Minggu, 27 Mei 2012

Perpisahan bukanlah episode terakhir sebuah pertemuan kasih dalam jalinan naungan Tuhan

Demi jiwa yang terpanggil tuk alunkan kasih tuhan, laksana fajar yang terbit untuk menyingsing malam, bak embun yang masih menyimpan sejuta keteduhan di pucuk dedaunan, memberikan kabar bahwasanya kehidupan hari ini telah datang bersama sejuta impian dan harapan di saat mata terbangun dari tidur lelapnya untuk menghentakkan kesadaran baru, membungkam segala keluh kesah yang pernah terukirkan di hari sebelumnya. Kini semua keluh kesah itu seolah-olah telah sirna di saat membuka tirai kehidupan baru bersama hangatnya sentuhan mentari pagi di setiap lapisan epidermis kulit kehidupan ini. Sejak lama kaki ini tidak menghentakkan diri tuk membuat jejak pijakan baru di tanah kelahiran yang sangat di nantikan oleh seorang musafir, kini moment-moment bersejarah itu terukir bersama sejuta impian yang telah menggelayut di dalam jiwa, seolah-olah kehadirannya mengejawantahkan semua derita yang pernah membekas di setiap kungkungan waktu yang telah berlalu.

Masa itu terulang kembali walau di zaman yang telah berbeda dari kehangatan tegur sapa alam di saat ayunan musik alam menyatu bersama kesederhanaan kehidupan bersama orang-orang yang selalu bersua di dalam bisik hati untuk di cintai. Inilah masa yang selalu di nantikan di saat berada di pengasingan, suatu dentingan waktu yang terus berjalan untuk mengantarkan sebuah pertemuan dengan laskar jiwa yang hadirnya mencitrakan kedamaian di dalam labirin jiwa. Detakan jantung dan aliran darah yang begitu lembutnya mencoba untuk menggambarkan kasih, menorehkan senyum ketulusan dan sapaan lembut dari suara-suara merdu kehidupan.

Panorama indah senyuman tak henti-hentinya selalu tersemburkan saat melihat tepian pantai, berlabuh di kampung halaman yang pernah tertinggalkan sebelumnya untuk mencoba meniti jejak baru di tanah baru, itulah bentuk sisi bumi lainnya yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Senyuman sebagai sambutan berlabuhnya kapal kehidupan di tepian kampung halaman terukir indah dan mewangi, laksana semburan aroma wewangian di taman yang luas, meciptakan kesejukan dan menghadirkan keharuman ini di tengah perhelatan kehidupan.

Pada hari Minggu, di akhir bulan saat perayaan kemerdekaan kebangsaan, itulah saat-saat di mana kedatangan jiwa menganugrahi kebahagiaan, terlantunkan di setiap syair kesyukuran yang akan selalu di persembahkan di haribaan Tuhan. Saat itu alam semesta terbuka bagi semua orang yang telah terilhami sebuah pertemuan dengan orang-orang terkasih, mereka telah mewarnai kehidupan kami dengan pilihan warna cerah, memberikan keteduhan bagi setiap mata kehidupan yang mencoba memandangnya, tak satu pun kedipan yang menghiasi kecuali kesyukuran dan lantunan pengagungan pada Tuhan.

Gerbang hati terbuka dengan cepat saat kendaraan kehidupan berjalan meninggalkan tepian pantai, rasa riang itu mengalir meninggalkan tegur sapa mesra dari desiran ombak yang selalu sahut-menyahut antara tepian satu dengan tepian lainnya. Perjalanan ini mengisahkan seuntai sejarah, pertemuan yang di harapkan makin terbuka di tepian pintu gerbang surga yang selalu terbuka lebar bagi hati yang berselimut kedamaian. Dan kini mata mencoba memejamkan diri sembari melantunkan doa di dalam heningnya jiwa sebagai persembahan kesyukuran di setiap awal sebuah pertemuan.

Ketika kendaraan kehidupan telah menuruni bukit, sebentuk kesedihan mencengkeram diri ini, tegur sapa bahasa kesediahan mencoba bercampur bersama alunan kebahagiaan jiwa, kemunculan kesedihan ini tidak lain merupakan sepenggal pesan ketakutan untuk berpisah kembali. Sungguh pun ia tidak mengharapkan perpisahan kembali karena baginya perpisahan menjadi tembok pemisah antara satu jiwa dengan jiwa yang lainnya. Jalinan komunikasi terhias bahasa tubuh yang selalu terbuka untuk menyapa tidak bisa terlihat begitu nyata jika perpisahan itu menjadi teman, namun jika sahabat sejatinya kehidupan membukakan jalan untuk sebuah jalinan komunikasi yang indah dari bahasa tubuh penuh keterbukaan akan dapat mengilhami keceriaan dan pelangi-pelangi kehidupan akan menampakkan diri di alam memori yang selalu tersimpan.

Hati itu mencoba menyibak tabir dan bersua di dalam dirinya; “ Tak kuharapkan pertemuan jika pada akhirnya terlintaskan sebuah perpisahan.”. namun di satu sisi, bahasa jiwa spiritual pun mengalir tuk mencoba meyakinkan diri dengan lantunan kata hati. Ia pun berbisik di sisi telinga jiwa yang saat itu sedang bimbang dan gaduh karena ketidak percayaan dan penyangkalan-penyangkalan yang tak berujung, dengan bahasa halus ia berkata demikian; “yakinkanlah diriMu, di setiap kehidupan ini tak ada yang abadi, semuanya akan berpisah sesuai dengan jalan takdir tuhan di dalam kitab catatan kehidupan, di atas langit sana engkau tersimpan dengan rapi, yakinkanlah semua kehidupanMu pada Tuhan, jika kau benar-benar mengharapkan pertemuan itu kembali.”. Bahasa yang telah di kumandangkan dengan penuh kelemah lembutan dari bisikan spiritual mampu menjadikan jiwa yang lemah menjadi kuat, membangkitkan semangat jiwa yang menciut dan penakut lebih berani menerjang segala aral yang melintang, menciptakan keserasian pada sebuah kehancuran yang meluluh lantahkan kehidupan, mendatangkan kemantapan hati untuk mencapai impian dan harapan yang telah terukir di atas langit-langit kehidupan yang di temani lentera langit beserta bintang-bintang yang selalu bersinar terang, dan menghadirkan sejuta kebahagiaan di saat kesedihan mendera jiwa. Semua itu adalah anugrah Semesta dari Tuhan, manifestasi kuasanya menari-nari di setiap jejak kehidupan, tak seinci pun kehidupan ini kan terlewatkan dari Tangan Kuasanya. Yakinkalah diri pada yang demikian itu jika mengharapkan kedamaian sejati, tidak ada sumber air kehidupan selain dari Yang Maha Kuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar