Minggu, 27 Mei 2012

Jangan takut sakit jiwa!. Benarkah Demikian???

Jangan takut Sakit Jiwa!. Benarkah Demikian???
“Manusia tidak akan pernah bisa menciptakan perubahan, menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bersosialisasi secara sehat dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya bahkah dengan dirinya sendiri tanpa mental/ jiwa yang sehat.”

Dalam artikel sebelumnya kami lebih banyak mengupas tentang peran penting pikiran, perasaan, pola hidup, dan spritualitas dalam kaitannya dengan dunia kesehatan. Walaupun sederhana, kesemuanya itu kami maksudkan untuk pengetahuan mendasar tentang dunia kesehatan. Dalam artikel ini kami lebih menekankan pentingnya peran pendidikan orang tua dan lingkungan untuk menjaga kesehatan individu khusnya masalah kesehatan jiwa.

Tidak banyak orang yang begitu peduli dengan kesehatannya baik Fisik, Psikis dan lain sebagainya ketika mereka dalam kondisi yang aman dan terbebas dari penyakit. Kita akan sadar akan pentingnya kesehatan kita sendiri setelah kita jatuh sakit. Pemikiran yang keliru inilah yang membuat kita rentan akan serangan penyakit yang begitu beragam. Dalam tulisan singkat ini kami akan mengupas masalah kesehatan kejiwaan yang jarang sekali orang memberikan perhatian terhadap masalah kesehatan jiwa.

Sejak kecil bahkan saat kita masih di dalam kandungan, kondisi kesehatan fisik kita selalu di pantau perkembangannya secara medis melalui program posyandu, imunisasi, dan pemahaman tata laksana penyakit beserta obatnya, serta berbagai aspek yang terkait dengan pendekatan medis modern. Tapi sangat jarang orang tua kita untuk menggali dan mendapatkan informasi mengenai kesehatan jiwa kita sejak dini. Seolah-olah informasi tersebut hanya milik "orang-orang kejiwaan seperti psikolog dan psikiater". Kesadaran masyarakat kita dalam masalah kesehatan jiwa sangat rendah sekali.

Hal ini di karenakan oleh Paradigma yang keliru di masyarakat kita yang memandang sempit gangguan kejiwaan dengan sebuah kegilaan (schizophrenia). Orang yang pergi ke psikolog maupun ke psikiater dianggap "gila". Sehingga sangat sedikit sekali jumlah masyarakat yang berkenan untuk meluangkan waktu dan mau untuk berkonsultasi ke psikolog dan atau psikiater ketika mereka mengalami gangguan kejiwaan ringan karena takut mendapat stigma/ label/ cap sebagai orang "gila". Di tambah lagi dengan kurangnya Pendidikan kejiwaan yang diberikan pada anggota masyarakat. Padahal menurut hemat saya, pendidikan kejiwaan seharusnya diberikan secara serius sesuai dengan perkembangan usia manusia sebagaimana perhatian intensif terhadap kondisi kesehatan fisik.

Ada banyak alasan mengapa kita harus peduli dengan penyakit kejiwaan. a. Penyakit kejiwaan sangat mempengaruhi hidup kita semua. Di perkirakan satu dari lima orang dewasa akan mengalami masalah kesehatan jiwa dalam hidupnya. Ini menunjukkan bahwasanya gangguan kesehatan jiwa begitu sering terjadi di tengah masyarakat. Siapapun akan dapat menderita penyakit gangguan jiwa., b. Penyakit kejiwaan menyebabkan stigma negatif bagi penderita kejiwaan. semua orang yang mengalami gangguan jiwa tidak akan mau mengakui secara jujur kondisi mereka yang sebenarnya. Hal ini di titik beratkan pada deskriminasi masyarakat terhadap orang yang mengalami gangguan kejiwaan., c. Di masa mendatang, penyakit Kejiwaan termasuk di dalamnya pikiran dan perasaan negatif akan lebih banyak menghinggapi seluruh masyarakat dan menjadi permasalahan utama di bandingkan dengan penyakit fisik., d. Penyakit kejiwaan akan mendatangkan dampak yang lebih serius pada pasien yang menderita penyakit fisik, jika tidak di berikan pemahaman yang cukup dengan penyakit yang mereka derita, maka akan dapat mendatangkan masalah yang lebih kompleks tentang dunia kesehatan modern saat sekarang ini.

Banyak orang mengeluh akan penyakit yang di alaminya, mereka merasa sangat tertekan dengan apa yang sedang di alaminya, tapi ketika mereka pergi kedokter atau pelayanan kesehatan lainnya mereka tidak mendapatkan pemahaman yang membuat mereka menjadi lebih mengerti tentang kondisi mereka sebenarnya. Setelah mereka di diagnosa lebih lanjut mereka tidak mengalami gangguan fisik dan kesehatan yang begitu berarti. Dan mereka di nyatakan sehat. Tapi hal ini berbeda dengan apa yang mereka alami pada kenyataannya, banyak mereka mengeluhkan beragam penyakit yang mereka rasakan di dalam tubuh mereka. Pada akhirnya menambah beban baru lagi dalam hidup mereka. Sangat ironi sekali jika kita berupaya memberikan pelayanan untuk kesehatan seseorang namun justru menimbulkan pengaruh atau dampak yang lebih serius di bandingkan dengan sebelumnya. Sejatinya kemanakah filsafat kemanusiaan yang mendasari konteks konseptual dunia kesehatan saat ini?

Paradigma yang keliru tentang kesehatan sangat mempengaruhi penatalaksanaan lapangan di dunia kesehatan. Kesehatan manusia tidak hanya Faktor fisik saja, tetapi kesehatan manusia di bangun oleh faktor-faktor penting lainnya seperti perhatian dunia kesehatan terhadap spitualitas, sosial, dan alam pikiran dan perasaan manusia. Kesehatan fisik sangat di pengaruhi oleh pikiran dan perasann manusia, begitu pula faktor utama lainnya yang sangat erat kaitannya satu sama lain yang saling mempengaruhi.

Manusia telah Allah ciptakan secara sempurna dari segi fisiknya begitu juga dengan kesempurnaan penciptaan pada alam Pikiran dan perasaan manusia yang sangat luar biasa. Jika kita menyadari hal ini secara utuh dan komprehensif, maka sudah selayaknya kita menilai Kesehatan kita tidak dari satu sisi saja, akan tetapi menilainya lebih kompleks dan holistik, itulah yang di maksudkan dengan universalitas manusia di tinjau dari perspektif medis.

Gangguan kejiwaan yang di alami oleh sebagian besar masyarakat biasanya muncul sebagai akibat dari faktor pikiran dan perasaan yang merasa tidak mampu lagi untuk menghadapi kenyataan hidup yang terbentang di depan mata dan kepala mereka sendiri. Faktor fisik hanya memegang peran yang tidak lebih banyak di bandingkan dengan faktor pencetus dari penyakit kejiwaan yang muncul. Terlebih lagi penyakit kejiwaan akan lebih memperparah kondisi pasien yang mengalami penyakit fisik yang bersarang di tubuh mereka.

Jika kita lebih kritis dalam memahami kriteria sehat menurut WHO. Sebagian besar point-point yang termasuk di dalamnya lebih menekankan konsep Pikiran dan perasaan, Fisik, lingkungan personal dan sosial, Spritual, dan faktor biologis. Untuk lebih jelasnya silahkan anda memahami sejenak kriteria sehat menurut WHO.

Keriteria Jiwa Sehat WHO
Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk
Memperoleh kepuasan dari usaha sendiri
Merasa lebih puas memberi daripada menerima
Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan
Berhubungan - berinteraksi dengan orang lain secara tolong menolong
Menerima kekecewaan untuk di pakainya sebagai pelajaran di belakang hari
Mengarahkan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kereatif dan konstruktif
Mempunyai daya kasih sayang yang besar
Dari rincian di atas, sudah semestinyalah kita semua menyadari arti pentingnya kesehatan kita sendiri dari aspek yang lebih komperehensif, terutama aspek kesehatan jiwa. Jangan abaikan investasi termahal di dalam hidup anda. Bukankah kita adalah penentu bagi kehidupan kita sendiri? Hal ini bukanlah di orientasikan untuk menapikan kuasa tuhan atas diri kita masing-masing.

Pengetahuan medasar tentang penyakit kejiwaan sudah seharusnya di berikan oleh orang tua kepada anaknya. Sebagai contoh pemahaman dasar tentang dampak negatif permusuhan yang akan mendatangkan gangguan jiwa pada anak saat mereka dewasa kelak. Rasa permusuhan akan menjadikan individu menjadi sosok seorang yang merasa terkucilkan di dalam lingkungannya, mencetak individu paranoid, menjadikan individu sosok seorang yang kurang rasa percaya diri, dan masih banyak daftar penyakit kejiwaan lainnya yang tidak bisa kami sebutkan secara keseluruhan.

Bukankah kita adalah penentu kesehatan kita sendiri??? Silahkan baca notes sebelumnya! “Anda adalah penentu kesehatan anda sendiri.”. Tujuannya adalah memberikan pemahaman mendasar akan pentingnya diri sendiri sebagai aset termahal di dalam hidup ini. Tidak bisa di labelkan dengan daftar harga, karena memang tidak bisa di bayar dengan uang dan barang berharga lainnya. Peliharah jiwa ini dari penyakit kejiwaan yang sangat membahayakan. Caranya adalah sebagaimana yang telah kami rincikan sebelumnya. Sekali lagi kami tekankah bahwasanya perlunya sebuah pemahaman melalui pendidikan medasar dari orang tua dan lingkungan di sekitar kita. Limiu inilah yang menjadi salah satu faktor pembentuk karakter yang kuat jika lingkungan di sekitar individu merupakan pola lingkungan positif.

Jangan sia-siakan nikmat TUHAN yang telah di berikan kepada kita semua sebagai anugrah terbaik dari Sang Pencipta...!!! Bebaskanlah diri kita masing masing dari belenggu penyakit jiwa. Tidak layak pada diri kita masing-masing untuk memberikan kesempatan pada penyakit untuk bersarang di dalam tubuh kita. Saatnyalah terbebas dari sabotase diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar