan diri yang tangguh. Jadikanlah hati itu bagaikan samudra yang luas, ia tidak menolak apapun yang memasukinya, namun ia tidak mengalami perubahan apapun, tetaplah ia menjadi dirinya sendiri, jika pengibaratan yang demikian mengilhami segenap kehidupan kita, maka menghadirkan surga di tengah kehidupan dunia bukanlah menjadi sebuah kemustahilan.
Layaknya penghuni surga di tengah kehidupan dunia, merasakan kenikmatan-kenikmatan seperti di dalam surga, kepahitan di dalam luka itu kini berubah menjadi sesuatu yang membawa keajaiban. Maka temukanlah surga itu di dalam hatimu, biarkanlah waktu mendewasakan diri, manfaatkanlah kesakitan itu sebagai pintu-pintu pembuka kelapangan hidup, mengnugrahkan kebijaksanaan, dan menjadikan diri kita menjadi seorang pemaaf dan penyantun untuk menyantuni kehidupan ini oleh kehadiran cahaya fajar kesadaran yang menghujam di dalam qalbu. Keep spirit for our life better
Salam satu jiwa. salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia
Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain



GALAU lagi, GALAU lagi.. Mmmm, Bersukacita saja-laah...


Apabila seseorang mendapatkan sesuatu hal yang tidak diinginkan dalam episode kehidupannya, akan sangat mudah sekali baginya merasakan hidup dalam kubangan penderitaan, perasaan sumpek, hidup tak bersemangat, bimbang dan GALAU akut bahkan kronis. Bagaimana halnya dengan orang yang mengalami kesuksesan dalam hidupnya? Tentu saja akan sangat mudah baginya untuk bersuka cita, merasakan kemenangan dalam hidupnya. Sedangkan bagi mereka yang sedang didera oleh ragam permasalahan hidup, sulit sekali rasanya untuk bersuka cita; merayakan hidup untuk menyambut kemenangan hari esok. Justru yang ada adalah ungkapan perasaan yang semata-mata melihat diri lebih kecil dari permasalahan yang menimpa.

Anda juga mungkin pernah mengalami hal serupa, Bukan? Ketika kehidupan ini tidak memberikan apa yang Anda inginkan, hati ini rasanya tidak mau lagi untuk bersuka cita, tertutup wajah keceriaan yang pernah ada. Ketika kondisi kehidupan mulai menghimpit, seolah-olah hidup sudah tidak bersahabat lagi, seakan-akan titik terang untuk menatap masa depan sudah redup dan bahkan impian untuk meraihnya pupus ditengah jalan.

Jujur saja, Saya pribadi pernah mengalami hal demikian. Dan sesungguhnya semua itu adalah hal yang manusiawi sebagai bentuk respon atas segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini. Kita sadari, manusia tidak akan pernah luput dari rangkaian masalah yang mendera dalam hidupnya. Masing-masing individu memiliki problematika kehidupan yang sangat beragam bentuk, corak dan warnanya. Sayangnya, tidak banyak orang yang mau memilih menjadi pribadi merdeka untuk bersuka cita dalam kondisi hidup apapun yang terbentang didepan mata.

Dalam sebuah pesan sederhana disebutkan, mereka yang sejak awal telah bersandar dihadapan kasih tuhan, semangatnya tidak akan pernah pudar. Mereka yang sejak awalnya berserah diri kepada yang Maha Besar, semangatnya akan terus berkobar dan tak akan mudah digoncang oleh terpaan kesedihan maupun penyesalan. Inilah tanda banhwasanya mereka telah mendapatkan keberhasilan sejak awal. Ini mengingatkan kita akan suatu hal yang sering terlupakan. Dalam hidup ini, Persoalan hidup tidak ditentukan oleh besar kecilnya suatu permasalahan, melainkan ada tidaknya kemenangan dalam diri seseorang untuk tetap merasakan suka cita dalam setiap prosesi kehidupannya.

Ketika kita bisa merasakan kemenangan disetiap perjalanan. Sejatinya permasalahan hidup tidak lebih sebagai batu loncatan untuk bisa meraih mimpi yang lebih besar dihari esok. Lantas apa lagi yang membuat kita berkubang dalam tangis kesedihan? Yakinlah! Orang yang memiliki kemenangan dalam hidupnya adalah mereka yang merdeka atas tuntutan duniawi karena sepenuhnya yakin bahwa tuhan tidak pernah melupakan makhluknya.
Semangat demikian akan memunculkan harapan baru penuh suka cita yang akan mengantarkan kita kepada sebuah pencapaian luar biasa yaitu kemenangan besar yang membuat kehidupan terbebaskan adanya. Jadi, apapun yang terjadi dalam hidup ini, selama kemangan dalam diri selalu berkibar, maka kekuatan untuk bisa menghadapi persoalan hidup akan bertumbuh subur dengan sendirinya lantaran itu semuanya akan menuntun diri pada pencapaian hidup yang jauh luar biasa dari sebelum-sebelumnya.

Sederhananya, mereka yang hidup dalam kondisi tertekan dan ketiadaan kemerdekaan dalam dirinya akan sangat mudah tergelincirkan hidupnya dalam kesengsaraan dan ketersedihan, mereka ini akan sangat mudah sekali dilanda perasaan sedih, takut, cemas dan depresi. Ia akan sangat bingung dan kehilangan orientasi yang suatu waktu menjadikannya lumpuh sehingga kehidupan ini semakin diluar dari apa yang dimimpikannya. Jika hidup seseorang sudah didominasi oleh sikap demikian, akan sangat mudah hidupnya tergelincirkan dalam jurang penderitaan. Sungguh tidak ada seorangpun yang menginginkannya, Bukan?

Tentu saja anda tidak mau menjadi korban situasi yang demikian, bukan? Yang menjadi harapan besar anda adalah menikmati hidup dalam kemenangan dan bersuka cita dalam kondisi apapun. Tapi, bersuka cita dan merdeka dalam kondisi yang sulit bukanlah hal mudah. Hanya saja sesuatu yang sulit bukan berarti tidak bisa untuk kita miliki. Oleh karena itu kita dingatkan kembali untuk membesarkan IMAN dalam dada bahwa tuhan selalu ada untuk menjadikan kehidupan kita menjadi luar biasa.

Percayalah! Segala sesuatu yang ada didunia ini hanyalah fana dan sementara, ini artinya tidak ada yang kekal abadi. Sungguh, Hanya Dialah yang maha sempurna atas segala-galanya, Oleh karena itu, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk membesar-besarkan permasalahan dan atau berlebihan dalam menghadapi kesulitan yang sedang menimpa. Seberat apapun masalah itu, ia akan makin mengecil dan sirna. Seberat apapun, ia akan makin ringan dan dan hilang entah kemana.

Segala bentuk kesengsaraan hidup, kesulitan dan penderitaan tidak akan pernah tumbuh dan berkembang seperti tanaman.jadi, apalah gunanya kita menjadi budak atas kehidupan diri kita sendiri padahal besar sekali kesempatan kita untuk merdeka. Biarkan saja kesulitan hidup terus saja datang menerpa, sebab dari setiap peristiwa dalam episode kehidupan ini ada kemenangan yang bisa kita peroleh darinya karena sesungguhnya Tuhan Yang Maha Besar selalu dan tak akan pernah luput untuk menghadirkan ragam kebaikan dan kebahagiaan didalamnya. Tersenyumlah…jadikan semua penderitaan yang mendera sebagai cerita indah yang mengagumkan diakhir episode kehidupan.

Sejatinya, Dengan suka cita, seseorang mampu meraih segala mimipi-mimpi indahnya. Dengan kemerdekaan hidup yang dimilikinya seseorang mampu untuk berpikir jernih. Dengan demikian ragam peristiwa yang terjadi tidak mudah membuat hati galau. Kemerdekaan diri dalam permasalahan hidup membuat kehidupan seseorang lebih dewasa dan membuatnya mengerti kehidupan yang menabjubkan.

Percayalah! Jika hari ini gelap sedang menimpa diri anda dan anda terus bersabar dan terus melangkahi segala yang terbentangkan didepan mata, maka kehidupan terang benderang penuh kebahagiaan menunggu anda dimasa mendatang dalam berkah senyuman. Bukankah ini tujuan utama kita yang selama ini kita idam-idamkan? Kenapa harus berdiam diri? Inilah saatnya membuka mata dan menggapai segala mimpi yang ada. Tersenyumlah atas segala anugrah!!! Keep spirit for our life better

Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggaai hidup bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Kamis, 22 Maret 2012

Pujian membuat kepala besar atau besar kepala? Pilih Mana?!?!?

Sudah menjadi rahasia umum diantara kita, dalam hidup ini tidak ada seorangpun yang menginginkan hidupnya penuh cacian dan makian dari orang lain disetiap harinya. Tidak ada seorangpun yang rela dirinya menjadi tumpuan ragam cibiran dan hujatan orang lain, entah dari siapapun itu; baik dari orang yang sangat kita kenal ataupun dari mereka yang tidak pernah kita kenal sebelumnya ditengah pentas kehidupan ini. Rasa-rasanya Akan sangat sempit kehidupan ini jika banyak orang yang memberikan cacian dan makian, bahkan akan dapat menumbuhkan sikap pesimistis dan ke-naifan dalam diri setiap orang, dan terkadang memupuk perasaan ingin mengakhiri kehidupan dengan ragam cara, bisa-bisa berakhir dengan bunuh diri; menggantung diri diatas pohon tomat, cabai dan lain sebagainya. Uuuupss, salah dech, gantung diri diatas pohon kelapa maksudnya, red, menyayat nadi, buang diri dan dengan ragam cara lainnya. (Warning. Tidak diperbolehkan mengikuti saran yang tertera sebelumnya, karena akan dapat menghentakkan adrenalin anda, serangan jantung, stroke, hipertensi, dan sakit hati bahkan berujung pada kematian yang tak seorangpun menginginkannya).

Sangat berbeda ceritanya wajah kehidupan ini jika setiap harinya orang-orang yang ada disekitar kita memberikan suatu penerimaan dengan tangan terbuka dan pujian yang akan dapat membesarkan kepala. Tentu saja akan membuat kita merasakan hidup bahagia adanya. Semua manusia akan berespon dengan cara yang sama, dibelahan dunia manapun itu, Baik dikutub utara ataupun dikutub selatan; dibenua eropa, asia, afrika, amerika ataupun dibenua Australia. Seperti misalnya diMamben City (Uuuups, tidak boleh perotes! Okey). Inilah rahasia kita bersama, yang semua orang tahu akan hal itu karena sudah menjadi rahasia umum diantara kita. Layaknya tanaman yang membutuhkan pupuk agar pertumbuhannya subur makmur, sama halnya dengan diri kita yang mengharapkan pertumbuhan hidup yang membahagiakan dengan pujian dan penerimaan dari orang lain. Namun tahukah kita, ternyata tidak semua pujian akan menjadikan kita sebagai manusia dewasa. Manusia mandiri yang terus berkarya tanpa harus meminta belas kasih pujian dari manusia semata.

Pujian mungkin saja menumbuhkan kepercayaan dalam diri dan akan dapat menciptakan semangat juang yang tinggi dalam diri setiap orang, namun pujian harus kita waspadai agar kita tidak terjerumus kedalam jurang yang menyakitkan diakhir episode kehidupan ini. Mengapa demikian!? Rangkaian kata-kata indah yang diperuntukkan orang lain kepada kita, bisa jadi membuat kita lupa dimana kaki berpijak. Ketika kita menerima pujian dan sanjungan dari orang lain berupa rayuan dan olah kata yang membuat jiwa lupa diri, maka kita telah kehilangan asset terbesar kita, yaitu kehilangan semangat untuk berkarya sepenuh hati, betapa tidak, kita akan terbuai dan mengharapkan segala sesuatunya butuh suntikan pujian dari orang lain. Padahal kita harus berkarya dan menelurkan semangat tinggi tanpa harus bergantung dari rangkaian pujian disetiap harinya, cukuplah Allah yang memberikan pujian kepada mereka yang ikhlas melakukan ragam kebaikan dimuka bumi, bukankah kesejatian sebuah pujian itu hanya datang dari Sang Maha Kasih saja, yaitu Tuhan semesta alam?

Jika awalnya sebuah pujian membuat kita bersemangat menciptakan pelangi keindahan, menginspirasi diri untuk terus berkarya, menumbuhkan semangat juang, melahirkan inspirasi dan ide-ide cemerlang, maka ciptakanlah maha karya agung teruntuk penghormatan diri dengan serangkaian apresiasi yang diberikan orang lain, tujuannya tidak lain untuk menopang hidup kita, namun jika ada perasaan berharap suatu pujian semata dan tidak lebih dari sekedar pujian belaka bahkan membuat diri terus bertumpu dan berharap penuh pada suatu pujian, maka sejenak merenung dalam-dalam agar diri tidak terjerumus kedalam kesombongan ataupun kelemahan jiwa yang tidak seorangpun menginginkannya, bukankah karya yang kita persembahkan teruntuk tuhan semata, Tuhan yang layak diberikan Pujian dan Ketinggian sebagai bentuk persujudan seorang insan? Lantas mengapa kita menjadi ketergantungan dengan pujian yang menjadikan jiwa lemah tak berdaya. Tanpa kehadiran pujian itu disetiap karya yang kita lahirkan dikehidupan nyata, kita menjadi manusia tak berdaya. Masihkan kita terbuai dalam senandung nyanyian pujian yang melemahkan jiwa? Tentu saja tidak seorangpun yang menginginkannya, bukan!?

Ibaratnya pujian itu bak air laut yang disuguhkan orang lain untuk menghapus dahaga, semakin kita meminumnya, semakin membuat kita haus tak berdaya. Tentu saja akan membunuh kita secara perlahan. Bukan semata-mata karena kandungan garam yang ada didalam air laut tersebut, semata-mata karena kerakusan diri yang terlalu berharap pujian demi pujian tanpa henti. Jika sudah menyadari hal demikian, buat apa berdiri diatas puing rapuh yang nantinya akan runtuh jua!? Bekerjalan dengan sepenuh hati, ciptakanlah maha karya terbaik yang akan dipersembahkan kepada kehidupan semata, teruntuk Tuhan pemilik Pujian dan Ketinggian. Tunaikanlah setiap pekerjaan dengan ketulus ikhlasan, karena kita memiliki tujuan pokok yang harus dipersembahkan yaitu Pengabdian kepada Tuhan. Biarkanlah pujian sebagai pelengkap semata, bukan semata-mata sebagai fokus dan tujuan utama, karena ketika kita melahirkan sesuatu yang luar biasa dan terlihat menabjubkan, tuhan akan memberikan pujian, begitupula dengan makhluknya. Lantas mengapa kita tidak menyadari hal itu. akankah selama ini kita terlupa karena terbuai mimpi semata? Keep spirit For Our Life Better…

Salam Satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk Menggapai Hidup Bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Biarkanlah CINTA berbahasakan sejatinya CINTA

Cinta Itu bagaikan lukisan abstrak yang terpajang diatas dinding jiwa manusia; begitu sulit di mengerti bentuk, rupa dan makna aslinya, karena cinta ada bahagiapun ada disegenap kehidupan ummat manusia, karena cinta pula maka ada kesedihan bagi seseorang yang tidak memiliki cinta di dalam hatinya atau mungkin pula tlah menyalah artikan cinta hingga membuatnya terseret dan tersayat luka nestapa. Dan akan tiba saatnya di mana kita harus merelakan Cinta; berhenti mencintai seseorang bukan karena kita putus asa untuk mencintainya, melainkan karena kita menyadari bahwa orang yang kita cintai akan lebih berbahagia apabila kita merelakan kepergiannya teruntuk kebahagiaan dirinya dan itulah jalan sebaik-baiknya. Biarkanlah sang kasih Menyemaikan cinta kedalam jiwa karena Dialah satu-satunya Oase cinta yang tidak pernah kering kerontang sepanjang masa,,, Jika sudah waktunya datang, maka datanglah ia tanpa harus dipaksa... Sambutlah ia dengan lapang dada dan senyuman mesra, disaat itulah semesta mengigaukan bait-bait pembebasan bagi jiwa manusia. Keep spirit for our life better...

Salam Satu Jiwa... Salam SEHAT JIWA untuk menggapai hidup bahagia...

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain.

Tidak Hanya sekedar "berfikir positif".. Lantas harus bagaimana donk!?!?!?!

Mungkin Anda pernah mendengar penuturan para motifator handal tentang bagaimana seharusnya menyikapi hidup yang sedang dirundung masalah pelik yang mengharapkan jalan keluar agar tidak terkungkung dalam ketersakitan yang tak pernah berujung, “Berpikirlah Positif maka kehidupan anda membaik. Yakinlah dengan pikiran positif itu, maka anda dan kehidupan anda akan terbebaskan!” Begitulah sebaris pesan yang diungkapkan dengan mimic wajah meyakinkan dan dibarengi gerakan Tubuh yang begitu mengesankan agar orang lain tersihir lantas mengikuti pesan sederhana yang mereka ajarkan dikelas Motifasi yang biasanya berkisar tidak lebih dari 4 jam ataupun digelar selama 3 hari secara terpisah. Kendati demikian, tidak jua kita rasakan perubahan yang kita mimpi-mimpikan. Barangkali ada yang salah nich? Salahnya dimana yach?

Sahabat Pembaca yang budiman, Sesungguhnya bagi anda yang sedang dirundung kesedihan mendalam akibat ragam persoalan yang acap-kali bermunculan, tentu saja menciptakan pikiran positif akan sangat sulit dilakukan bahkan menjadi suatu kemustahilan, betapa tidak, masalah yang datang silih berganti seakan-akan mencekik leher dan membutakan akal pikiran untuk bisa melihat dengan “wajar” atau mungkin melihat situasi secara positif. Entah itu Bagi Saya, Anda dan juga mereka, Tentu saja hal ini akan menjadi aral yang membatasi anda dengan harapan dan tujuan yang ingin anda gapai dalam hidup ini. Terus bagaimana donk!?

    Jika Boleh jujur dan berterus terang ala apa adanya, Tidak ada satupun diantara kita yang terlepas bebas dari ragam persoalan yang datang silih berganti dalam hidup ini. Betapapun besar kecilnya, banyak ataupun sedikit jumlahnya, masalah akan tetap menjadi masalah yang memang harus dicari jalan keluarnya, bukan mencungkil dan memperbesar masalahnya sehingga orang lain akan ikut serta berpartisipasi dalam memunculkan masalah terhadap diri kita sendiri atau bagi kehidupan banyak orang. Mmmmm, jadi kebayang ada hari “PROMBLEM DAYS” yang akan dirayakan oleh penduduk dunia ditanggal 31 Februari. Sejujurnya, kita menginginkan hidup ini terbebaskan.

Bagaimana hidup bebas jika setiap harinya dirundung masalah ini dan itu. Disinilah kebebasan yang sebenarnya, dimana kita bisa menikmati pelajaran berharga dari setiap masalah yang bermunculan setiap harinya, merangkulnya menjadi suatu buku yang didepannya tertuliskan sebuah pesan penuh makna “PENGALAMAN BERGARGA” Naaah disinilah awal munculnya Pikiran positif itu, saat kekuatan bersimpuh pada pengakuan Terhadap Ke-Maha Kuasaan Tuhan, maka impian untuk menjadikan kehidupan yang menabjubkan disetiap harinya menampak nyata, dan suatu waktu nanti seribu satu masalah yang silih berganti akan menjadi Pengalaman hidup yang paling berharga akan semakin nyata adanya.

Diakhir cerita nanti kita akan bergembira akan hadirnya pengalaman yang menjadikan kehidupan jauh lebih menabjubkan dan tercerahkan karena sejatinya Tuhan hadir disetiap nafas Kehidupan ini. Barangkali akal dan pikiran sedang galau dan tak mungkin lagi berpikir jernih, jadi mana mungkin untuk kita meminta bantuannya lagi saat semuanya terlihat suram adanya, kita tidak tahu harus berbagi kepada siapa. Oleh karenanya ada pesan moral dari para bijak yang memang layak kita renungkan; “Saat kesedihan menjadi teman dalam keseharian, Saat riuh-riuh kehidupan menampak disetiap pijakan, Disaat tidak ada lagi orang yang akan memberikan bala bantuan, jangan pernah lupa kasih Tuhan, Sesungguhnya disanalah awal kekuatan diri muncul. Disanalah awal pembebasan yang sesungguhnya, Awal dari kebahagiaan yang telah lama dicari ummat manusia.”

Apakah Hanya dengan percaya kepada Tuhan, semua permasalahan hidup akan sirna dengan sendirinya? Mmmmm, tentu saja tidak demikian ceritanya, tidak pula hanya ucapan percaya tanpa Pembuktian dikehidupan nyata. Bagi mereka yang percaya kepada Sang Pencipta, selalu saja menaruh harapan lantas memulai melihat peluang atas segala problema kehidupan yang bermunculan. Mereka tidak mudah memutus kepala, gantung diri, Potong nadi, dll. hanya karena ditinggal pacar pergi ke Malaysia ataupun entah pergi kemana, Justru mereka ini akan dituntun oleh kekuatan yang datangnya dari jiwa yang paling dalam, disanalah Tuhan Membisikkan pesan Indahnya dari dalam keheningan. Dengan demikian spirit Transendensi antara seorang hamba dengan Tuhannya semakin erat dari jalinan komunikasi yang semakin intens disetiap rentetan waktu yang terus berjalan tanpa hentinya walau barang sedetik pun. Adakah kita mengabaikan kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa Ditengah kehidupan ini!? Jika Lupa kepada-Nya? Lantas kepada siapa lagi kita mengadu segala keluh kesah yang menimpa? Keep spirit For Our Life Better!

Salam Satu Jiwa. Salam sehat Jiwa untuk menggapai Hidup bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain.

Wahai engkau yang datang membawa kado terindah terunjuk jiwa

Wahai engkau yang datang membawa kado terindah terunjuk jiwa
Hadirmu bagaikan sekuntum bunga yang tumbuh ditempat yang teduh
Dimana angin sepoi-sepoi datang membelai dengan kemesraan-nya dan menanamkan rindu
Engkau menyemaikan benih-benih kelembutan kedalam bathinku
Dimana aku bisa merasakan kehidupan ini dalam bingkai keindahan yang menabjubkan
Engkau hadir bagaikan musim hujan yang selalu datang membawa keteduhan
Menundukkan ranting-ranting yang kering dengan ketulusanmu menghadirkan hijau; kesegaran
Engkau benar-benar datang mengabarkan keindahan diatas pijakan bumi kehidupan

Wahai engkau yang datang membawa kain kasa penutup luka bagi sang jiwa
Kedatanganmu menyembuhkan nyeri, luka, dan derita yang selalu mengusik diri disetiap waktu
Engkau layaknya seorang dokter bagi sang jiwa yang kini meratap dan terlunta dalam derita
Engkau menaburkan kerinduan dan kedamaian yang membuat bathinku tenang tanpa beban
Engkau membasuh luka dengan kelembutan pengorbanan kasih dan cinta
Dimana aku bisa merasakan bathinku tersembuhkan dari luka dan penderitaan yang menimpa
Engkau injeksikan kedamaian kedalam seluruh tubuhku
Membuat jiwaku kembali merasakan keindahan disetiap pijakan ditengah bumi kehidupan

Wahai engkau yang datang membawa air kasih sayang saat rasa haus mendera
Kehadiranmu membuat jiwaku mampu bangkit kembali dari gersangnya gurun derita
Engkau membawa kesejukan layaknya sang embun yang menyemaikan diri diawal kehidupan ini
Engkau mengusap dahaga bathinku dengan kesejukan senyumanmu mewarna ketulus ikhlasan
Dimana aku bisa merasakan kolam kesegaran disetiap waktu
Engkau benar-benar membawa kabar gembira bagi sang pengembara ditengah tandusnya jiwa
Membuat dahaga sirna tergantikan oleh kesejukan dan kedamaian disetiap waktu
Layaknya hujan yang menetes membasahi gersangnya bumi kehidupan
Membasahi bumi dan menumbuhkan tunas baru berwarna putih kehijauan
Menebar rerumputan layaknya permadani berwarna hijau yang menutupi tanah lapang

Engkau datang membawa seribu warna kedalam singgasana jiwa dikedalam sana
Hadirmu adalah bak pelangi penuh warna bahagia diatas cakrawala semesta
Mengenyahkan ragam penderitaan ditengah kehdiupan dengan senyuman mesra disetiap harinya
Bolehkah aku memanggilmu Bidadari syurga yang hadir membawa kabar bahagia?
Keep spirit For Our Life Better…

Salam satu jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia…

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Jadi tidak ada alasan untuk menyogok tuhan ditengah persujudan

Seorang anak Muda yang tinggal dirumah kost-kost-an yang amat sederhana, Berdo’a kepada Tuhan-Nya, Sebut saja namanya Jackie, Pemuda yang sudah terbiasa terbangun ditengah Malam gelap gulita yang mana jarang sekali orang yang melakukan hal demikian sebagai suatu rutinitas ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dalam yakinnya Jackie berharap tuhan akan menjawab do’a dan segala pintanya agar diberikan segala sesuatu atas apa yang diminta dan di-impikannya selama ini. Meminta lebih atas segala karunia kepada Tuhan agar nantinya Ia memiliki ini dan itu ditengah kehidupan ini dibandingkan apa yang dimiliki orang lain dalam hidupnya agar ia tersohor dikenal sebagai seorang laki-laki yang memiliki kemegahan dan kemewahan, semua itu tidak lain karena usahanya setiap malam untuk mencungkil dan membobol pintu langit dari ungkapan doa yang biasa ia panjatkan.

Dengan suara nyaring ia meminta disisa malam agar segala harapan dan impiannya tercapai; “Ya Tuhan… Berikanlah Aku karunia terbaikMu, karunia yang belum pernah Engkau berikan kepada hambaMu yang lain. Jangan sekali-kali engkau menunda pemberianMu itu, Persingkatlah waktu ini agar Aku bisa mendapatkan segala karunia terbaikMu itu. Please Tuhan” Berkali-kali Jackie mengucapkan do’a tersebut diatas persujudannya agar tuhan dengan rela menjawab segala pintanya sesegera mungkin, tanpa perlu baa-bii-buu atau berbasa basi kepada hamba-Nya.

Tiba-tiba saja terdengar suara dari balik tembok, menimpali pinta Jackie, sang pemuda naïf yang menginginkan Tuhan memberikan segala sesuatunya tanpa pernah berbelas kasih kepada mahkluk lainnya, “Woiii Berisik Banget sich lhooo, Gak Mungkin Tuhan menjawab doa Egois kayak begitu. Please dech… Mana mungkin Tuhan persingkat waktu. Jangan Mimpi dech.” Seru suara tersebut. Tidak salah lagi, Ternyata suara itu datang dari kamar kost sebelah yang merasa terganggu dengan do’a Jackie. Betapa tidak, suara keras pinta Jackie tersebut seakan-akan sedang memaksa Tuhan menyegerakan pemberian-Nya. Dan hal demikian sudah dilakukan berkali-kali setiap malamnya. Acap kali cara tersebut mengundang amarah dari tetangga sebelah yang kebetulan berdampingan tempat kost, tentu saja mengganggu istirahat tetangga kamar sebelah, betapa tidak, suara keras doa setiap malamnya akan membuat orang lain tidak nyenyak mendengar Pinta egois demikian.

Sahabat Pembaca yang budiman yang begitu baik hatinya. Cerita diatas hanyalah FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan tokoh, nama, tempat dan peritiwa, kesemuanya itu hanyalah sebuah kebetulan belaka karena memang sengaja direkayasa untuk suatu kepentingan lelucon belaka dan pembelajaran makna agar hidup ini dihiasi dan dibingkai oleh kebahagiaan luar biasa yang menabjubkan disetiap harinya. KAMI memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua rekan Pembaca jika ada yang tersinggung ataupun tersakiti hatinya. Karena, tidak ada satupun niatan yang terbersit dihati kami untuk menebarkan dendam diantara kita. Semoga Tuhan Sang Maha Kasih menuntun kita kepada pencarian yang sesungguhnya; Yaitu Jalan Kebenaran.

Sungguh, dalam kehidupan ini Tidak akan mungkin tuhan berkasih sayang hanya kepada segelintir orang ditengah riuh kehidupan ini. Tuhan selalu maha kasih kepada semua orang, dan tuhan tidak pernah menimang-nimang kasih hanya kepada orang-orang yang memiliki kekayaan saja ataupun ragam lainnya. Sungguh tuhan Selalu adil dalam karunia-Nya kepada semua orang tanpa pernah diminta, karena sesungguhnya keberlimpahan kasih tuhan bagi siapapun. Jadi tidak ada alasan untuk menyogok tuhan ditengah persujudan saat berdoa dengan hasrat ke-egoisan saat meminta. Orang lain pun membutuhkan kaih tuhan sebagaimana kita membutuhkannya.

Disamping itu pula Tidak pernah ada jalan pintas bebas hambatan yang bisa kita lewati, lalui dan seberangi untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup ini. Tidak pernah ada ceritanya tuhan Menawarkan cara singkat untuk mendapatkan anugrah berlimpah dari-Nya selain berperoses dengan sepenuh hati atas apa yang dilimpahkan-Nya didalam kehidupan ini untuk ummat manusia. Oleh karena itu, ada baiknya untuk kita sejenak merenungkan dalam-dalam, Betapa kasihnya Tuhan kepada kita, namun betapa seringnya kita memaksakan kehendak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi, mengintimidasi kepentingan orang lain, se-akan-akan hanya diri kita jualah yang pantas menikmati kebahagiaan dalam hidup ini, Orang lain Lewat. Uuuups, semoga saja kita tidak bersikap demikian dihadapan Tuhan sang Maha Kasih hanya semata-mata untuk kepentingan diri pribadi dan mendoakan makhluk lainnya dalam keterhinaan.

Mungkinkah tuhan akan menjawab pinta dan do’a demikian? Tentu saja tidak, karena sudah menjadi rahasia umum diantara kita kalau Tuhan maha adil dan berkasih sayang kepada semua hamba-hamba-Nya. Sang Maha kasih hanya akan menjawab doa tulus yang tidak pernah memaksa. Doa yang mana didalamnya teruraikan nilai kasih kepada diri dan juga orang lain. Inilah sejatinya ke-Sholehan yang menuntun kita kepada kebahagiaan yang sesungguhnya. Jadi, mengapa harus takut berdoa kepada Tuhan agar semua makhluk mendapatkan kasih yang berlimpah. Bukankah disana ada kebahagiaan tetangga, disitulah ada kebahagiaan kita. Dimana ada kebahagiaan bersama, disanalah kasih tuhan berlimpah tanpa harus mencungkil atap langit agar karunia itu datang mengurapi wajah kehidupan. Keep spirit for our life better…

Salam Satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain.

Rabu, 21 Maret 2012

Jangan MARAH-MARAH dooonk_INI salah siapa hayoooo


Ini adalah kisah tiga orang guru yang sedang berdiskusi tentang kenakalan siswa-siswi mereka di Sekolah Menengah Kejuruan Asoy Geboy Mbeeer (SMK AGM).

Guru 1: Anak-anak sekarang semakin sulit diatur. Bukannya menuruti guru, justru mereka sering membantah. Pusing saya kalau terus-terusan seperti ini.

Guru 2: Sama bu, saya juga merasakan hal yang sama. Bahkan mereka sekarang sudah berani kurang ajar sama gurunya sendiri.

Guru 3: Lho… Kok bisa begitu sich bu???

Guru 2: Iya nich, Tadi dikelas mereka bikin saya Marah-marah. Mereka bukannya memperhatikan apa yang saya jelaskan tentang Nilai Kesopanan, justru mereka asyik mengobrol sambil curi-curi pandang. Apa nggak Punya Akhlak tuch? Dasar Kurang Ajar…!!!

Guru 3: Waaah bu, jangan salahkan mereka. Saya juga sebagai laki-laki normal pastinya akan seperti itu ketika didalam kelas, sama seperti anak-anak.

Guru 2: Lhooo. Kok bisa begitu sich pak?

Guru 3: Iya bu, gemana nggak curi-curi pandang. Coba Lihat Rok mini ibu yang terbuka lebar, pastinya ini nich yang membuat mereka kayak begitu. Mmmm…

Guru 2: Haaaah?!?!?!?%&****

ATTENTION!!! Cerita diatas hanyalah FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan tokoh, tempat dan peritiwa, kesemuanya itu hanyalah sebuah kebetulan belaka karena memang sengaja direkayasa-Sueeer Tie Keweeer-Keweeer dech. (WARNING!!! Dilarang Memperbanyak TAWA apalagi sampai membuat anda GILA karena akan dapat menjadikan ANDA sebagai salah satu PASIEN Rumah Sakit Jiwa). Sebagian atau seluruh isi diluar tanggung jawab penulis jika membuat anda tersinggung dan atau tertawa sampai GILA.

Sahabat Pembaca yang budiman. Bagi anda yang suka cerita Canda dan tawa, bolehlah anda tertawa sewajarnya selama tertawa itu belum termasuk dalam daftar LARANGAN yang dilarang oleh Undang-Undang Negara maupun kode etik adat serta norma agama. Bagi anda yang lebih terfokus pada pembelajaran makna, maka inilah kesempatan untuk kita bisa bersama-sama membuka mata, membuka diri lantas melihat dunia apa adanya.

Dalam hidup ini, betapa seringnya kita mengoreksi kesalahan orang lain tanpa terlebih dahulu melihat diri kita seperti apa yang sesungguhnya, kita terlalu sering menyalahkan orang ketimbang melihat kedalam diri. Inilah mengapa kita seringkali mendapatkan letupan kemarahan yang sesungguhnya hal yang menjadikan kita jauh dari sumber kedamaian. Ketersinggungan-ketersinggungan kecil kerap kali mewarnai, dorongan-dorongan ego untuk membentuk oang lain sebagaimana diri kita seringkali mewarnai cara kita dalam memberikan pendidikan dan atau sekedar masukan terhadap orang lain. Adalah manusia-manusia egois yang merasakan dirinya lebih hebat dibandingkan dengan orang lain. Adalah manusia-manusia egois yang seringkali melimpahkan kesalahan kepada orang lain yang sesungguhnya kesemua itu berasal dari dirinya sendiri. Inikah yang kita sebut sebagai cara untuk merubah citra diri anak bangsa?

Sungguh demikian adanya, ceritra kehidupan yang terkadang membuat kita bertanya, mengapa semua itu berlaku tanpa pernah kita menyadarinya. Begitu seringnya kita berkoar-koar menyampaikan inspirasi tentang bahaya laten korupsi, namun ternyata setelah duduk manis dikursi tertinggi republic ini, kita justru melakukan hal yang jauh berbeda dari apa yang kita sampaikan sebelum-sebelumnya. Tentu saja hal ini adalah keroposnya karakter dalam diri yang menjadikan kita jauh dari karakter yang kokoh. Inilah mengapa bangsa Indonesia tidak pernah mampu mensejahterakan seluruh rakyat. Jika saja para pembesar diatas sana hanya berorasi tentang kesejahteraan kepada seluruh rakyatnya tanpa bertindak nyata dari hal-hal kecil ditengah kehidupan kesehariannya, maka semua itu hanya bualan semata yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Begitupula ahli agama, para guru dan lain sebagainya.

Berbicara tentang aturan moral, namun mereka sendiri perlu dituntun dalam moralitas sederhana, seperti berbusana misalnya. Akankah rakyat segan dengan kebijakan yang hanya berfokus kepada orang lain ketimbang diri mereka sendiri yang mana semua orang tahu bahwa mereka adalah pigure public yang selalu dilihat oleh mata rakyatnya dimana kaki mereka melangkah? Begitupula bagi mereka yang duduk diatas sana, berbincang tentang kemajuan bangsa. Akankah rakyat percaya begitu saja apa yang dikata ketimbang sikap dalam dunia nyata?

Dalam dunia pendidikan kerap kali terjadi hal-hal yang seperti itu. Tidak jarang sang guru memarahi peserta didiknya hanya karena suatu hal yang sepele tanpa memberikan arahan yang tepat sebagai suatu pembelajaran, melakukan tindak kekerasan dan ragam perbuatan yang sesungguhnya tidak perlu dilakoni oleh seorang insan terdidik. Namun ceritanya memang terjadi demikian, lantas siapa yang perlu dipersalahkan? Siswa siswi yang duduk manis menimba ilmu karena harapannya adalah kehidupan yang lebih baik dimasa depan? Ataukah seorang pendidik yang berupaya keras mencerdaskan anak bangsa? Atau mungkin juga sistem pendidikan Indonesia yang bermata ganda? UANG atau kemajuan bangsa?

Sahabat pembaca yang budiman. Kita sesungguhnya sedang dihadapkan pada kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri akan keberadaannya. Semua itu berawal dari sebuah pemahaman tentang nilai. Iya Nilai. Moralitas yang diajarkan dibangku sekolah semata-mata terbatas pada apa yang disampaikan didalam kelas, selebihnya terabaikan begitu saja. Nilai-nilai moralitas-kesopanan misalnya, tidak cukup dari apa yang disampaikan, namun lebih dari itu semua, adalah implementasi didunia nyata goal yang sesungguhnya. Ini artinya orang telah membumikan nilai itu dengan sebuah kesadaran yang mana ia aktualisasikan dalam dunia keseharian yang akan menjadi panutan sekaligus sebagai tempat berkiblatnya orang lain yang ingin berkaca atas kehdiupannya. Dorongan seperti ini tentu saja berasal dari dalam. jadi, apalah guna mengomentari dunia luar sana, sedangkan didalam lebih dari apa yang sebenarnya terjadi didunia nyata.

Padahal kita begitu mengerti, Moralitas tidak saja apa yang kita junjung dengan kata-kata saat berbicara, moralitas yang sesungguhnya apa yang teraktualiisasikan dalam kehidupan tanpa harus diminta atau sekedar untuk membusungkan dada. Jika saja bangsa Indonesia menyadari perlunya sikap seperti ini, tidak akan lagi hal-hal yang menjadikan kemarahan disana sini, ketersingguan yang tak menuai ujung dan beragam tuntutan yang berujung pada konflik berkepanjangan.

Oleh karena itu, sejatinya orang yang memiliki moralitas-kesopanan dalam dirinya dikenal karena nilai kesopanan yang Nampak jelas dalam kehidupan keseharinnya. Sayangnya hal ini seringkali terlupakan begitu saja didalam kehidupan nyata? Keep spirit for our life better…

Salam satu Jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain