Temukanlah Kebahagiaan itu di dalam Jiwa SuciMu
Semua manusia yang
hidup di muka bumi, di sadari atau tidak, semua pasti berharap dan
mendambakan ketenangan hidup dan kehidupan yang di warnai kedamaian yang
sejatinya akan membuat ia menjadi manusia yang benar-benar merasakan
kebahagiaan sebagai pemberian anugrah dan Rahmat Sang Pencipta Alam
Semesta. Kita mengejar ketenangan dan kedamaian hidup dengan beragam
cara untuk bisa mendapatkannya kebahagiaan. Sebagian di antara kita yang
mengira kebahagiaan itu ada pada Harta, maka kita berusaha dengan giat
untuk bisa mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya.
Sebagian lagi mengira
bahwasanya kebahagiaan itu ada pada jabatan dan pangkat, maka kita pun
akan berusa semaksimal mungkin untuk bisa mendapatkan pangkat dan
jabatan tertinggi di dalam hidup ini. Sebagian yang lain mengira
bahwasanya kebahagiaan itu ada pada wanita cantik, maka tentunya kita
akan terdorong segenap jiwa dan raga untuk bisa mendapatkan dan
memperistri wanita cantik yang tentunya sesuai dengan idaman kita
sebagai pendamping hidup. Pada akhirnya setelah kita mendapatkan
semuanya itu, ternyata kita tetap saja tidak merasa puas dan bahagia
atas apa yang telah kita raih, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya,
semakin kita mendapatkan banyak atas harta, pangkat dan jabatan, kita
justru semakin haus dan tidak pernah merasa puas apalagi bahagia atas
semua karunia yang ada.
Sebenarnya apa yang telah kita yakini akan
membahagiakan hidup ternyata membuat kita lebih sengsara, sabotase diri
tidak mungkin bisa di elakkan lagi, kita lebih terfokus pada hal-hal
yang membuat hidup kita terkekang dan membatasi hidup kita dari apa yang
sebenarnya ingin kita gapai dan raih di dalam hidup ini. Kita terlihat
sengsara atas hasil yang telah kita raih. Kenapa demikian??? Karena
semua objek-objek tersebut memiliki keterbatasan, sedangkan keinginan
manusia sifatnya tidak terbatas. Bagaimana mungkin sesuatu yang terbatas
seperti harta benda, pangkat dan kedudukan akan dapat memberikan rasa
puas atas segala keinginan dan hasrat kita yang tak terbatas? Apakah
mungkin kebahagiaan itu terletak pada keterbatasan baik fisik maupun
sifatnya? Di manakah letak esensi kebahagiaan sebenarnya?
Pertanyan-pertanyan tersebut bergema di dalam otak kita, seolah-olah
menjadi pertanyaan dan PR dalam hidup kita untuk kita cari jawaban serta
solusinya. Kita terlalu bingung pada citra diri kita sendiri. Kita
tidak pernah mau untuk bertanya dan berdiskusi dengan jiwa kita. Itulah
sebabnya kita menjadi orang lain pada diri kita sendiri. Kita terlihat
aneh dan seolah-olah bukan diri kita, karena kita tidak mengenal potensi
illahi yang telah tertanam daram diri kita masing masing sebagai
potensi diri yang sangat luar biasa. Akankah kita mati pada kebingungan
dan ketidak bahagiaan hidup???
Semua kita tentu menjawab “Tidak”.
Kenapa?, karena kita semua tentunya mendambakan hidup bahagia, penuh
dengan nilai rasa, ketenangan dan kedamaian. Mulai detik ini, saatnyalah
kita instrospeksi diri dan menyadari diri kita sebagai makhluk yang
sempurna dan agung di sisi mahkluk lainnya. Bukankah tuhan telah
menciptakan manusia secara sempurna?
Itulah sebabnya barangkali
mengapa para arif bijaksana mengajarkan kepada kita untuk selalu
bertanya pada diri sendiri; “Hendak pergi kemana dan Apa yang sebenarnya
ingin Engkau cari? Untuk apa Engkau menjalani hidup ini jika engkau
tidak sadar atas apa yang Engkau jalani?”. Mereka yang arif dan
bijaksana telah menemukan kebahagiaan hidup mereka bukan pada materi
yang terlihat oleh panca indra, mereka sadari keterbatasan atas apa yang
terlihat, karena mereka memandang kehidupan ini bukan pada batasan yang
terlihat tampak, tapi lebih di tekankan pada apa yang sifatnya
essensial dan abstarak namun adanya tidak di pungkiri lagi oleh setiap
orang yang menggunakan kesadaran mereka secara utuh. Bahwasanya
sebenarnya ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan sejati yang kita cari
kemana-mana itu ternyata ada di dalam diri kita sendiri.
Para arif
bijaksana menemukan kebahagiaan pada pola hidup sederhana. Kesederhanaan
hidup itulah yang mengantarkan mereka pada kebahagiaan. Potensi luar
biasa yang manusia miliki satu sama lain berbeda-beda. Tuhan telah
mengaturnya demikian dan memang ada maksud serta tujuan tertentu sebagai
rahasia Illahi yang tidak kita mengerti di balik mistri Rencana Yang
Maha Suci. Jika kita menyadarinya, maka sudah selayaknya kita akan
benar-benar menemukan kebahagiaan hidup.
Selama ini kita sulit untuk
mensyukuri atas karunia yang telah Tuhan tanamkan pada diri kita
masing-masing, itulah sebabnya mengapa kita sulit menemukan kebahagiaan
itu. Kurangnya rasa syukur akan menjerumuskan hidup pada jurang
kesengsaraan dan jalan hidup yang kita tempuh tidak sesuai dengan fitrah
yang kita miliki hingga pada akhirnya kebahagiaan tidak akan mungkin
bisa kita miliki. Sabotase diri dan pengekangan yang kita lakukan pada
anugrah hidup yang telah anugrahkan untuk kita. Sangat naif sekali jika
hal ini terjadi di dalam hidup kita.
Marilah kita berdamai dengan
diri kita sendiri, berupaya menghadirkan ketenangan dengan memanfaatkan
potensi luar biasa yang telah ada di dalam jiwa kita masing-masing,
dengan demikian kebahagiaan itu tidak lagi terlihat patamorgana, Ia akan
terlihat tampak dan benar-banar nyata karena kekuatan rasa syukur di
segenap jiwa dan raga atas segala anugrah Sang Pencipta.
Untuk
itulah tidak ada salahnya jika kita memulainya dari sekarang juga,
mengawali hidup di setiap harinya dengan ungkapan rasa syukur pada
Kebesaran dan keMahakuasa Sang Pencipta Jagad raya. Di saat bangun
tidur, ucapkanlah atau ungkapkanlah rasa syukur itu pada Sang Pemberi
Nikmat untuk mengawali hidup dengan penuh warna suka cita. Dengan cara
tersebut, di harapkan pancaran vibrasi energi rasa syukur akan dapat
memadukan energi alam semesta dan pancaran Energi tak terbatas dari
Kuasa Sang Pencipta. Dengan demikian keseimbangan atau keharmonisan di
setiap langkah kita untuk menjalani aktifitas menyatu dengan energi alam
semesta, kelanggenan hubungan di antara kedua energi ini menjadikan
kitta lebih bahagia sepanjang masa.
Mengucapkan Rasa Syukur akan
dapat mengubah pola negatif menjadi energi positif. Ungkapan Syukur
merupakan sebuah mekanisme Tuhan untuk menyatukan manusia sebagai suatu
organisme terkecil dengan kosmik yang luar biasa besarnya. Pancaran
Energi ini menjadi satu kesatuan dan membumi di dalam jiwa manusia, kita
tidak lagi bergantung pada keterbatasan, akan tetapi kita akan
benar-benar di arahkan untuk mendapatkan kebahagiaan oleh Tuhan yang
tidak memiliki keterbatasan, dengan kata lain Tuhan Yang Sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar