Sudah menjadi rahasia umum diantara kita, dalam hidup ini tidak ada
seorangpun yang menginginkan hidupnya penuh cacian dan makian dari orang
lain disetiap harinya. Tidak ada seorangpun yang rela dirinya menjadi
tumpuan ragam cibiran dan hujatan orang lain, entah dari siapapun itu;
baik dari orang yang sangat kita kenal ataupun dari mereka yang tidak
pernah kita kenal sebelumnya ditengah pentas kehidupan ini. Rasa-rasanya
Akan sangat sempit kehidupan ini jika banyak orang yang memberikan
cacian dan makian, bahkan akan dapat menumbuhkan sikap pesimistis dan
ke-naifan dalam diri setiap orang, dan terkadang memupuk perasaan ingin
mengakhiri kehidupan dengan ragam cara, bisa-bisa berakhir dengan bunuh
diri; menggantung diri diatas pohon tomat, cabai dan lain sebagainya.
Uuuupss, salah dech, gantung diri diatas pohon kelapa maksudnya, red,
menyayat nadi, buang diri dan dengan ragam cara lainnya. (Warning. Tidak
diperbolehkan mengikuti saran yang tertera sebelumnya, karena akan
dapat menghentakkan adrenalin anda, serangan jantung, stroke,
hipertensi, dan sakit hati bahkan berujung pada kematian yang tak
seorangpun menginginkannya).
Sangat berbeda ceritanya
wajah kehidupan ini jika setiap harinya orang-orang yang ada disekitar
kita memberikan suatu penerimaan dengan tangan terbuka dan pujian yang
akan dapat membesarkan kepala. Tentu saja akan membuat kita merasakan
hidup bahagia adanya. Semua manusia akan berespon dengan cara yang sama,
dibelahan dunia manapun itu, Baik dikutub utara ataupun dikutub
selatan; dibenua eropa, asia, afrika, amerika ataupun dibenua Australia.
Seperti misalnya diMamben City (Uuuups, tidak boleh perotes! Okey).
Inilah rahasia kita bersama, yang semua orang tahu akan hal itu karena
sudah menjadi rahasia umum diantara kita. Layaknya tanaman yang
membutuhkan pupuk agar pertumbuhannya subur makmur, sama halnya dengan
diri kita yang mengharapkan pertumbuhan hidup yang membahagiakan dengan
pujian dan penerimaan dari orang lain. Namun tahukah kita, ternyata
tidak semua pujian akan menjadikan kita sebagai manusia dewasa. Manusia
mandiri yang terus berkarya tanpa harus meminta belas kasih pujian dari
manusia semata.
Pujian mungkin saja menumbuhkan
kepercayaan dalam diri dan akan dapat menciptakan semangat juang yang
tinggi dalam diri setiap orang, namun pujian harus kita waspadai agar
kita tidak terjerumus kedalam jurang yang menyakitkan diakhir episode
kehidupan ini. Mengapa demikian!? Rangkaian kata-kata indah yang
diperuntukkan orang lain kepada kita, bisa jadi membuat kita lupa dimana
kaki berpijak. Ketika kita menerima pujian dan sanjungan dari orang
lain berupa rayuan dan olah kata yang membuat jiwa lupa diri, maka kita
telah kehilangan asset terbesar kita, yaitu kehilangan semangat untuk
berkarya sepenuh hati, betapa tidak, kita akan terbuai dan mengharapkan
segala sesuatunya butuh suntikan pujian dari orang lain. Padahal kita
harus berkarya dan menelurkan semangat tinggi tanpa harus bergantung
dari rangkaian pujian disetiap harinya, cukuplah Allah yang memberikan
pujian kepada mereka yang ikhlas melakukan ragam kebaikan dimuka bumi,
bukankah kesejatian sebuah pujian itu hanya datang dari Sang Maha Kasih
saja, yaitu Tuhan semesta alam?
Jika awalnya sebuah pujian
membuat kita bersemangat menciptakan pelangi keindahan, menginspirasi
diri untuk terus berkarya, menumbuhkan semangat juang, melahirkan
inspirasi dan ide-ide cemerlang, maka ciptakanlah maha karya agung
teruntuk penghormatan diri dengan serangkaian apresiasi yang diberikan
orang lain, tujuannya tidak lain untuk menopang hidup kita, namun jika
ada perasaan berharap suatu pujian semata dan tidak lebih dari sekedar
pujian belaka bahkan membuat diri terus bertumpu dan berharap penuh pada
suatu pujian, maka sejenak merenung dalam-dalam agar diri tidak
terjerumus kedalam kesombongan ataupun kelemahan jiwa yang tidak
seorangpun menginginkannya, bukankah karya yang kita persembahkan
teruntuk tuhan semata, Tuhan yang layak diberikan Pujian dan Ketinggian
sebagai bentuk persujudan seorang insan? Lantas mengapa kita menjadi
ketergantungan dengan pujian yang menjadikan jiwa lemah tak berdaya.
Tanpa kehadiran pujian itu disetiap karya yang kita lahirkan dikehidupan
nyata, kita menjadi manusia tak berdaya. Masihkan kita terbuai dalam
senandung nyanyian pujian yang melemahkan jiwa? Tentu saja tidak
seorangpun yang menginginkannya, bukan!?
Ibaratnya pujian
itu bak air laut yang disuguhkan orang lain untuk menghapus dahaga,
semakin kita meminumnya, semakin membuat kita haus tak berdaya. Tentu
saja akan membunuh kita secara perlahan. Bukan semata-mata karena
kandungan garam yang ada didalam air laut tersebut, semata-mata karena
kerakusan diri yang terlalu berharap pujian demi pujian tanpa henti.
Jika sudah menyadari hal demikian, buat apa berdiri diatas puing rapuh
yang nantinya akan runtuh jua!? Bekerjalan dengan sepenuh hati,
ciptakanlah maha karya terbaik yang akan dipersembahkan kepada kehidupan
semata, teruntuk Tuhan pemilik Pujian dan Ketinggian. Tunaikanlah
setiap pekerjaan dengan ketulus ikhlasan, karena kita memiliki tujuan
pokok yang harus dipersembahkan yaitu Pengabdian kepada Tuhan.
Biarkanlah pujian sebagai pelengkap semata, bukan semata-mata sebagai
fokus dan tujuan utama, karena ketika kita melahirkan sesuatu yang luar
biasa dan terlihat menabjubkan, tuhan akan memberikan pujian, begitupula
dengan makhluknya. Lantas mengapa kita tidak menyadari hal itu. akankah
selama ini kita terlupa karena terbuai mimpi semata? Keep spirit For
Our Life Better…
Salam Satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk Menggapai Hidup Bahagia
Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar