Kamis, 22 Maret 2012

Pujian membuat kepala besar atau besar kepala? Pilih Mana?!?!?

Sudah menjadi rahasia umum diantara kita, dalam hidup ini tidak ada seorangpun yang menginginkan hidupnya penuh cacian dan makian dari orang lain disetiap harinya. Tidak ada seorangpun yang rela dirinya menjadi tumpuan ragam cibiran dan hujatan orang lain, entah dari siapapun itu; baik dari orang yang sangat kita kenal ataupun dari mereka yang tidak pernah kita kenal sebelumnya ditengah pentas kehidupan ini. Rasa-rasanya Akan sangat sempit kehidupan ini jika banyak orang yang memberikan cacian dan makian, bahkan akan dapat menumbuhkan sikap pesimistis dan ke-naifan dalam diri setiap orang, dan terkadang memupuk perasaan ingin mengakhiri kehidupan dengan ragam cara, bisa-bisa berakhir dengan bunuh diri; menggantung diri diatas pohon tomat, cabai dan lain sebagainya. Uuuupss, salah dech, gantung diri diatas pohon kelapa maksudnya, red, menyayat nadi, buang diri dan dengan ragam cara lainnya. (Warning. Tidak diperbolehkan mengikuti saran yang tertera sebelumnya, karena akan dapat menghentakkan adrenalin anda, serangan jantung, stroke, hipertensi, dan sakit hati bahkan berujung pada kematian yang tak seorangpun menginginkannya).

Sangat berbeda ceritanya wajah kehidupan ini jika setiap harinya orang-orang yang ada disekitar kita memberikan suatu penerimaan dengan tangan terbuka dan pujian yang akan dapat membesarkan kepala. Tentu saja akan membuat kita merasakan hidup bahagia adanya. Semua manusia akan berespon dengan cara yang sama, dibelahan dunia manapun itu, Baik dikutub utara ataupun dikutub selatan; dibenua eropa, asia, afrika, amerika ataupun dibenua Australia. Seperti misalnya diMamben City (Uuuups, tidak boleh perotes! Okey). Inilah rahasia kita bersama, yang semua orang tahu akan hal itu karena sudah menjadi rahasia umum diantara kita. Layaknya tanaman yang membutuhkan pupuk agar pertumbuhannya subur makmur, sama halnya dengan diri kita yang mengharapkan pertumbuhan hidup yang membahagiakan dengan pujian dan penerimaan dari orang lain. Namun tahukah kita, ternyata tidak semua pujian akan menjadikan kita sebagai manusia dewasa. Manusia mandiri yang terus berkarya tanpa harus meminta belas kasih pujian dari manusia semata.

Pujian mungkin saja menumbuhkan kepercayaan dalam diri dan akan dapat menciptakan semangat juang yang tinggi dalam diri setiap orang, namun pujian harus kita waspadai agar kita tidak terjerumus kedalam jurang yang menyakitkan diakhir episode kehidupan ini. Mengapa demikian!? Rangkaian kata-kata indah yang diperuntukkan orang lain kepada kita, bisa jadi membuat kita lupa dimana kaki berpijak. Ketika kita menerima pujian dan sanjungan dari orang lain berupa rayuan dan olah kata yang membuat jiwa lupa diri, maka kita telah kehilangan asset terbesar kita, yaitu kehilangan semangat untuk berkarya sepenuh hati, betapa tidak, kita akan terbuai dan mengharapkan segala sesuatunya butuh suntikan pujian dari orang lain. Padahal kita harus berkarya dan menelurkan semangat tinggi tanpa harus bergantung dari rangkaian pujian disetiap harinya, cukuplah Allah yang memberikan pujian kepada mereka yang ikhlas melakukan ragam kebaikan dimuka bumi, bukankah kesejatian sebuah pujian itu hanya datang dari Sang Maha Kasih saja, yaitu Tuhan semesta alam?

Jika awalnya sebuah pujian membuat kita bersemangat menciptakan pelangi keindahan, menginspirasi diri untuk terus berkarya, menumbuhkan semangat juang, melahirkan inspirasi dan ide-ide cemerlang, maka ciptakanlah maha karya agung teruntuk penghormatan diri dengan serangkaian apresiasi yang diberikan orang lain, tujuannya tidak lain untuk menopang hidup kita, namun jika ada perasaan berharap suatu pujian semata dan tidak lebih dari sekedar pujian belaka bahkan membuat diri terus bertumpu dan berharap penuh pada suatu pujian, maka sejenak merenung dalam-dalam agar diri tidak terjerumus kedalam kesombongan ataupun kelemahan jiwa yang tidak seorangpun menginginkannya, bukankah karya yang kita persembahkan teruntuk tuhan semata, Tuhan yang layak diberikan Pujian dan Ketinggian sebagai bentuk persujudan seorang insan? Lantas mengapa kita menjadi ketergantungan dengan pujian yang menjadikan jiwa lemah tak berdaya. Tanpa kehadiran pujian itu disetiap karya yang kita lahirkan dikehidupan nyata, kita menjadi manusia tak berdaya. Masihkan kita terbuai dalam senandung nyanyian pujian yang melemahkan jiwa? Tentu saja tidak seorangpun yang menginginkannya, bukan!?

Ibaratnya pujian itu bak air laut yang disuguhkan orang lain untuk menghapus dahaga, semakin kita meminumnya, semakin membuat kita haus tak berdaya. Tentu saja akan membunuh kita secara perlahan. Bukan semata-mata karena kandungan garam yang ada didalam air laut tersebut, semata-mata karena kerakusan diri yang terlalu berharap pujian demi pujian tanpa henti. Jika sudah menyadari hal demikian, buat apa berdiri diatas puing rapuh yang nantinya akan runtuh jua!? Bekerjalan dengan sepenuh hati, ciptakanlah maha karya terbaik yang akan dipersembahkan kepada kehidupan semata, teruntuk Tuhan pemilik Pujian dan Ketinggian. Tunaikanlah setiap pekerjaan dengan ketulus ikhlasan, karena kita memiliki tujuan pokok yang harus dipersembahkan yaitu Pengabdian kepada Tuhan. Biarkanlah pujian sebagai pelengkap semata, bukan semata-mata sebagai fokus dan tujuan utama, karena ketika kita melahirkan sesuatu yang luar biasa dan terlihat menabjubkan, tuhan akan memberikan pujian, begitupula dengan makhluknya. Lantas mengapa kita tidak menyadari hal itu. akankah selama ini kita terlupa karena terbuai mimpi semata? Keep spirit For Our Life Better…

Salam Satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk Menggapai Hidup Bahagia

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar