Kamis, 12 Juli 2012

Hancurkanlah benteng pemisah antara diri anda dan orang lain

HANCURKANLAH BENTENG PEMISAH ANTARA DIRI ANDA DENGAN ORANG LAIN

“Orang yang bijaksana mencintai sahabatnya seperti dia mencintai dirinya sendiri” (Epicurus)

Kita tentu masih ingat dan masih membekas di dalam pikiran dan perasaaan di saat kita bermain dengan teman-teman kita di waktu kita masih duduk di bangku taman kanak-kanak atau di bangku sekolah dasar dan atau teman sepermainan kita. Seolah-olah tidak ada pembatas satu sama lain dalam melakukan interaksi dengan teman-teman di lingkungan sekitar kita, yang ada adalah rasa suka cita dan kebersamaan satu sama lain. Tapi seiring dengan waktu rasa persaudaraan, kebersamaan, rasa suka cita dan hasrat untuk berbagi itu semakin terkikis dan bahkan hilang begitu saja yang membuat kita hidup untuk diri sendiri dan cenderung mementingkan apa yang ingin kita capai tanpa memperdulikan orang lain di sekitar kita bahkan sudah tidak lagi perduli dengan teman-teman kita sendiri. Sangat ironi sekali jika hal itu terjadi pada diri kita, tidakkah kita sadar bahwa teman-teman kita telah membentuk kesadaran kita untuk menilai realitas yang ada, meski kita tidak sadari seutuhnya, peran serta mereka dalam membentuk karakter pada diri kita itu memang ada dan benar-benar di yakini keberadaan bagi siapapun yang memiliki kesadaran, bahkan sebenarnya kesadaran itu ada pada mereka yang acuh tak acuh pada lingkungannya, hanya saja kualitas kesadaran mereka sangat tipis sekali. Bukankah teman-teman kita telah mengukir sesuatu yang berharga dan dengan kebersamaan di saat bercengkerama, berbagi rasa dan saling memberikan semangat atau motifasi membuat kita mampu mengenal warna kehidupan.

“Yang paling baik yang bisa kita lakukan adalah mengarahkan kehidupan yang lebih sederhana dengan lebih sedikit kemewahan bersama moralitas sederhana dari ajaran-ajaran agama yang membimbing kita. (Rousseau)

Dan sekarang apa yang harus kita lakukan jika benteng penghalang itu menutupi rasa persaudaran dan kebersamaan yang pernah kita bangun sebelumnya bersama mereka??? PR ini mungkin sangat sederhana sekali kedengarannya tapi sangat sulit untuk kita relisasikan dan aplikasikan di dalam kehidupan kita. Kita harus berusaha sekuat tenaga dan berjuang pantang mundur untuk bisa mewujudkan cita-cita luhur tersebut. Tentunya kita pernah mendengar cerita dari orang tua atau para pendahulu kita, bahwasanya nenek moyang kita selalu hidup dalam rasa penuh persaudaraan, kasih sayang dan rasa saling memiliki satu sama lain sehingga benteng penghalang itu tidak ada di antara mereka satu sama lain. Para pendahulu kita juga bukanlah orang yang di kenal memiliki harta yang melimpah, mereka hidup dalam kesederhanaan dan bahkan hidup mereka dalam kondisi yang sangat kekurangan. Tapi dengan rasa persaudaraan di antara mereka untuk mau berbagi satu sama lain begitu tinggi hingga membuat mereka dekat satu sama lainnya.

“Ber-Empati dan Ber-Simpati adalah salah satu usaha untuk memahami dan Membahagiakan Hidup orang lain. Kebahagiaan yang telah kita raih adalah kebahagian untuk membahagiakan semua orang.”

Berbeda sekali dengan kehidupan kita saat sekarang ini, kita mempunyai sebuah keyakinan yang salah dalam memandang rasa persaudaraan dan kebersamaan. Kita meyakini dengan harta kekayaan yang melimpah akan mampu membahagiakan saudara dan teman-teman kita di sekeliling kita dan pada akhirnya menguras waktu kita untuk terus bekerja dan bekerja, hingga pada waktunya kita melupakan waktu luang kita untuk bisa berkumpul dengan saudara dan teman-teman kita. Dan pada akhirnya tuhan pun menganugrahi kita kekayaan yang kita impikan, tapi kenyataannya dengan harta itu kita semakin melupakan kita dengan orang yang pernah memberikan warna kehidupan dalam perjalanan hidup kita. Teman yang tidak sederajat dengan kita tidak lagi kita tengok keberadaan mereka, yang ada hanya pikiran untuk mengejar prestise dan kedudukan. Hingga pada akhirnya rasa persaudaraan itu tidak ada lagi tersisa dalam diri kita sendiri.

Ada juga keyakinan yang keliru dalam memandang sebuah persaudaraan dan kebersamaan. Jika kita memiliki sebuah kepentingan terhadap orang lain maka kita akan bersusah payah untuk memperjuangkan waktu, tenaga dan seluruh apa yang kita miliki untuk bisa dekat dengan orang tersebut dan berusaha untuk memperjuangkan segala kepentingan kita. Dan jika sudah terpenuhi apa yang kita inginkan terhadap orang tersebut, kita akan pergi begitu saja tanpa memperdulikan ikatan tali silaturrahmi yang telah kita bangun sebelumnya. Maka pada akhirnya hanaya ada konflik kepentingan yang akan meracuni pikiran dan perasaan kita hingga pada suatu waktu nanti kita sudah tidak memiliki rasa persaudaraan, yang ada hanya motifasi untuk memenuhi ego yang ada. Semoga saja sifat demikian tidak menghinggapi alam pikir dan perasaan serta hati suci kita yang terbaluti jiwa persaudaraan dan kasih sayang.

Sebaiknya mulai saat ini dan detik ini juga, mari kita instrospeksi diri sebelum terlambat dan tidak akan membuat kita akan menyesal untuk selama-lamanya. Tanamkanlah bahwasanya rasa persaudaraan itu tidak membutuhkan sesuatu kecuali rasa kasih sayang, cinta, dan rasa memiliki satu sama lain. Dan berusahalah untuk menghancurkan benteng penghalang yang memisahkan diri kita dengan orang lain. Kenyataan bahwasanya kita terlahir di muka bumi ini memiliki arti bahwa kita masing-masing membawa misi besar yang harus kita jalankan sesuai apa yang tertuang dalam misi besar tersebut. Tidak di ragukan lagi, kita semua di berikan kepercayaan oleh Tuhan untuk melakukan sebuah misi yang besar.

“Sesungguhnya, Kebaikan yang sejati adalah kebaikan yang lahir dari keluhuran budi pekerti dan kemuliaan dari cahaya hati.”

Keyakinan penting yang harus kita miliki sejak saat ini adalah bahawasanya anda tidak boleh menganggap diri kita terpisah dengan orang lain atau di batasi benteng penghalang yang membuat kita sulit untuk mau bersama dengan orang lain. Memang pada dasarnya kita memiliki perbedaan dengan orang lain baik dalam karakter/ keperibadian, keyakinan beragama, bakat minat, intelegensi, skill, pengetahuan, status ekonomi dan bahkan kecakapan yang berbeda-beda satu sama lain. Bukankah dengan perbedaan yang Telah Tuhan ciptakan sengaja di rancang untuk bisa melengkapi satu sama lain yang pada akhirnya kita sadar akan kemampuan orang lain dan kemampuan yang kita miliki. Sadarilah bahwasanya kita di lahirkan oleh orang tua yang berbeda dengan orang-orang di sekitar kita, hidup dilingkungan yang berbeda, sistem keyakinan dan kepercayaan yang berbeda, beretemu dengan orang yang berbeda-beda, skill yang berbeda-beda dan masih banayak perbedaan yang membentuk setiap indifidu dan diri kita sendiri. Dengan perbedaan itulah kita mampu untuk menciptakan keharmonisan, keseimbanagan dan kesianambungan dalam menjalin sebuah interaksi di dalam kehidupan bermasyarakat.

“Jangan pernah memaksa orang seperti Diri Kita, Jangan pernah Merasa Diri lebih tinggi di bandingkan orang lain. Bukankah kita di ciptakan berbeda-beda untuk memahami satu sama lain?!”

Bukanlah kekayaan yang akan membuat orang lain akan merasa nyaman untuk dekat dangan kita, prestise yang ada di mata masyarakat tentang diri kita, kedudukan atau pangkat sebagai atribut dan bukan pula karena kemewahan yang mengiringi kehidupan kita. Rasa persaudaraan itu akan ada dan akan tetap utuh untuk selamanya jika kita meyakini bahwasanya kita hidup bersama orang lain dan kita memiliki peran dalam lingkungan kita serta sadar akan perbedaan yang melekat pada setiap individu. Dengan demikian kita akan selalu saling mengasihi, mencintai dan berbagi dengan semua orang yang menghiasii hidup kita yaitu semua keluarga, sahabat, dan sesama manusia.

“Tidak beriman salah seorang dari kalian sehingga dia mencintai saudaranya sepeti dia mencintai dirinya sendiri.” (Baginda Nabi Besar Muhammad SAW)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar