Menentukan Pilihan Hidup Anda sendiri ada di hati anda karena hidup adalah pilihan-anda adalah penentu kehidupan anda sendiri.
Bagaiamana
perasaan anda tentang memulai segala kehidupan ini tanpa apa pun?
Menurut anda, apakah hal demikian itu memungkinkan pertumbuhan diri anda
dalam upaya pecapaian perolehan di dalam kehidupan ini? Adil atau tidak
adil hal yang demikian itu? Bagaimana menurut anda jika anda hanya
memiliki satu potensi dalam diri yang telah tuhan tanamkan di dalam
jiwa? Mungkinkah perubahan hidup untuk menuntun ke jalan pencerahana
akan tercapai dengan sendirinya???
Kami memulai tulisan
ini dengan beragam pertanyaan yang memungkinkan anda untuk menjawab
serangkaian pertanyaan yang tersedia sebagai bahan perenungan bagi kita
semua untuk memulai diskusi sederhana di dalam tulisan yang singkat ini.
Serangkaian pertanyaan di atas sangat sederhana, namun jarang sekali
kita mampu merealisasikannya di dalam kehidupan ini dalam kehidupan yang
benar-benar nyata di depan mata kepala. Boleh saja kita melakukan
penyangkalan-penyangkalan terhadap segala apa yang terjadi di dalam
kehidupan, namun apakah dengan penyangkalan tanpa sebuah pertanggung
jawaban akan mampu menciptakan pribadi yang mampu bersikap bijak
sebagaimana jalan pencerahan sebagaimana yang telah Tuhan ajarkan di
dalam entitas kehidupan?
Coba kita meresapi sejenak cerita
di bawah ini. Ada seorang anak kecil yang tergopoh-gopoh di halaman
rumahnya, mondar-mandir kesana kemari dengan tampilan wajah yang cemas
dan di penuhi warna kekecewaan, layaknya seorang yang ingin menemukan
sesuatu yang hilang, sudah sejak lama ia mencarinya namun ia tidak
kunjung menemukan apa yang ia cari, sambil melontarkan kata-kata
kekecewaan “Aku sial”, ia terus melakukan pencarian di halaman rumahnya.
Tak lama kemudian, seorang tua yang lewat di depan rumahnya menanyakan
perihal yang terjadi pada anak tersebut. “Nak, Apa yang hendak engkau
cari?” dengan suara sedikit sengau, anak tersebut menjawab “ Saya sedang
mencari Kunci Rumah yang hilang!”. Orang tua tersebut mengomentari pri
hal anak tersebut “Nak! Bukankah Kunci Rumah yang sedang engkau cari
berada di dalam rumahMu sendiri?” begitulah lontaran jawaban orang tua
yang tidak lain adalah tetangga yang selalu memperhatikan kondisi orang
di sekitarnya dengan penuh kepedulian dan cinta kasih. Selang beberapa
saat, Anak tersebut baru teringat akan kuncinya yang tertinggal di dalam
rumahnya sendiri, namun dengan kegalauan dan kegelisahan, ia hanya
mencari kuncinya yang tertinggal di depan rumah di sekitar halaman yang
tentu saja tidak akan pernah mungkin ia akan menemukannya.
Peri
hal anak tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi kehidupan kita saat
sekarang ini, kita berusaha keras untuk menemukan jati diri kita
masing-masing di luar dari cerminan kita yang sebenarnya, hingga pada
akhirnya kita telah kehilangan jati diri kita sendiri, namun kita tidak
pernah menyadari kalau hal demikian benar-benar terjadi. Bahwasanya kita
terlahir di muka bumi ini tanpa membawa bekal apapun kecuali
menggandeng potensi yang telah tuhan tanamkan di dalam jiwa kita untuk
mampu memperindah diri kita masing-masing di dalam realitas kehidupan
sebenarnya yang tampak nyata oleh kasat mata. Pertumbuhan jiwa kita
untuk dapat menemukan karakter yang matang dan cakap dalam menapaki
jejak kehidupan, tidaklah perlu membawa materi dan ataupun segala hal
yang sekeda bersifat tampak oleh panca indra saja, kesemuanya itu hanya
sebagai mediator yang tidak lebih dari hanya sekedar fungsi pelengkap,
sebenarnya kita telah memiliki tingkat pencerahan untuk pertumbuhan jiwa
yaitu di dalam hati sanubari untuk dapat melihat nilai-nilai kehidupan
yang sebenarnya. Memang tidak terlihat dan tidak dapat di rasakan oleh
panca indra yang banyak memiliki keterbatasan, namun keberadaannya
memang benar-benar ada di setiap rangkaian peristiwa yang terjadi,
terselubung oleh selimut makna, jika kita menginginkan essensi kehidupan
maka selayaknyalah kita mencoba menggalinya dengan potensi illahiah
yang telah tuhan karuniakan bagi diri kita masing-masing. Jika tidak
demikian adanya, pri hal kita saat ini tidak jauh berbeda dengan cerita
anak di atas yang begitu kecewa karena tidak menemukan apa yang di
carinya. Kita akan benar-benar kehilangan kesempatan, sudaah saatnyalah
bercermin di dalam diri untuk memperkuat diri dan menciptakan
kepercayaan diri yang mantap.
Ada lagi satu hal ceritra di
tengah kehidupan ini yang sedang terjadi dan menimpa kehidupan manusia
modern, banyak sekali di antara kita yang hidup di era modern ini, lebih
banyak orang yang lebih perduli terhadap tubuh fisiknya daripada
memperdulikan pertumbuhan jiwanya. Itulah mengapa banyak kita
menyaksikan berbagai macam salon dan klinik kecantikan yang selalu di
banjiri oleh beragam kalangan, baik itu kalangan remaja, dewasa, bahkan
orang tua sekalipun. Mereka menyempatkan waktu luang untuk dapat
mempercantik diri hanya sekedar tampilan luar saja, namun jarang sekali
yang mencoba untuk mempercantik diri dari dalam melalui
pencerahan-pencerahan seperti mengisi waktu luang dengan berkunjung
ketempat ibadah dan atau tempat yang di mana pertumbuhan jiwa selalu di
utamakan. Kebanyakan kita telah kehilangan arti penting kehidupan ini,
sehingga tidak jarang melahirkan pribadi yang kurang cakap dalam
mensinergikan diri dan menyatu dalam kehidupan, kita yang hidup di era
modern ini lebih mementingkan hal-hal material belaka dan
mengesampingkan nilai-nilai spirtualitas. Kini menemukan jati diri yang
sebenarnya hanya sekedar menjadi bahan wacana saja dan tidak banyak
orang yang mengimplementasikannya di dalam kehidupan nyata. Kunci
kehidupannya yang sebenarnya sudah hilang meninggalkan kita, apa artinya
kita hanya terfokus dalam upaya memupuk diri pada pertumbuhan luar saja
tetapi melupakan sejatinya kehidupan ini. Jika kita menoleh sejenak
kebelakang akan masa kelahiran kita, tidak ada satu pun di antara kita
yang membawa beragam barang bawaan dari dalam kandungan, kita hanya
terlihat oleh balutan darah segar tanpa membawa barang apapun. Hanya
isak tangis yang menjadi bahasa sapaan untuk menyambut kehidupan ini.
Jika
kesadaran demikian terpatri di dalam kehidupan kita masing-masing,
tidak mungkin tidak kehidupan kita akan lebih cakap dan bijaksana,
kepercayaan diri akan benar-benar mantap dan jalan pencerahan
benar-belar kita lalui dengan mudah untuk mencapai Keagungan tuhan
sebagai focus tujuan hidup yang sebenarnya. Adakah di antara kita yang
tidak mengharapkan kasih Tuhan??? Mungkin tidak ada satupun di antara
kita yang menjawab “Iya” dengan suara lantang, entah itu seorang atheis
sekalipun, pada dasarnya kita telah tercipta berdasarkan nilai illahiah
yang bersinergi dengan bahasa jiwa yang suci. Jika kita mengaburkan
nilai-nilai tersebut, maka selayaknya kita menapikan hakikat sebenarnya
yaitu tuhan itu sendiri. Sangat ironi sekali jika hal demikian terjadi
pada diri kita masing-masing yang telah di bekali akal pikiran untuk
membedakan nilai-nilai kebenaran dan kebatilan.
Kesemuanya
itu terangkai dalam istilah “Pilihan Hidup”. Kita adalah penentu bagi
kehidupan diri kita masing-masing, layaknya seorang nahkoda yang mencoba
mengarungi samudra kehidupan yang luas ini dengan bekal pengetahuannya
sendiri serta kepercayaan diri untuk melintasi aral dan rintangan serta
terpaan ombak dan arus di tengah perjalanannya untuk bisa mencapai tepi
pantai kehidupan yaitu tepian kebahagiaan yang semua orang
mengharapkannya.
Atau Mungkin kita menjadi seorang pilot
yang gagah berani untuk melintasi tiang-tiang cakrawala di atas langit.
Terpaan angin yang kencang dan cuaca buruk adalah aral cobaan sebagai
penguat kemantapan hati dalam menentukan pilihan yang sebelumnya menjadi
teman hidup masing-masing. Hidup adalah pilihan bebas untuk dapat
mempercantik diri dengan pilihan-pilihan bebas yang telah tersedia bagi
setiap diri individu, jika pilihan yang di gandeng jiwa tidak
mencerminkan keserasian dan kesesuain, maka sudah barang tentu
kemelaratan dan pengekangan diri menjadi teman sejati bagi individu
tersebut, sabotase diri tidak bisa di elakkan lagi dan kehinaan telah
menjadi bingkai diri yang tidak pernah lepas.
Ada sebagian
di antara kita berfikir bahwasanya kelahiran mereka di muka bumi ini
merupakan sebuah ketidaksengajaan, tanpa dapat menentukan
pilihan-pilihan yang sesuai dengan diri mereka. Mereka inilah yang tidak
dapat menemukan jati diri yang sebenarnya karena
kebingungan-kebingungan yang tak pernah berujung, bahkan kematian mereka
di damping oleh kebingungan-kebingungan yang sangat mendalam, hingga di
atas pusara makam mereka terukirkan lingkaran setan yang tak pernah
berakhir. Sementara ada sebagian di antara kita yang meyakini bahwa
keadaan kehidupan kita di muka bumi ini merupakan sebuah hasil pilihan
yang mantap yang datangnya dari diri sendiri, yaitu pilihan yang terbaik
untuk dapat menyucikan hati dan jiwa. Yang demikian inilah bagian dari
jalan awal untuk melangkah pada jalan pencerahan yaitu menemukan jati
diri yang sejatinya mencitrakan diri pribadi yang bijaksana. semoga kita
dapat menemukan jalan yang tepat untuk menciptakan pribadi yang
bijaksana dan di liputi oleh cahaya pencerah yang telah tuhan utus untuk
mngisi setiap kehidupan kita masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar