Kamis, 12 Juli 2012

Disaat KETERPUTUS ASA-AN itu tuhan mengingatkan betapa lemahnya kita sebagai manusia dan betapa Maha Besarnya Sang pencipta

      Pernahkah anda merasa putus asa untuk tetap bertahan hidup? Maafkanlah pertanyaan ini jika tidak berkenan dihati anda. Namun, Jika anda berkenan untuk menjawabnya, maka jawablah pertanyaan itu, menjawabnya cukup dengan suara hati anda yang paling dalam tanpa harus diketahui oleh orang lain disekitar anda, namun sesungguhnya Tuhan Maha Tahu atas segala jawaban dan bisikan hati anda tanpa terlewatkan sedikit pun, semua itu dalam Pengawasan-Nya. Pada dasarnya kita hidup dengan segala konsekuensi yang ada; sedih-senang, buas-jinak, risau-tenang, cinta-benci dan beragam konsekuensi lainnya yang tidak bisa masuk dalam daftar ini secara keseluruhan. Tidak mungkin tidak, konsekuensi itu sudah menjadi hukum yang berlaku secara keseluruhan.

Memberontak dari keberadaan segala konsekuensi yang ada hanya akan menambah daftar kesengsaraan diri anda. Anehnya, kita seringkali berpengharapan untuk tetap berada diatas roda kehidupan seperti misalnya; kebahagiaan, kesenangan, ketenangan, kasih, sayang, dan kemelekatan lainnya namun kita melupakan ruang kehidupan lainnya seperti; kesedihan, kerisauan, kegelisahan, dan lain sebagainya. Seolah-olah kita menolak jika suatu saat hidup ini diliputi kesedihan, Padahal ruang kehidupan ini satu sama lain saling mengisi disetiap harinya, entah itu kemarin, esok, lusa atau entah kapan pun. Selalu saja menyertai dalam kehidupan ini layaknya dua sisi kehidupan yang tidak pernah akan terpisahkan seperti dua sisi mata uang logam, begitulah gambaran kehidupan ini.

            Misalnya saja suatu ketika kita menghadapi suatu masalah, seringkali ketahanan kita goyah, merasa diri tidak layak menginjakkan kaki lagi dimuka bumi, perasaan ingin segera mati selalu menghantui. Barangkali perasan-perasaan demikian membuat keterputus asa-an tidak bisa diusir jauh-jauh dari atas pentas kehidupan ini dan bahkan keterputus asaan ikut menguraikan dirinya didalam kehidupan kita masing-masing agar kita tahu akan keberadaannya. Inilah wujud kehidupan, keterputus asaan mengingatkan kita akan pengharapan, tanpa rasa cinta terhadap diri sendiri, maka kita sudah sejak lama terpuruk dalam gonjang-ganjing kehidupan. Ketakutan akan kematian tidak untuk ditakut-takuti disaat keterputus asaan bersahabat dengan kehidupan ini, namun hadirnya layak untuk disyukuri. Kenapa demikian? Disaat demikian itu tuhan mengingatkan betapa lemahnya kita sebagai manusia dan betapa Maha Besarnya Sang pencipta.

Jika kita masih merasa diri menjadi seorang super power tanpa harus menggantungkan harapan kepada tuhan, maka suatu saat nanti kehancuran itu akan benar-benar menampakkan diri secara jelas dan pasti didepan mata kepala kita hingga kita benar-benar menyadarinya, sungguh kehadirannya tidak bisa dielakkan lagi, saat itulah kehidupan kita merasa terancam dan perasaan takut akan menghantui secara terus menerus. Wajar saja jika penghuni Rumah sakit jiwa terus bertambah disetiap harinya, walau tidak semuanya yang menghuni rumah sakit pada awalnya terjangkit rasa ketakutan akut, stress, depresi, dan ketidak bahagiaan hidup. Namun bisa dipastikan secara pasti, riwayat penderitaan orang sakit jiwa dimulai akan rasa takut berlebihan, ketidak bahagiaan kronis, stress, dan depresi.

            Cobalah sejenak kita merenung dalam-dalam sebelum kita dirawat dirumah sakit jiwa atau penampakan ketakutan akan rasa takut disaat ajal menjemput nantinya. Inilah waktunya kita tanamkan sikap kepasrahan+pengharapan kepada tuhan sebagi benteng ketahanan diri agar lebih kuat disetiap harinya, jika suatu ketika keterputus asaan datang menghampiri, kita sudah siap menyambutnya dengan tangan terbuka tanpa harus menolak kedatangannya, karena keterputus asaan itu akan membuat kita semakin kuat adanya. Tanamkanlah keyakinan diri yang kuat akan Kemaha Kuasaan Sang Pencipta, Hanya Dialah yang bisa membantu kita disetiap menghadapi gonjang-ganjing kehidupan ini. Rasa-rasanya kita tidak akan pernah bisa bertahan hidup sampai saat sekarang ini tanpa kepasrahan+pengharapan kepada-Nya. Tuhan tidak mungkin melepaskan kita sendirian disaat masalah menerpa atau disegala kondisi dalam hidup ini, Tuhan sangat menyayangi semua hamba-hambanya, Dia pun selalu datang untuk menguatkan jiwa-jiwa manusia. Mengobati keterputus asaan adalah hal yang sangat kecil sekali dihadapan Sang Pencipta dibandingkan disaat Dia-Allah menciptakan alam semesta ini.

            Jika kita sudah mampu menghadirkan kekuatan kepasrahan+pengharapan kepada tuhan, selayaknya kita akan dinobatkan menjadi manusia terbaik dimata semua makhluknya. Tuhan itu selalu ada disaat keterputusasaan, kekisruhan ditengah kehidupan dan disaat gonjang-ganjing kehidupan ini berlaku seperti apa adanya. Saat itulah tuhan menjalin komunikasi jiwa manusia. Didalam jiwa itulah Tuhan menanamkan kekuatan luar biasa. Semua sifat-sifat terbaik yang dimiliki Sang Pencipta bersemayam dalam jiwa manusia. Disanalah Dia-Allah menjalin komunikasi dan hubungan mesra dengan setiap hamba-hambanya. Dengan cara demikian itu, Tuhan sedang menunjukkan kompas kehidupan ini untuk menuntuk kejalan yang benar, disana jualah tersimpan kekuatan luar biasa sebagai upaya untuk menumbangkan segala macam ragam persoalan yang datang silih berganti. Disaat keterputus asaan menjelma mengisi kehidupan ini, percayakanlah kepada Kepasrahan+pengharapan kepada Pemilik Semesta ini, bebrbicara dengan jiwa ini, sungguh ia ada dan benar-benar ada untuk menuntun kita semua, membimbing kita untuk menemukan sejatinya hidup kita. Keep spirit!!!

            Dalam hati ini ada “kekusutan” yang tidak akan pernah bisa terurai kecuali dengan menghapakkannya pada-Nya.
            Dalam hati ini ada “kebuasan” yang tidak akan mungkin bisa terjinakkan kecuali dengan mengingat keMaha Besaran-Nya.
            Dalam hati ini ada” kesedihan” yang tidak akan pernah hilang kecuali dengan perasaan damai bersama-Nya dan kembali kepada-Nya.
            Dalam hati ini ada “api yang sedang bergejolak” yang tidak akan pernah bisa padam kecuali dengan keridho’an akan perintah dan larangan-Nya serta mengalungi segala ketentuan-Nya dengan kesabaran hingga pertemuan dengan-Nya.
            Dalam hati juga ada “keinginan” yang tidak akan pernah bisa terpuaskannwalaupun diberikan dunia dan seisinya kecuali dengan cinta, kepasrahan, dan mengingatnya secara terus menerus seiring hembusan nafas kita. (Ibnu Qayyim Al-Jauziah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar