Energi kekuatan di balik kekurangan yang tersimpan di dalam Cinta
CINTA
adalah sumber energy yang sangat dalam, sumber energy yang di berikan
oleh Allah SWT kepada semua manusia, cinta itupun di tanamkannya di
dalam hati manusia itu sendiri yang telah di terangi cahaya Illahi,
menerangi kesucian hati untuk menuntunnya menemukan Wajah tuhan di balik
semua realitas yang ada. Belajar untuk menemukan cinta memang beragam
caranya, semua itu memiliki konskuensi atas apa yang telah menjadi
pilihan untuk meraih cinta. Namun terkadang cara yang kita tempuh tidak
semestinya berkesesuaian dengan apa yang memang di harapkan olek meaning
of love/ makna cinta itu sendiri.
Cinta adalah sesuatu
yang amat mulia, kehadirannya merupakan sesuatu yang amat sangat
dinanti-nantikan. Cinta mengayomi seluruh ruang dan waktu kehidupan,
selayaknyalah ucapan kita tersiratkan nuansa penuh cinta, perbuatan yang
bersimfoni dengan suara cinta begitu pula cara kita memandang kehidupan
dengan penuh warna cinta, jika demikian adanya, maka seyogyanyalah
ruang waktu di dalam kehidupan ini yang tidak mungkin tidak akan
benar-benar di berkahi cahaya kedamaian, cinta kasih dan juga ketulusan.
Cinta
yang selama ini kita pandang keliru dalam alam rasa dan pikir sebaiknya
sudah saatnyalah untuk di rombak dan di gantikan dengan pemahaman yang
benar atas makna cinta yang sebenarnya. Kita selalu mengidentifikasikan
Cinta adalah sesuatu yang sempurna yang melekat di dalam sesuatu dan
menapikan kekurangan yang ada. Sangat ironi jika kita memiliki pemahaman
yang demikian itu. Pemahaman tersebut tidak lain adalah kebodohan yang
terselubung, memang terlihat mengagumkan dan membuat banyak orang
menganut konsep pemahaman seperti itu, tapi di balik wajahnya yang indah
dan menawan menyimpan banyak racun yang berbahaya.
Cinta
bukanlah satu sisi yang memiliki kemelekatan yang absolute, cinta tidak
di pandang pada sisi kesempurnaannya saja, namun kekurangan yang melekat
atas apa yang kita cintai adalah makna kesempurnaan yang sangat dalam
dan tersiratkan di dalam semua bait-bait yang terlukiskan di dalamnya
dengan penuh penghayatan. Tapi semuanya akan menjadi kabur ketika ego di
dalam diri yang memahami secara sempit membuat kita menolak, menyangkal
atau bahkan tidak mengakui kekurangan atas apa yang kita cintai. Baik
itu kelebihan-kekurangan yang melekat di dalam cinta, semuanya itu
adalah pemahaman yang utuh terhadap cinta, hanya saja perinsif dasar
yang melekat di dalam diri manusia yang rakus dan penuh harapan-harapan
semu dan penuh nuansa patamorgana yang tak kan pernah terpuaskan membuat
makna yang sebenarnya melekat di dalam bahasa cinta sebenarnya menjadi
kabur dan bahkan keagungannya sudah tidak melekat lagi bersama cinta itu
sendiri.
Oleh karena itu, alangkah baiknya kita
memaknainya dengan sebuah rasa syukur yang paling dalam, hingga menuntun
kita pada indahnya kesyukuran atas segala nikmat yang tergoreskan di
dalam cinta dan merendahkan hati dengan penuh penghambaan serta
pengakuan kebesaran tuhan ketika kita melihat kekurangan yang melekat di
dalam sifat makhluk. Ini pertanda bahwasanya Renungan kita akan
berujung pada pengakuan terhadap Dzat Yang Maha Agung, sumber
kesempunaan yang abadi, sumber energy cinta yang melekat di dalam hati.
Sungguh
benar jika di katakan kemelekatan pada pincangnya pemahaman terhadap
kesempurnaan sifat yang melekat pada makhluk adalah sesuatu yang
memiliki kesempurnaan di setiap sisinya. Tidak demikian adanya,
sesungguhnya kelebihan-kekurangan adalah cinta itu sendiri, hanya saja
bagaimana kita memandangnya secara sempurna dan menjadikannya sebagai
wujud kesadaran pada illahi yang menjadi sumber utama cinta, prima kausa
atas kausalitas kehidupan di mana setiap makhluk mengharapkan belaian
tangan cinta kasih-Nya. Hanya dialah sumber kausalitas cinta yang abadi.
Terlalu
perfeksionist jika kita mengharapkan segala kelebihan atas cinta namun
mengabaikan segala kekurangannya. Pemikiran yang sempit inilah yang
membuat kita terjerumus pada kehausan batin tiada henti-hentinya,
kekeringan pada jiwa dan menuntun kita pada jurang kehinaan. Hanyalah
tuhan sebagai dzat yang pantas memiliki kesempunaan. Jika kita menyadari
demikian dengan sikap lapang dada dan pikiran yang terbuka, maka sudah
sepantasnyalah kita menerima tuntunan illahi untuk mencerahkan jiwa
dengan cinta dari Sumber Cinta yaitu Tuhan Yang Maha Perkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar