Minggu, 27 Mei 2012

Energi kekuatan di balik kekurangan yang tersimpan di dalam Cangkang Cinta

Energi kekuatan di balik kekurangan yang tersimpan di dalam Cinta

CINTA adalah sumber energy yang sangat dalam, sumber energy yang di berikan oleh Allah SWT kepada semua manusia, cinta itupun di tanamkannya di dalam hati manusia itu sendiri yang telah di terangi cahaya Illahi, menerangi kesucian hati untuk menuntunnya menemukan Wajah tuhan di balik semua realitas yang ada. Belajar untuk menemukan cinta memang beragam caranya, semua itu memiliki konskuensi atas apa yang telah menjadi pilihan untuk meraih cinta. Namun terkadang cara yang kita tempuh tidak semestinya berkesesuaian dengan apa yang memang di harapkan olek meaning of love/ makna cinta itu sendiri.

Cinta adalah sesuatu yang amat mulia, kehadirannya merupakan sesuatu yang amat sangat dinanti-nantikan. Cinta mengayomi seluruh ruang dan waktu kehidupan, selayaknyalah ucapan kita tersiratkan nuansa penuh cinta, perbuatan yang bersimfoni dengan suara cinta begitu pula cara kita memandang kehidupan dengan penuh warna cinta, jika demikian adanya, maka seyogyanyalah ruang waktu di dalam kehidupan ini yang tidak mungkin tidak akan benar-benar di berkahi cahaya kedamaian, cinta kasih dan juga ketulusan.

Cinta yang selama ini kita pandang keliru dalam alam rasa dan pikir sebaiknya sudah saatnyalah untuk di rombak dan di gantikan dengan pemahaman yang benar atas makna cinta yang sebenarnya. Kita selalu mengidentifikasikan Cinta adalah sesuatu yang sempurna yang melekat di dalam sesuatu dan menapikan kekurangan yang ada. Sangat ironi jika kita memiliki pemahaman yang demikian itu. Pemahaman tersebut tidak lain adalah kebodohan yang terselubung, memang terlihat mengagumkan dan membuat banyak orang menganut konsep pemahaman seperti itu, tapi di balik wajahnya yang indah dan menawan menyimpan banyak racun yang berbahaya.

Cinta bukanlah satu sisi yang memiliki kemelekatan yang absolute, cinta tidak di pandang pada sisi kesempurnaannya saja, namun kekurangan yang melekat atas apa yang kita cintai adalah makna kesempurnaan yang sangat dalam dan tersiratkan di dalam semua bait-bait yang terlukiskan di dalamnya dengan penuh penghayatan. Tapi semuanya akan menjadi kabur ketika ego di dalam diri yang memahami secara sempit membuat kita menolak, menyangkal atau bahkan tidak mengakui kekurangan atas apa yang kita cintai. Baik itu kelebihan-kekurangan yang melekat di dalam cinta, semuanya itu adalah pemahaman yang utuh terhadap cinta, hanya saja perinsif dasar yang melekat di dalam diri manusia yang rakus dan penuh harapan-harapan semu dan penuh nuansa patamorgana yang tak kan pernah terpuaskan membuat makna yang sebenarnya melekat di dalam bahasa cinta sebenarnya menjadi kabur dan bahkan keagungannya sudah tidak melekat lagi bersama cinta itu sendiri.

Oleh karena itu, alangkah baiknya kita memaknainya dengan sebuah rasa syukur yang paling dalam, hingga menuntun kita pada indahnya kesyukuran atas segala nikmat yang tergoreskan di dalam cinta dan merendahkan hati dengan penuh penghambaan serta pengakuan kebesaran tuhan ketika kita melihat kekurangan yang melekat di dalam sifat makhluk. Ini pertanda bahwasanya Renungan kita akan berujung pada pengakuan terhadap Dzat Yang Maha Agung, sumber kesempunaan yang abadi, sumber energy cinta yang melekat di dalam hati.

Sungguh benar jika di katakan kemelekatan pada pincangnya pemahaman terhadap kesempurnaan sifat yang melekat pada makhluk adalah sesuatu yang memiliki kesempurnaan di setiap sisinya. Tidak demikian adanya, sesungguhnya kelebihan-kekurangan adalah cinta itu sendiri, hanya saja bagaimana kita memandangnya secara sempurna dan menjadikannya sebagai wujud kesadaran pada illahi yang menjadi sumber utama cinta, prima kausa atas kausalitas kehidupan di mana setiap makhluk mengharapkan belaian tangan cinta kasih-Nya. Hanya dialah sumber kausalitas cinta yang abadi.

Terlalu perfeksionist jika kita mengharapkan segala kelebihan atas cinta namun mengabaikan segala kekurangannya. Pemikiran yang sempit inilah yang membuat kita terjerumus pada kehausan batin tiada henti-hentinya, kekeringan pada jiwa dan menuntun kita pada jurang kehinaan. Hanyalah tuhan sebagai dzat yang pantas memiliki kesempunaan. Jika kita menyadari demikian dengan sikap lapang dada dan pikiran yang terbuka, maka sudah sepantasnyalah kita menerima tuntunan illahi untuk mencerahkan jiwa dengan cinta dari Sumber Cinta yaitu Tuhan Yang Maha Perkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar