Jangan takut Sakit Jiwa!. Benarkah Demikian???
“Manusia tidak
akan pernah bisa menciptakan perubahan, menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan bersosialisasi secara sehat dengan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya bahkah dengan dirinya sendiri tanpa mental/ jiwa
yang sehat.”
Dalam artikel sebelumnya kami lebih banyak mengupas
tentang peran penting pikiran, perasaan, pola hidup, dan spritualitas
dalam kaitannya dengan dunia kesehatan. Walaupun sederhana, kesemuanya
itu kami maksudkan untuk pengetahuan mendasar tentang dunia kesehatan.
Dalam artikel ini kami lebih menekankan pentingnya peran pendidikan
orang tua dan lingkungan untuk menjaga kesehatan individu khusnya
masalah kesehatan jiwa.
Tidak banyak orang yang begitu peduli
dengan kesehatannya baik Fisik, Psikis dan lain sebagainya ketika mereka
dalam kondisi yang aman dan terbebas dari penyakit. Kita akan sadar
akan pentingnya kesehatan kita sendiri setelah kita jatuh sakit.
Pemikiran yang keliru inilah yang membuat kita rentan akan serangan
penyakit yang begitu beragam. Dalam tulisan singkat ini kami akan
mengupas masalah kesehatan kejiwaan yang jarang sekali orang memberikan
perhatian terhadap masalah kesehatan jiwa.
Sejak kecil bahkan saat
kita masih di dalam kandungan, kondisi kesehatan fisik kita selalu di
pantau perkembangannya secara medis melalui program posyandu, imunisasi,
dan pemahaman tata laksana penyakit beserta obatnya, serta berbagai
aspek yang terkait dengan pendekatan medis modern. Tapi sangat jarang
orang tua kita untuk menggali dan mendapatkan informasi mengenai
kesehatan jiwa kita sejak dini. Seolah-olah informasi tersebut hanya
milik "orang-orang kejiwaan seperti psikolog dan psikiater". Kesadaran
masyarakat kita dalam masalah kesehatan jiwa sangat rendah sekali.
Hal
ini di karenakan oleh Paradigma yang keliru di masyarakat kita yang
memandang sempit gangguan kejiwaan dengan sebuah kegilaan
(schizophrenia). Orang yang pergi ke psikolog maupun ke psikiater
dianggap "gila". Sehingga sangat sedikit sekali jumlah masyarakat yang
berkenan untuk meluangkan waktu dan mau untuk berkonsultasi ke psikolog
dan atau psikiater ketika mereka mengalami gangguan kejiwaan ringan
karena takut mendapat stigma/ label/ cap sebagai orang "gila". Di tambah
lagi dengan kurangnya Pendidikan kejiwaan yang diberikan pada anggota
masyarakat. Padahal menurut hemat saya, pendidikan kejiwaan seharusnya
diberikan secara serius sesuai dengan perkembangan usia manusia
sebagaimana perhatian intensif terhadap kondisi kesehatan fisik.
Ada
banyak alasan mengapa kita harus peduli dengan penyakit kejiwaan. a.
Penyakit kejiwaan sangat mempengaruhi hidup kita semua. Di perkirakan
satu dari lima orang dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa dalam
hidupnya. Ini menunjukkan bahwasanya gangguan kesehatan jiwa begitu
sering terjadi di tengah masyarakat. Siapapun akan dapat menderita
penyakit gangguan jiwa., b. Penyakit kejiwaan menyebabkan stigma negatif
bagi penderita kejiwaan. semua orang yang mengalami gangguan jiwa tidak
akan mau mengakui secara jujur kondisi mereka yang sebenarnya. Hal ini
di titik beratkan pada deskriminasi masyarakat terhadap orang yang
mengalami gangguan kejiwaan., c. Di masa mendatang, penyakit Kejiwaan
termasuk di dalamnya pikiran dan perasaan negatif akan lebih banyak
menghinggapi seluruh masyarakat dan menjadi permasalahan utama di
bandingkan dengan penyakit fisik., d. Penyakit kejiwaan akan
mendatangkan dampak yang lebih serius pada pasien yang menderita
penyakit fisik, jika tidak di berikan pemahaman yang cukup dengan
penyakit yang mereka derita, maka akan dapat mendatangkan masalah yang
lebih kompleks tentang dunia kesehatan modern saat sekarang ini.
Banyak
orang mengeluh akan penyakit yang di alaminya, mereka merasa sangat
tertekan dengan apa yang sedang di alaminya, tapi ketika mereka pergi
kedokter atau pelayanan kesehatan lainnya mereka tidak mendapatkan
pemahaman yang membuat mereka menjadi lebih mengerti tentang kondisi
mereka sebenarnya. Setelah mereka di diagnosa lebih lanjut mereka tidak
mengalami gangguan fisik dan kesehatan yang begitu berarti. Dan mereka
di nyatakan sehat. Tapi hal ini berbeda dengan apa yang mereka alami
pada kenyataannya, banyak mereka mengeluhkan beragam penyakit yang
mereka rasakan di dalam tubuh mereka. Pada akhirnya menambah beban baru
lagi dalam hidup mereka. Sangat ironi sekali jika kita berupaya
memberikan pelayanan untuk kesehatan seseorang namun justru menimbulkan
pengaruh atau dampak yang lebih serius di bandingkan dengan sebelumnya.
Sejatinya kemanakah filsafat kemanusiaan yang mendasari konteks
konseptual dunia kesehatan saat ini?
Paradigma yang keliru tentang
kesehatan sangat mempengaruhi penatalaksanaan lapangan di dunia
kesehatan. Kesehatan manusia tidak hanya Faktor fisik saja, tetapi
kesehatan manusia di bangun oleh faktor-faktor penting lainnya seperti
perhatian dunia kesehatan terhadap spitualitas, sosial, dan alam pikiran
dan perasaan manusia. Kesehatan fisik sangat di pengaruhi oleh pikiran
dan perasann manusia, begitu pula faktor utama lainnya yang sangat erat
kaitannya satu sama lain yang saling mempengaruhi.
Manusia telah
Allah ciptakan secara sempurna dari segi fisiknya begitu juga dengan
kesempurnaan penciptaan pada alam Pikiran dan perasaan manusia yang
sangat luar biasa. Jika kita menyadari hal ini secara utuh dan
komprehensif, maka sudah selayaknya kita menilai Kesehatan kita tidak
dari satu sisi saja, akan tetapi menilainya lebih kompleks dan holistik,
itulah yang di maksudkan dengan universalitas manusia di tinjau dari
perspektif medis.
Gangguan kejiwaan yang di alami oleh sebagian
besar masyarakat biasanya muncul sebagai akibat dari faktor pikiran dan
perasaan yang merasa tidak mampu lagi untuk menghadapi kenyataan hidup
yang terbentang di depan mata dan kepala mereka sendiri. Faktor fisik
hanya memegang peran yang tidak lebih banyak di bandingkan dengan faktor
pencetus dari penyakit kejiwaan yang muncul. Terlebih lagi penyakit
kejiwaan akan lebih memperparah kondisi pasien yang mengalami penyakit
fisik yang bersarang di tubuh mereka.
Jika kita lebih kritis dalam
memahami kriteria sehat menurut WHO. Sebagian besar point-point yang
termasuk di dalamnya lebih menekankan konsep Pikiran dan perasaan,
Fisik, lingkungan personal dan sosial, Spritual, dan faktor biologis.
Untuk lebih jelasnya silahkan anda memahami sejenak kriteria sehat
menurut WHO.
Keriteria Jiwa Sehat WHO
Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk
Memperoleh kepuasan dari usaha sendiri
Merasa lebih puas memberi daripada menerima
Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan
Berhubungan - berinteraksi dengan orang lain secara tolong menolong
Menerima kekecewaan untuk di pakainya sebagai pelajaran di belakang hari
Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kereatif dan konstruktif
Mempunyai daya kasih sayang yang besar
Dari
rincian di atas, sudah semestinyalah kita semua menyadari arti
pentingnya kesehatan kita sendiri dari aspek yang lebih komperehensif,
terutama aspek kesehatan jiwa. Jangan abaikan investasi termahal di
dalam hidup anda. Bukankah kita adalah penentu bagi kehidupan kita
sendiri? Hal ini bukanlah di orientasikan untuk menapikan kuasa tuhan
atas diri kita masing-masing.
Pengetahuan medasar tentang penyakit
kejiwaan sudah seharusnya di berikan oleh orang tua kepada anaknya.
Sebagai contoh pemahaman dasar tentang dampak negatif permusuhan yang
akan mendatangkan gangguan jiwa pada anak saat mereka dewasa kelak. Rasa
permusuhan akan menjadikan individu menjadi sosok seorang yang merasa
terkucilkan di dalam lingkungannya, mencetak individu paranoid,
menjadikan individu sosok seorang yang kurang rasa percaya diri, dan
masih banyak daftar penyakit kejiwaan lainnya yang tidak bisa kami
sebutkan secara keseluruhan.
Bukankah kita adalah penentu
kesehatan kita sendiri??? Silahkan baca notes sebelumnya! “Anda adalah
penentu kesehatan anda sendiri.”. Tujuannya adalah memberikan pemahaman
mendasar akan pentingnya diri sendiri sebagai aset termahal di dalam
hidup ini. Tidak bisa di labelkan dengan daftar harga, karena memang
tidak bisa di bayar dengan uang dan barang berharga lainnya. Peliharah
jiwa ini dari penyakit kejiwaan yang sangat membahayakan. Caranya adalah
sebagaimana yang telah kami rincikan sebelumnya. Sekali lagi kami
tekankah bahwasanya perlunya sebuah pemahaman melalui pendidikan medasar
dari orang tua dan lingkungan di sekitar kita. Limiu inilah yang
menjadi salah satu faktor pembentuk karakter yang kuat jika lingkungan
di sekitar individu merupakan pola lingkungan positif.
Jangan
sia-siakan nikmat TUHAN yang telah di berikan kepada kita semua sebagai
anugrah terbaik dari Sang Pencipta...!!! Bebaskanlah diri kita masing
masing dari belenggu penyakit jiwa. Tidak layak pada diri kita
masing-masing untuk memberikan kesempatan pada penyakit untuk bersarang
di dalam tubuh kita. Saatnyalah terbebas dari sabotase diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar