Bercerrmin dari kehidupan Diri yang Indah
Bukalah dulu topengMu, Biar kulihat warnaMu, Bukalah Dulu topengMu, biar kulihat wajahMu (peterpan)
Dalam
hidup ini, seringkali kita melihat kehidupan orang lain yang kita
anggap memiliki segudang kesuksesan dan harapan semu tersebut terkadang
dibarengi oleh dentuman suara-suara dari dalam diri, entah itu suara ego
atau bukan, yang jelas suara itu memekikkan diri sekeras-kerasnya agar
kita mau untuk mendengarnya, suara tersebut mendorong kita untuk
mengimpikan kehidupan orang lain itu seolah-olah seperti kehidupan kita.
Tidak jarang pola kehidupan yang demikian itu membuat kita berusaha
keras merubah sikap agar kita bisa seperti kehidupan orang lain yang
kita anggap memiliki kesuksesan dalam hidupnya. Persis sama dengan lirik
lagu “andai aku gayus tambunan”. Harapan demi harapan mencita-citakan
kehidupan orang lain semakin saja mendorong kita untuk melakukan sesuatu
diluar kendali diri.
Bermimpi seperti orang lain dalam
peroses pendewasaan dijalan pencerahan adalah sesuatu yang pantas dan
layak untuk diikuti oleh siapapun, namun adakalanya bermimpi seperti
orang lain adalah menyesatkan sekaligus awal berkibarnya bendera
kesengsaraan. Kenapa tidak, bermimpi seperti kehidupan orang lain telah
membuat kita melupakan sejatinya diri kita yang sebenarnya. Alih-alih
berkaca dari kehidupan diri sendiri, melihat diri ini rasanya berat
sekali karena banyak pikiran-pikiran bodoh yang menyertainya. Melihat
diri ini sebagai seorang yang tidak begitu kuat menjalani kehidupan,
merasa diri adalah seorang bodoh yang tidak layak menekuni jalan
kehidupan, mencibir diri sendiri seperti layaknya seorang pecundang dan
masih banyak daftar pikiran negatif yang selalu menghampiri datang dalam
kehidupan ini.
Apakah kita akan tetap bertahan dengan
pola kehidupan yang demikian itu atau merubah sikap adalah kewenangan
kita untuk menentukannya. Kita adalah sopir bagi kehidupan kita sendiri,
melanjutkan perjalanan atau entah berhenti ditengah jalan, mau belok
kiri atau belok kanan adalah hak penuh dari wewenang hidup kita sendiri
karena memang kita jualah yang akan menjalaninya serta bertanggung jawab
atas segala konsekuensi dikemudian harinya, setang setir kehidupan ada
ditangan kita, mau dibawa kemana hidup ini adalah tugas kita untuk bisa
merealisasikannya dipentas kehidupan. Orang lain tidak bisa
mengintervensi kehidupan kita, mereka hanyalah sebagai batu loncatan
untuk menjadikan kita sebagai seorang pemenang dikemudian harinya.
Berhasrat
memiliki kehidupan seperti kehidupan para sukses lainnya tidaklah salah
asalakan kita mampu menekuninya serta membuat kita bisa berperoses
menjadi seorang yang tangguh. Bermimpi memiliki uang yang banyak,
berharap memiliki segudang kesuksesan, mencita-citakan diri sebagai
seorang terkenal, menginginkan kehidupan yang layak dikemudian hari, dan
beragam impian lainnya itu adalah sebagai cambuk untuk meningkatkan
efektifitas diri agar lebih giat bekerja dan berkreasi seindah mungkin
agar tercipta kehidupan yang mengesannkan bagi kehidupan diri sendiri
dan orang lain. Dorongan tersebut bisa jadi menemukan sejatinya
kehidupan kita yang sesungguhnya, namun adakalanya harapan demi harapan
yang berkisar pada pencapaian yang sifatnya materi saja membuat kita
semakin jauh kedalam jurang kehinaan.
Banyak orang miskin
merasakan betapa beratnya hidup ini, banyak orang kaya diterpa oleh
masalah-masalah yang semakin hari semakin banyak adanya. Inilah bukti
kalau hidup ini memang berat untuk dijalani oleh semua orang. Jadi
hasrat diri untuk hidup seperti kehidupan orang lain harus dibarengi
oleh mentalitas yang kuat pula. Tapi semua itu tidak membuat kita bisa
menjadi seorang penikmat kehidupan. Bagi mereka yang menikmati
kehidupannya sendiri, apapun yang diberikan Tuhan kepadanya merupakan
sesuatu kelayakan yang pantas disyukuri. Mereka ditempatkan dibelahan
dunia manapun akan selalu siap menjalani kehidupan itu, pun juga
diberikan hidup menjadi seorang biasa-biasa saja, mereka selalu merasa
bahagia dengan pemberian itu. Biasa atau tidaknya kehidupan ini kitalah
yang mengaturnya. Menciptakan kehidupan menjadi hidup luar biasa butuh
suatu pengorbanan. Pengorbanan tidak bisa terlepas dari sikap tabah
untuk menjalani segala sesuatunya. Ketabahan pun butuh kesabaran agar
segala impian itu menjadi sebuah hidup yang indah dikemudian harinya.
Hidup
memang berat adanya, namun akan menjadi terasa ringan jika kita sudah
menyiapkan diri untuh menjalaninya. Bermimpi seperti kehidupan orang
lain bukanlah jalan terbaik untuk membuat kita menjadi seorang “penikmat
kehidupan”. Menikmati kehidupan meyakinkan kita betapa berartinya
pemberian hidup ini. mengandai-andaikan menjadi orang lain tidak hanya
memberatkan kehidupan diri sendiri, namun juga membuat daftar baru
kesengsaraan. Menikmati hidup berarti mengalir bersama kehidupan ini
layaknya air yang mengalir disungai hingga pada akhirnya bermuara
disamudra luas (kehidupan dalam pencerahan). Inilah pengibaratan bagi
mereka yang menikmati hidup. Arus kehidupan bukan menjadi penghalang
bagi pertumbuhan mereka ditengah pentas kehidupan ini, namun justru arus
kehidupan menyadarkan diri mereka begitu berartinya hidup ini.
Setelah
merenung dalam-dalam kebermaknaan hidup, bukannya mengajak kita untuk
mengubah wajah diri sendiri menjadi wajah orang lain atau meminjam wajah
siapapun itu. Jalan inilah menuntun kita untuk bisa mengubah cara
pandang lama menjadi cara pandang yang lebih baik, mengajak kita
merenungi arti kehidupan diri sendiri yang begitu bermakna, mengubah
aral melintang menjadikannya batu loncatan pertumbuhan jiwa dijalan
pencerahan, dan menuntun kita menjadi seorang “penikmat kehidupan” yang
layak untuk dinobatkan menjadi pemenang bagi kehidupan; hari ini, esok
dan kemudian hari.
Meracuni otak, membelenggu diri dalam
jalan hitam kehidupan, membujuk diri menjadi orang lain, melupakan
sejatinya diri sendiri sendiri dan memberontak dari jalan sesungguhnya
yang harus ditempuh adalah daftar pencetak kesengsaraan. Jika kita bisa
meramunya menjadi bahan perenungan bagi pertumbuhan dimasa depan,
sepantasnyalah kita sudah bisa bertumbuh dan terus bertumbuh menjadi
“penikmat kehidupan”. Berat ringannya kehidupan tidaklah menjadi sebuah
persoalan lagi, justru kehadiran segala macam bentuk aral yang
memberatkan hidup mengajarkan kita lebih kuat disetiap harinya. Wahai
kawan! Banyak orang meminjam wajah orang lain agar bisa dibilang
terlihat kuat dimata orang lain, tapi dia sendiri tidak bisa menikmati
kehidupannya sendiri. Sadarilah bahwa wajah sendiri ini adalah indah dan
unik, tidak ada orang yang sama persis seperti wajah kehidupannya
dengan orang lain. Adalah indah jika kita menerimanya dengan tangan
terbuka. Tuhan memberikan karunia nikmat itu karena kasih sayangnya,
jadi seyogyanya memupuk rasa cinta kasih atas segala pemilikan ini agar
bisa menerima segala sesuatu yang ada didalam genggaman tangan kehidupan
ini.
Bukti cinta kepada tuhan adalah mencintai diri
sendiri, menerima kehidupan ini apa adanya, dan selalu bersyukur atas
segala apa yang dikaruniakannya. Jika nilai spiritualitas seperti ini
menjelma dalam diri kehidupan kita disetiap harinya, tidak mungkin tidak
kedamaian itu akan datang dengan sendirinya. Saat seperti itulah kita
akan selalu merasa berbahagia dengan wajah yang kita miliki ini apa
adanya, wajah kehidupan ini akan begitu bangganya bersatu dalam semesta
hingga membuat kita yakin betul segala karunia sang pencipta tidaklah
sia-sia adanya. Jika sudah sampai dijalan pencerahan seperti ini, kita
tidak saja menerangi kehidupan diri sendiri, namun juga membawa lentera
penerang untuk kehidupan orang lain. Keep Spirit your life better…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar