Minggu, 27 Mei 2012

Menemukan Kunci Kehidupan di dalam diri - Menemukan entitas pribadi yang cakap dan bijak

Menentukan Pilihan Hidup Anda sendiri ada di hati anda karena hidup adalah pilihan-anda adalah penentu kehidupan anda sendiri.

Bagaiamana perasaan anda tentang memulai segala kehidupan ini tanpa apa pun? Menurut anda, apakah hal demikian itu memungkinkan pertumbuhan diri anda dalam upaya pecapaian perolehan di dalam kehidupan ini? Adil atau tidak adil hal yang demikian itu? Bagaimana menurut anda jika anda hanya memiliki satu potensi dalam diri yang telah tuhan tanamkan di dalam jiwa? Mungkinkah perubahan hidup untuk menuntun ke jalan pencerahana akan tercapai dengan sendirinya???

Kami memulai tulisan ini dengan beragam pertanyaan yang memungkinkan anda untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang tersedia sebagai bahan perenungan bagi kita semua untuk memulai diskusi sederhana di dalam tulisan yang singkat ini. Serangkaian pertanyaan di atas sangat sederhana, namun jarang sekali kita mampu merealisasikannya di dalam kehidupan ini dalam kehidupan yang benar-benar nyata di depan mata kepala. Boleh saja kita melakukan penyangkalan-penyangkalan terhadap segala apa yang terjadi di dalam kehidupan, namun apakah dengan penyangkalan tanpa sebuah pertanggung jawaban akan mampu menciptakan pribadi yang mampu bersikap bijak sebagaimana jalan pencerahan sebagaimana yang telah Tuhan ajarkan di dalam entitas kehidupan?

Coba kita meresapi sejenak cerita di bawah ini. Ada seorang anak kecil yang tergopoh-gopoh di halaman rumahnya, mondar-mandir kesana kemari dengan tampilan wajah yang cemas dan di penuhi warna kekecewaan, layaknya seorang yang ingin menemukan sesuatu yang hilang, sudah sejak lama ia mencarinya namun ia tidak kunjung menemukan apa yang ia cari, sambil melontarkan kata-kata kekecewaan “Aku sial”, ia terus melakukan pencarian di halaman rumahnya. Tak lama kemudian, seorang tua yang lewat di depan rumahnya menanyakan perihal yang terjadi pada anak tersebut. “Nak, Apa yang hendak engkau cari?” dengan suara sedikit sengau, anak tersebut menjawab “ Saya sedang mencari Kunci Rumah yang hilang!”. Orang tua tersebut mengomentari pri hal anak tersebut “Nak! Bukankah Kunci Rumah yang sedang engkau cari berada di dalam rumahMu sendiri?” begitulah lontaran jawaban orang tua yang tidak lain adalah tetangga yang selalu memperhatikan kondisi orang di sekitarnya dengan penuh kepedulian dan cinta kasih. Selang beberapa saat, Anak tersebut baru teringat akan kuncinya yang tertinggal di dalam rumahnya sendiri, namun dengan kegalauan dan kegelisahan, ia hanya mencari kuncinya yang tertinggal di depan rumah di sekitar halaman yang tentu saja tidak akan pernah mungkin ia akan menemukannya.

Peri hal anak tersebut tidak jauh berbeda dengan kondisi kehidupan kita saat sekarang ini, kita berusaha keras untuk menemukan jati diri kita masing-masing di luar dari cerminan kita yang sebenarnya, hingga pada akhirnya kita telah kehilangan jati diri kita sendiri, namun kita tidak pernah menyadari kalau hal demikian benar-benar terjadi. Bahwasanya kita terlahir di muka bumi ini tanpa membawa bekal apapun kecuali menggandeng potensi yang telah tuhan tanamkan di dalam jiwa kita untuk mampu memperindah diri kita masing-masing di dalam realitas kehidupan sebenarnya yang tampak nyata oleh kasat mata. Pertumbuhan jiwa kita untuk dapat menemukan karakter yang matang dan cakap dalam menapaki jejak kehidupan, tidaklah perlu membawa materi dan ataupun segala hal yang sekeda bersifat tampak oleh panca indra saja, kesemuanya itu hanya sebagai mediator yang tidak lebih dari hanya sekedar fungsi pelengkap, sebenarnya kita telah memiliki tingkat pencerahan untuk pertumbuhan jiwa yaitu di dalam hati sanubari untuk dapat melihat nilai-nilai kehidupan yang sebenarnya. Memang tidak terlihat dan tidak dapat di rasakan oleh panca indra yang banyak memiliki keterbatasan, namun keberadaannya memang benar-benar ada di setiap rangkaian peristiwa yang terjadi, terselubung oleh selimut makna, jika kita menginginkan essensi kehidupan maka selayaknyalah kita mencoba menggalinya dengan potensi illahiah yang telah tuhan karuniakan bagi diri kita masing-masing. Jika tidak demikian adanya, pri hal kita saat ini tidak jauh berbeda dengan cerita anak di atas yang begitu kecewa karena tidak menemukan apa yang di carinya. Kita akan benar-benar kehilangan kesempatan, sudaah saatnyalah bercermin di dalam diri untuk memperkuat diri dan menciptakan kepercayaan diri yang mantap.

Ada lagi satu hal ceritra di tengah kehidupan ini yang sedang terjadi dan menimpa kehidupan manusia modern, banyak sekali di antara kita yang hidup di era modern ini, lebih banyak orang yang lebih perduli terhadap tubuh fisiknya daripada memperdulikan pertumbuhan jiwanya. Itulah mengapa banyak kita menyaksikan berbagai macam salon dan klinik kecantikan yang selalu di banjiri oleh beragam kalangan, baik itu kalangan remaja, dewasa, bahkan orang tua sekalipun. Mereka menyempatkan waktu luang untuk dapat mempercantik diri hanya sekedar tampilan luar saja, namun jarang sekali yang mencoba untuk mempercantik diri dari dalam melalui pencerahan-pencerahan seperti mengisi waktu luang dengan berkunjung ketempat ibadah dan atau tempat yang di mana pertumbuhan jiwa selalu di utamakan. Kebanyakan kita telah kehilangan arti penting kehidupan ini, sehingga tidak jarang melahirkan pribadi yang kurang cakap dalam mensinergikan diri dan menyatu dalam kehidupan, kita yang hidup di era modern ini lebih mementingkan hal-hal material belaka dan mengesampingkan nilai-nilai spirtualitas. Kini menemukan jati diri yang sebenarnya hanya sekedar menjadi bahan wacana saja dan tidak banyak orang yang mengimplementasikannya di dalam kehidupan nyata. Kunci kehidupannya yang sebenarnya sudah hilang meninggalkan kita, apa artinya kita hanya terfokus dalam upaya memupuk diri pada pertumbuhan luar saja tetapi melupakan sejatinya kehidupan ini. Jika kita menoleh sejenak kebelakang akan masa kelahiran kita, tidak ada satu pun di antara kita yang membawa beragam barang bawaan dari dalam kandungan, kita hanya terlihat oleh balutan darah segar tanpa membawa barang apapun. Hanya isak tangis yang menjadi bahasa sapaan untuk menyambut kehidupan ini.

Jika kesadaran demikian terpatri di dalam kehidupan kita masing-masing, tidak mungkin tidak kehidupan kita akan lebih cakap dan bijaksana, kepercayaan diri akan benar-benar mantap dan jalan pencerahan benar-belar kita lalui dengan mudah untuk mencapai Keagungan tuhan sebagai focus tujuan hidup yang sebenarnya. Adakah di antara kita yang tidak mengharapkan kasih Tuhan??? Mungkin tidak ada satupun di antara kita yang menjawab “Iya” dengan suara lantang, entah itu seorang atheis sekalipun, pada dasarnya kita telah tercipta berdasarkan nilai illahiah yang bersinergi dengan bahasa jiwa yang suci. Jika kita mengaburkan nilai-nilai tersebut, maka selayaknya kita menapikan hakikat sebenarnya yaitu tuhan itu sendiri. Sangat ironi sekali jika hal demikian terjadi pada diri kita masing-masing yang telah di bekali akal pikiran untuk membedakan nilai-nilai kebenaran dan kebatilan.

Kesemuanya itu terangkai dalam istilah “Pilihan Hidup”. Kita adalah penentu bagi kehidupan diri kita masing-masing, layaknya seorang nahkoda yang mencoba mengarungi samudra kehidupan yang luas ini dengan bekal pengetahuannya sendiri serta kepercayaan diri untuk melintasi aral dan rintangan serta terpaan ombak dan arus di tengah perjalanannya untuk bisa mencapai tepi pantai kehidupan yaitu tepian kebahagiaan yang semua orang mengharapkannya.

Atau Mungkin kita menjadi seorang pilot yang gagah berani untuk melintasi tiang-tiang cakrawala di atas langit. Terpaan angin yang kencang dan cuaca buruk adalah aral cobaan sebagai penguat kemantapan hati dalam menentukan pilihan yang sebelumnya menjadi teman hidup masing-masing. Hidup adalah pilihan bebas untuk dapat mempercantik diri dengan pilihan-pilihan bebas yang telah tersedia bagi setiap diri individu, jika pilihan yang di gandeng jiwa tidak mencerminkan keserasian dan kesesuain, maka sudah barang tentu kemelaratan dan pengekangan diri menjadi teman sejati bagi individu tersebut, sabotase diri tidak bisa di elakkan lagi dan kehinaan telah menjadi bingkai diri yang tidak pernah lepas.

Ada sebagian di antara kita berfikir bahwasanya kelahiran mereka di muka bumi ini merupakan sebuah ketidaksengajaan, tanpa dapat menentukan pilihan-pilihan yang sesuai dengan diri mereka. Mereka inilah yang tidak dapat menemukan jati diri yang sebenarnya karena kebingungan-kebingungan yang tak pernah berujung, bahkan kematian mereka di damping oleh kebingungan-kebingungan yang sangat mendalam, hingga di atas pusara makam mereka terukirkan lingkaran setan yang tak pernah berakhir. Sementara ada sebagian di antara kita yang meyakini bahwa keadaan kehidupan kita di muka bumi ini merupakan sebuah hasil pilihan yang mantap yang datangnya dari diri sendiri, yaitu pilihan yang terbaik untuk dapat menyucikan hati dan jiwa. Yang demikian inilah bagian dari jalan awal untuk melangkah pada jalan pencerahan yaitu menemukan jati diri yang sejatinya mencitrakan diri pribadi yang bijaksana. semoga kita dapat menemukan jalan yang tepat untuk menciptakan pribadi yang bijaksana dan di liputi oleh cahaya pencerah yang telah tuhan utus untuk mngisi setiap kehidupan kita masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar