Jika kita mengingat kembali masa lalu kita dengan sahabat dekat
dengan segala kenangan yang pernah tertorehkan diatas kanvas kehidupan
ini, barangkali kita akan merasakan kehidupan yang sangat luar biasa
yang pernah Tuhan berikan dalam kehidupan ini; berbagi bersama, canda
tawa bersama dan beragam cita rasa kebahagiaan lainnya yang
terbingkaikan dalam kebersamaan didalam sebuah jalinan persahabatan.
Namun jika kita mengingat kembali konflik yang pernah muncul ditengah
ikatan persahabatan yang sudah terjalin sejak dahulunya, mungkin saja
rasa kekecewaan akan terus berkecamuk didalam diri masing-masing hingga
membuat kita begitu enggan untuk memberikan sapaan atau hanya sekedar
senyuman kepada sosok seorang sahabat yang pernah menguatkan langkah
kaki kita ditengah kehidupan, apalagi memberikan pemaafan, rasa-rasanya
sulit untuk kita realisasikan ditengah kehidupan ini suatu waktu rasa
dendam telah menggerogoti akal dan pikiran.
Kita merasa
bahwa sikap acuh tak acuk (cuek_bebek) adalah pantas untuk sahabat yang
pernah menorehkan luka didalam tungku jiwa ini sebagai suatu balasan
yang layak hingga membuat rasa ketidak percayaan telah menjadikan
jalinan persahabatan pupus ditengah jalan. Tentu saja penghakiman
terhadap kesalahan dan memandang kesalahan itu terletak pada pribadi
perorangan membuat kita tidak mau lagi menjalin sebuah ikatan atau
berkomunikasi atau lebih dari itu; sikap acuh tak acuh adalah pilihan
yang layak untuk menjadi sahabat. Benarkah demikian?. Seolah kita
menilai bahwa kesalahan yang pernah ada itu sudah menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari sosok seorang sahabat. Inilah mengapa kita merasa
gengsi untuk bisa menjalin komunikasi secara positif terhadap orang
lain; sahabat, diwaktu yang lain ketika mengingat kesalahan yang pernah
diperbuatnya. Dalam kenyataannya akan tergaris pola demikian; Yang
satunya merasa gengsi untuk memberikan maaf dan yang satunya lagi akan
sangat merasa malu dengan kesalahan yang pernah diperbuat. Padahal
kesalahan bukanlah suatu penghakiman dalam hidup bahwa sepenuhnya
kesalahan mengubah citra untuk bisa menjadi manusia yang layak
dinobatkan sebagai seorang pemenang, bukan sebagai seorang pecundang.
Bukankah kita akan menjadi manusia yang jauh lebih baik dihari-hari
sebelumnya ketika kita menyadari kesalahan yang ada lantas mengubahnya
menjadi suatu cemeti (motifasi dalam diri) untuk berubah secara positif?
Orang
berbuat salah bukan berarti selamanya ia berkubang dalam kesalahan,
yang perlu diperbaiki adalah bagaimana kita memandang suatu kesalahan
itu sebagai suatu peroses yang pernah terjadi dalam hidup seseorang dan
bukan individu yang bersalah itu adalah salah karena satu atau dua
kesalahan. Kesalahan bukanlah inti dari kehidupan, namun sesungguhnya
kesalahan itu adalah bagian dari sebuah peroses yang suatu saat bisa
berubah-ubah tergantung bagaimana kita mengubah sudut pandang kita dalam
menapaki jalan setapak kehidupan ini. Semestinyalah untuk mengubah
sudut pandang untuk tidak saling menghakimi dalam sudut pandang saling
menyalahkan satu sama lain.
Jangan-jangan sahabat yang
kita kenal telah sepenuhnya menyadari kesalahannya itu lantas mengubah
sikap menjadi seorang yang lebih positif dimasa mendatang? Kita tidak
pernah tahu kapan Allah mengubah seseorang menjadi lebih baik disetiap
harinya, yang kita tahu bahwa Allah selalu mengajarkan kita bagaimana
untuk memberikan hal-hal positif kepada orang lain seperti misalnya
sikap untuk saling memaafkan, saling mengerti dan menghargai,
menasihati, memberikan motifasi, petuah bijak dan lain sebagainya. Yang
terjadi dalam realitas hidup ini adalah Seringkalinya kita menilai orang
telah berbuat salah hingga kita merasa enggan untuk memberikan senyuman
atau hanya sekedar sapaan, rasa gengsi telah menutup hati untuk menilai
sahabat sebagai seorang yang pantas untuk kita bisa berbagi dan
mencitrakan diri secara positif satu sama lain.
Jika saja
hanya karena sesuatu yang remeh dan sepele; kesalahan kecil misalnya
telah menapikan/ meniadakan jalinan persahabatan yang pernah ada,
mengapa harus mengorbankan sesuatu yang lebih bermakna? atau mungkin
sebaiknya kita bertanya pada diri sendiri; mengapa harus ada jalainan
persahabatan jika hidup ini akan lebih indah jika dijalanai dalam
kesendirian. Masa iya??? Apakah layak untuk saling menjatuhkan satu sama
lain lantaran suatu kesalahan atau masalah sepele hingga mengaburkan
jalinan persahabatan yang pernah ada Kabut apa yang sesungguhnya sedang
menutupi akan pikiran hingga membuat kita tidak lagi melihat dengan
terang apa yang sesungguhnya sedang terbentangkan dipentas kehidupan
didepan sana.
Inilah mengapa Tuhan menanamkan sikap kasih
dalam diri agar kita bisa saling melihat diri satu sama lain sebelum
memandang terhadap kehidupan orang lain agar kita tidak lagi menghakimi
dalam penghakiman yang tidak sepantasnya diberikan kepada orang lain;
sahabat. Boleh saja orang lain pernah melakukan satu atau dua kesalahan
namun bukan berarti kesalahan itu dinobatkan kepada orang tersebut,
lantaran kesalahan itulah kita menstigmakan orang tersebut sepenuhnya
salah dan tetap berkubang dalam kesalahan. Layakkah kita mengunci mati
seorang sahabat dalam peti kesalahan yang membuatnya terkurung tak
berdaya didalamnya hingga tak ada kesempatan baginya dalam kehidupan ini
untuk bisa memandangnya secara positif hingga memberikannya suatu
kesempatan untuk menilai diri dan mencitrakan diri secara positif dihari
esok atau entah kapanpun itu?
Aaaah, sahabat itu gak
begitu berarti, yang penting hidup ini sudah cukup untuk dinikmati
sendiri? Aaaah, mengapa harus memberikan maaf kepadanya. Gak banget
kaleee! Hari gini masih mementingkan sahabat, Rugi bangeeet tuch!!!
Aaaah, Ngapain membela sahabat yang tidak pernah memberikan pembelaan
yang layak. Ooooh mustahil banget dech! Coba saja renungkan apa yang
sesungguhnya membuat kalimat-kalimat diatas itu muncul didalam pikiran
kita saat ini hingga kita telah lari dari jalinan persahabatan yang
pernah terjalin indah sebelumnya. Atau jangan-jangan kita merindukan
hidup sendiri dengan beragam kenikmatan untuk bisa dinikmati tanpa
campur tangan orang lain. Jika saja pikiran demikian masih terlintas
dalam diri, layak jika tuhan nantinya menempatkan kita dalam kesendirian
yang tak pernah berujung. Layak jika ketidak puasan selalu menggerogoti
hati. Pantas saja jika hari ini dan esok ataupun lusa kita tidak pernah
bisa menikmati kebersamaan dan kebahagiaan yang sesungguhnya karena
merasa diri sebagai seorang yang pantas untuk menikmati ke-egoannya.
Sahabat
pembaca yang budiman. Jika kita memahami betapa berartinya sebuah
persahabatan, mungkin kita tidak pernah menggantikannya dengan sesuatu
hal apapun karena lebih mengutamakan jalinan kasih sayang sebagaimana
tuhan menyebut diri-NYA sebagai Cinta Kasih/ Maha Kasih sayang. Itulah
mengapa tuhan menanamkan kasih agar kita bisa berbagi dalam hidup ini
kepada siapapun termasuk juga sahabat. Bukan lagi manifestasi kasih
untuk memusuhi sahabat. Adalah layak untuk kita renungkan saat ini
mengapa kita begitu enggan memulai sesuatu hal yang positif terhadap
sahabat; barangkali rasa gengsi dan kemelut ego inilah yang sedang
mengurung diri kita dalam jurang kemelekatan. Yang patut kita
persalahakan adalah kesalah pahaman karena selama ini salah paham telah
membutakan hati kita untuk melihat realitas seperti apa adanya. Keep
spirit for our life better.
Sahabat… jika saja salahKu telah membuatMu tak lagi menatapKu dengan kasihMu
Relakanlah maaf dalam hatiMu untuk bisa menguatkan langkah kakiku untuk berdiri
Menguatkan jiwaku ini yang telah lumpuh tak berdaya diatas lumpur nista
Menguatkan kedua bola mata setelah ia buta melihat arti kebaikan yang sesungguhnya
Menguatkan seluruh tubuh ini yang telah lama berkubang ditengah lumpur kehinaan
Jika saja engkau masih memandangKu dengan dendam
Akankah aku harus pergi
Pergi jauh dan tak bertemu lagi, sebagaimana apa yang sedang tergores dalam hati
Sahabat, sungguh tak akan mampu diriku mengabulkan pintamu itu
Berat rasanya untuk memisahkan diri dari jalinan persahabatan ini
Jalinan kasih yang pernah mengajarkanKu arti
Menuntunku menapaki kehidupan yang tak pernah pasti
Membawa kehidupanku ini menjadi terang adanya dimasa ini dan atau esok hari
Semago saja engkau mengerti isi dan maksud hati
Agar jalinan persahabatan ini tak lagi terbingkai kekisruhan
Terbingkai api dendam
Hinggga suatu saat nanti senyuman itu kembali menghiasi pipi dalam kebahagiaan
Seperti bunga ditaman, dan sedang bermekaran
Kala ia telah sepenuhnya melewati musim gugur dimasa yang telah terlewati
Adalah indah untuk kita meresapi
Hingga menjadikan kita sadar sepenuh hati;
Inilah persahabatan yang layak untuk disemaikan didalam hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar