"Lebih baik saya di anggap hina karena berbuat jujur,
daripada saya di anggap terhormat tapi harus berbuat dusta." (Umar Ibn
Khattab)
Di zaman modern ini atau lebih di kenal
dengan era teknologi, sangat sulit sekali kiranya kita untuk dapat
menemukan orang yang berlaku jujur dan mencerminkan nilai kejujuran
dalam kehidupan, kalau toh mungkin ada, jumlah mereka tidak terlalu
banyak, jumlah mereka masih bisa di hitung dengan ujung jari, hanya saja
segelintir orang yang mampu bertahan dalam idealisme kejujuran
sebagaimana kenyataannya yang terjadi. Orang-orang yang yang di sebut
sebagai "malaikat cahaya" kini sudah pudar di tengah kehidupan ini,
seolah mereka adalah orang asing yang berkunjung ke bumi yang lain, di
mana mereka di asingkan dan di kucilkan oleh lingkungan sekitar, kenapa
tidak, semakin banyaknya orang pintar yang menduduki singgasana bumi
ini, tidak ada jalan pencerahan bagi semesta untuk menggaungkan
kebenaran yang seyogyanya menuntun ummat manusia pada peradaban yang
maju dalam spritualitas dan jalan tuhan yang dapat menciptakan
stabilitas kehidupan yang matang dalam segala aspek kehidupan. Sungguh
banyak orang yang pintar, namun tidak cukup itu saja, tanpa adanya nilai
kejujuran yang tertanam di dalam hati dan jiwa mereka, kepintaran yang
mereka miliki hanya sekedar mediator untuk mengukuhkan ego mereka
sendiri dan mengesampingkan orang lain dalam kehidupannya. Sungguh ironi
jika hal ini menghantui dan terjadi pada semua orang yang telah
bertitle tinggi di dalam keilmuannya namun sebenarnya nilai keilmuan itu
hampa terasa karena tidak adanya ruh-ruh spritualitas dan spirit
kebenaran yang mengisinya.
"Orang yang
berbohong itu senantiasa ingin melarikan diri sedangkan tiada seorang
pun yang mengejarnya, namun orang yang benar itu berani seperti singa."
(Goethe)
Kejujuran adalah simbol
kebijaksanaan untuk dapat menuntun kehidupan pada level kebijaksanaan
hidup, menciptakan kondisi jiwa yang matang dan bertanggung jawab
terhadap kehidupan dan mampu memberikan pencerhan terhadap diri sendiri
dan orang lain. Jika kita sebagai manusia menciptakan atmosfir kehidupan
ini dengan sebuah kebohongan, maka kita hanya akan menunggu saat
kehancuran yang akan menjadi teman dan tentunya akan dapat mengantarkan
kita pada jurang kehinaan yang sangat dalam dan di penuhi kegelapan.
Sungguh pun satu kebohongan tidaklah berakhir pada satu kebohongan itu
sendiri, namun satu kebohongan biasanya dan akan akan selalu menciptakan
benih-benih kebohongan baru yang akan bertumbuh dan berkembang dengan
sangat pesatnya dan akan mengekang jiwa pada sabotase diri tanpa ujung
dan tak akan pernah berakhir. Hanya ada satu kunci utuk dapat menapikan
dampak terburuk suatu kebohongan yaitu tidak lain adalah pengakuan
terhadap diri sendiri dan menjalani kehidupan pada level pencerahan
serta menjadikan kejujuran sebagai prinsif hidup untuk dapat melatih
nilai-nilai kebaikan yang lainnya.
"Sungguh,
anda tidak pernah akan merasa bahagia dengan menghindar dan lari dari
realita, tetapi anda akan bahagia ketika anda menghadapi realita dengan
jiwa dan raga seutuhnya tanpa terlepas dari kayakinan bahwa tuhan selalu
ada di samping setiap hambanya."
Mari kita
bercermin pada anak kecil. Anak-anak adalah sumber inspirasi dan
kretifitas serta pencerahan tanpa batas. Dari sanalah kita akan lebih
banyak mengenal arti kepolosan, nilai-nilai kejujuran, keceriaan, dan
mereka tergolong sangat jauh dari intimidasi pikiran-pikiran negatif.
Mereka layaknya seorang yang arif dan bijak walaupun mereka sendiri
tidak begitu mengerti dan memahami setiap sikap dan karakteristik
prilaku yang mereka munculkan di permukaan. Mereka menjalankan
nilai-nilai kehidupan yang sangat memukau dan patut di contoh serta di
teladani, tidak ada salahnya bercermin dari sikap keterus-terangan,
kecerian dan kejujuran dari sikap anak-anak tersebut. Kejujuran yang
mereka lakoni bukanlah sebuah mekanisme pembelajaran yang kompleks dan
rumit, bahkan mereka tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi atau
merasakan suasana duduk di bangku perkuliahan, namun tanpa hal-hal yang
demikian itu, mereka anak kecil mampu mengimplementasikan nilai-nialai
kejujuran sebagai pencerahan dalam kehidupan. Mereka layaknya "malaikat
cahaya" yang selalu berbagi kebahagiaan bagi orang lain dan dalam bahasa
wajah mereka terpaparkan bentuk indah kebahagiaan itu sendiri. Bukankah
suatu yang arif jika kita mau untuk bercermin dan sekaligus mencontoh
sikap yang demikian itu walaupun datangnya dari seorang anak kecil???
Mungkin kita melakukan penyangkalan-penyangkalan jika kita di ibaratkan
sekedar sebagai anak kecil yang tidak begitu memahami kehidupan, namun
apakah kita lebih bertambah dewasa hanya dengan mengandalkan keakuan dan
ego yang tak pernah berjumpa dengan nilai kearifan di dalam
kehidupan???
"Setiap yang kita lakukan Haruslah
berlandaskan kejujuran karna kejujuran itu sangat penting dalam sebuah
kehidupan. Tanpa kejujuran hidup sentiasa menjadi mainan orang."
Ciri
khas yang paling utama sebagai penentu munculnya potensi diri,
kepercayaan diri, daya kreatifitas, rasa bertanggung jawab dan sikap
arif adalah keinginan yang di imbangi dengan keterbukaan yang tinggi
terhadap segala sesuatu dan jujur dalam memperlakukan diri sendiri dan
kehidupan ini untuk menuai kemanisan di segala aspek kehidupan. Langkah
awal untuk dapat membuka tirai pembatas menuju kehidupan paripurna
adalah keyakinan yang kuat atas dasar nilai-nilai kejujuran dalam upaya
menempuh jalan Tuhan, yaitu jalan yang selalu di bingkai keharmonisan
hidup. Itulah satu tujuan yang di mana semua manusia melangkahkan kaki
menuju cahaya terang kehidupan, namun barangkali peroses pencapaian yang
tidak jujur membuat manusia tidak bisa menemukan jalan cahaya tersebut,
namun sebaliknya yang terjadi, jalan kegelapan adalah pilihan yang
mereka tidak sadari telah menjadi bagian dari hidupnya.
Sebelum
semua terlambat, nasihat kematian adalah salah satu jalan untuk dapat
menyadarkan kita dari kerasnya hati untuk mau berubah kearah yang lebih
positif. Penyesalan tidaklah datang di muka, namun penyesalan datang
menyapa setelah kita memperlakukan diri secara tidak adil dan mendzolimi
diri sendiri. Mungkin hanya dengan datangnya kematian akan dapat
menyadarkan kita dari hati yang hampa dan kerasnya jiwa untuk mau
menerima kebenaran yang datangnya dari tuhan. Sungguh, bagi mereka yang
jiwa, pikiran, perasaan, dan setiap perilakunya selalu mengoptimalkan
diri dengan nilai kejujuran serta selalu berpadu pada bimbingan tuhan,
kematian sama sekali tidaklah menakutkan bagi mereka, karena dalam
keyakinan mereka bahwasanya dengan berakhirnya episode kehidupan duniawi
berarti seseorang setapak lebih dekat dengan tuhannya yang selalu di
cintai dan di rindukannya karena pada dasarnya tujuan hidup mereka
adalah bertemu dengan Dzat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan.
Untuk
dapat membangkitkan nilai-nilai kejujuran, kita bisa belajar dari
anak-anak yaitu sikap kepolosan dan kejujuran serta kecerian yang
tercerminkan di wajah mereka sebagai tampilan akan kesederhanaan dan
tidak mengutamakan ego pada diri mereka. Sebenarnya kebohongan itu
muncul akibat pembelaan ego yang terlalu kuat dan di sertai dengan
keinginan-keinginan nafsu yang tak terkendalikan. Jika semua itu tidak
di didik dengan nilai-nilai spritualitas, maka sungguh kebenaran akan
jalan tuhan tidak akan pernah sampai di telinga dan hati mereka.
Ada
satu prinsif yang dapat mengantarkan kita akan arti pentingnya
mendahulukan nilai-nilai kejujuran adalah prinsif hidup akan pengharapan
kehidupan yang abadi sejak menapaki kehidupan di muka bumi, "Temukanlah
surga di hatimu" inilah prinsif hidup yang dapat membawa kita pada
rumah singgah keabadian, layaknya seorang yang sudah singgah di
kehidupan abadi yaitu surga, kehidupan di dunia ini pada dasarnya mampu
memodifikasi kehidupan yang fana ini terlihat lebih mencitrakan gambaran
kehidupan di surga, kata kunci atau key word yang layak untuk
menjadikan dunia sebagai taman-taman surga adalah menanamkan keterbukaan
pada kehidupan dengan nilai-nilai kejujuran yang akan dapat menciptakan
suasana kehidupan penuh kebahagiaan layaknya kehidupan yang abadi
sebagaimana di surga kelak. Belajar menghargai diri sendiri adalah awal
untuk membuka pintu gerbang menuju pembebasan diri dari sabotase
kebohongan yang tak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan ini. Satu
kebohongan ibaratnya seribu kebohongan yang akan bermunculan di kemudian
hari untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang pernah sebelumnya
bermunculan untuk pembelaan ego belaka. Bagaimana jika kita memulai
hidup dengan seribu kebohongan??? Sungguh tidak akan pernah kita bisa
menghitung jumlah kebohongan yang akan muncul karena satu kebohongan
saja memunculkan seribu kebohongan, ibratnya rumus n atau tak terhingga
yang menggambarkan kebohongan itu sendiri. Semoga kita mampu mengarungi
kehidupan ini dengan nilai-nilai kejujuran yang pada akhirnya mampu
membawa kita pada jalan pencerahan dan kiranya sifat kebohongan tidak
pernah menjadi teman kita untuk selamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar