Bila anda berkunjung ke dokter dengan banyak keluhan fisik yang erat
kaitannya dengan masalah emosional, biasanya anda lebih sering diberi
pesan klasik, “Hindari stress, jangan terlalu banyak pikiran, dan
usahakan untuk beristirahat yang cukup”. Sama persis dengan pesan
klasik lainnya, “Perbanyak olah raga dan hindari makanan yang
mengandung banyak lemak, manis-manisan dan makanan yang berminyak.”
Lantas setelah periksakan diri ke dokter, anda pulang dengan membawa
beragam kebingungan yang belum terjelaskan secara terprinci.
Disamping itu pula, anda diberikan resep yang biasanya diprioritaskan
pada pemenuhan vitamin bagi tubuh, Suplemen tambahan bagi tubuh anda
sendiri, pun juga obat yang diresepkan dokter untuk mengurangi
tingkat stress anda.
Kendati demikian, kebingungan anda belum sepenuhnya terselesaikan
karena anda belum mempunyai kepastian untuk hidup sehat dan berpola
sebagaimana tuntutan untuk hidup sehat agar anda benar-benar hidup
sehat sebagaimana yang idam-adamkan. Disatu sisi yang lain, kebiasaan
pasien berkunjung ke dokter akibat setelah adanya keluhan-keluhan
fisik yang dideritanya. Ini tentu pemahaman yang keliru, seharusnya
kita lebih peka terhadap kondisi kesehatan sendiri, tidak ada
salahnya untuk priksakan diri saat kondisi tubuh dalam keadaan normal
atau relative terhindar penyakit-penyakit kronis.
Langkah ini adalah bentuk rasa cinta dan sayang terhadap diri
sendiri, dengan cara memperhatikan kondisi kesehatan secara
berkesinambungan saya, anda dan siapapun juga telah sepenuhnya
belajar untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan agar tetap prima.
Namun dalam kenyataannya, kebanyakan orang mempersepsikan sebaliknya
yang justru membuat “sehat” itu semakin mahal adanya.
Dimata masyarakat awam, berkunjung ke dokter merupakan sesuatu hal
yang identik dengan stigma negative. Mereka yang periksakan diri ke
dokter adalah mereka yang “sakit”, padahal tidak sepenuhnya
benar, justru dengan periksakan diri ke dokter, anda akan mengenal
lebih jauh kondisi kesehatan anda dan bagaimana harus berpola
sebagaimana pola hidup sehat agar tubuh selalu sehat disetiap
harinya.
Pemikiran seperti inilah yang semestinya harus di kikis secara
perlahan, jika terus saja dibiarkan pemikiran yang seperti itu,
rasa-rasanya sehat itu semakin mahal. Ini pertanda bahwa manusia
modern semakin tidak mengerti bagaimana harus menciptakan pola hidup
sehat untuk tubuhnya sendiri. Tentunya pola demikian itu seharusnya
kita sadari sepenuhnya agar kita benar-benar tergerak untuk
mentransformasi paradigma mengobati menjadi menyembuhkan, stigma
sakit menjadi sehat dan mencoba belajar pola hidup sehat sejak dini.
Semua kita tentu berharap untuk hidup dengan pola hidup sehat dan
memiliki kesehatan prima disisa hidup yang kita miliki. Namun
anehnya, Kita berusaha untuk mengupayakan agar kesehatan tubuh kita
tetap terjaga dan tidak akan mudah diserang penyakit setelah sembuh
dari suatu penyakit tertentu yang pernah bersarang ditubuh. Dengan
berbagai cara kita berusaha keras untuk mencari informasi tentang
kesehatan kita sendiri dan berusaha semaksimal mungkin agar kita
lebih kebal terhadap serangan penyakit untuk kedua kalinya.
Secara tidak langsung maupun langsung kita juga akan mencari
informasi tentang makanan dan minuman yang akan kita konsumsi yang
tentunya kita yakini membuat kita menjadi sehat. Mencoba untuk
meluangkan waktu berolah raga, memaksimalkan waktu, dan beristirahat
yang cukup agar tubuh ini tetap sehat.
Sahabat pembaca yang budiman, tahukah anda, banyak orang lebih
menyadari betapa pentingnya kesehatan prima setelah mereka jatuh
sakit. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Kebanyakan orang lebih
peka terhadap kondisi kesehatannya setelah dirawat dirumah sakit.
Sungguh aneh, bukan? Sebenarnya kita tidak sedang sakit, hanya saja
kita berpikir dengan cara “sakit”.
Buktinya, kebanyakan orang menyadari betapa pentingnya “sehat”
setelah sakit, bukankah cara berpikir demikian itu “keliru”?
cobalah kita merenung dalam-dalam, tuhan menganugrahkan kesehatan ini
agar kita mensyukurinya. Cara terbaik untuk memanifestasikan rasa
syukur itu adalah menjaga kondisi kesehatan dan bagaimana mengelola
kondisi kesehatan agar tetap prima.
Betapa baiknya tuhan kepada kita, Coba Bayangkan, andai saja saat
kita mengirup nafas segar, lantas kita harus membayarnya dengan harga
mahal, mungkin sebagian besar mereka yang hidup adalah mereka yang
tergolong kaya raya dan mereka yang miskin tidak akan pernah mampu
bertahan hidup karena keterbatasan-keterbatasan yang melekat pada
diri mereka yang tergolong lemah. Betapa banyak orang yang
menggunakan alat bantu pernafasan hanya untuk meringankan penderitaan
yang dideritanya saat dirawat dirumah sakit, seperti misalnya oksigen
dan alat-alat medis lainnya.
Sebenarnya semua itu tidak perlu jika kita sudah sadari sejak dini
betapa pentingnya karunia nikmat nafas yang telah tuhan berikan
secara cuma-cuma. Andai saja Allah mencabut nikmat pendengaran yang
kita miliki saat ini, mungkin kita tidak akan pernah mampu mendengar
apa-apa dan tentunya kehidupan ini terlihat sunyi sepi tanpa suara
apapun, suara indah seorang penyanyi kelas dunia sekalipun tidak akan
pernah membuat kita terbuai mengikuti irama nyanyiannya, bagi kita
sama saja, tak ada yang berbeda layaknya suara yang bukan dari
seorang penyanyi kondang, hanya terlihat gerakan mulut mereka saja,
suaranya entah kemana perginya. Bukankah banyak orang dirumah sakit
sana berkunjung ke dokter Spesialis THT hanya untuk mengembalikan
fungsi Pendengarannya yang sudah abnormal. Bagi anda yang memiliki
pendengaran normal, syukurilah semua itu, apa sulitnya jika kita
memiliki keinginan kuat untuk berperilaku sehat.
Dan mungkin saja nikmat pengelihatan ini dicabut oleh Sang Pencipta,
mungkin kita tidak akan pernah tahu warna indah kehidupan ini yang
dihasilkan dari mekanisme kerja panca indra khususnya mata. Kita
tentu tidak akan pernah bisa menikmati keindahan panorama alam yang
terbentang luas dengan segala macam dan bentuk pernak-pernik
keindahan yang menghiasinya. Begitupula keterbatasan untuk bisa
menikmati sebuah senyuman dari seorang sahabat ataupun mungkin
menyaksikan secara langsung penampilan seorang model yang sangat
cantik.
Bagi mereka yang memiliki keterbatasan atas nikmat penglihatan, tidak
ada bedanya cewek cantik atau tidaknya karena bagi mereka dunia ini
gelap adanya, hanya ada ruang kosong gelap gulita yang terbentang
didepan mata. Sahabat pembaca yang budiman, Bersyukurlah kepada
tuhan, saat ini anda masih memiliki Penglihatan normal. Betapa banyak
orang yang harus rela menghabiskan uang hanya untuk mengangkat
katarak dimata atau juga penyakit mata lainnya.
Namun semua itu tidak terjadi, kita seharusnya mengucapkan rasa
syukur yang tinggi Kepada Allah SWT karena Karunia Kasih Sayang Allah
Yang Maha Luas kepada sekalian manusia tidak ada batasannya-unlimited
rahmat, kesehatan ini pula suatu pertanda kasihnya tanpa batas kepada
kita. Pemberian karunianya itu kepada semua hamba-hambanya Tanpa
membedakan makhluk-makhluknya, entah mereka yang taat terhadap segala
perintah dan menjauhi segala larangannya atau pun juga mereka yang
mengingkari segala karunia nikmatnya secara terang-terangan, tetap
saja Allah memberikan penghidupan yang layak bagi sekalian
makhluknnya dengan segala macam bentuk keluasan anugrah kasih
sayangnya.
Layakkah kita masih mencoba menikam diri sendiri dengan tangan kita?
Cobalah untuk merenungkannya lantas aplikasikan didalam keseharian
ini agar kita bisa tetap sehat sebagaimana yang di idam-idamkan oleh
banyak orang, namun hanya sedikit yang mau menjalani pola hidup sehat
aghar tetap sehat.
Jika demikian adanya, apa yang perlu kita rubah untuk bisa memberikan
kontribusi positif terhadap diri kita sendiri sebagai cara untuk
mengabdikan diri pada Tuhan semesta Alam agar kesehatan yang telah
dikaruniakan-Nya ini terjaga dan bisa dimaksimalkan pada hal-hal
positif? Caranya adalah membersihkan diri dari virus-virus yang
bersemayam didalam alam pikiran kolot yang telah mengakar dan
mengekang pertumbuhan jiwa, melatih diri untuk berpola dengan
membiasakan pola hidup sehat disetiap harinya, tidak ada salahnya
untuk periksakan diri ke dokter keluarga dan mencoba untuk membagi
waktu secara maksimal tanpa harus mengabaikan kondisi tubuh.
Inilah rangkaian cara tepat agar kita bisa menegnal diri dan lebih
peka terhadap kondisi kesehatan. Layak jika kita harus mengambil
hikmah dari pesan para tetua, “Sedia payung sebelum hujan.”
Mempersiapkan diri secara maksimal agar hidup ini benar-benar
tercerahkan karena segala sesuatunya kita jualah yang akan
menjalaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar