Kamis, 12 Juli 2012

Ketika KEJUJURAN mulai di asingkan--Meninjau kembali kehidupan tanpa sebuah kebohongan yang tak pernah menuai makna

 "Lebih baik saya di anggap hina karena berbuat jujur, daripada saya di anggap terhormat tapi harus berbuat dusta." (Umar Ibn Khattab)

Di zaman modern ini atau lebih di kenal dengan era teknologi, sangat sulit sekali kiranya kita untuk dapat menemukan orang yang berlaku jujur dan mencerminkan nilai kejujuran dalam kehidupan, kalau toh mungkin ada, jumlah mereka tidak terlalu banyak, jumlah mereka masih bisa di hitung dengan ujung jari, hanya saja segelintir orang yang mampu bertahan dalam idealisme kejujuran sebagaimana kenyataannya yang terjadi. Orang-orang yang yang di sebut sebagai "malaikat cahaya" kini sudah pudar di tengah kehidupan ini, seolah mereka adalah orang asing yang berkunjung ke bumi yang lain, di mana mereka di asingkan dan di kucilkan oleh lingkungan sekitar, kenapa tidak, semakin banyaknya orang pintar yang menduduki singgasana bumi ini, tidak ada jalan pencerahan bagi semesta untuk menggaungkan kebenaran yang seyogyanya menuntun ummat manusia pada peradaban yang maju dalam spritualitas dan jalan tuhan yang dapat menciptakan stabilitas kehidupan yang matang dalam segala aspek kehidupan. Sungguh banyak orang yang pintar, namun tidak cukup itu saja, tanpa adanya nilai kejujuran yang tertanam di dalam hati dan jiwa mereka, kepintaran yang mereka miliki hanya sekedar mediator untuk mengukuhkan ego mereka sendiri dan mengesampingkan orang lain dalam kehidupannya. Sungguh ironi jika hal ini menghantui dan terjadi pada semua orang yang telah bertitle tinggi di dalam keilmuannya namun sebenarnya nilai keilmuan itu hampa terasa karena tidak adanya ruh-ruh spritualitas dan spirit kebenaran yang mengisinya.

"Orang yang berbohong itu senantiasa ingin melarikan diri sedangkan tiada seorang pun yang mengejarnya, namun orang yang benar itu berani seperti singa." (Goethe)

Kejujuran adalah simbol kebijaksanaan untuk dapat menuntun kehidupan pada level kebijaksanaan hidup, menciptakan kondisi jiwa yang matang dan bertanggung jawab terhadap kehidupan dan mampu memberikan pencerhan terhadap diri sendiri dan orang lain. Jika kita sebagai manusia menciptakan atmosfir kehidupan ini dengan sebuah kebohongan, maka kita hanya akan menunggu saat kehancuran yang akan menjadi teman dan tentunya akan dapat mengantarkan kita pada jurang kehinaan yang sangat dalam dan di penuhi kegelapan. Sungguh pun satu kebohongan tidaklah berakhir pada satu kebohongan itu sendiri, namun satu kebohongan biasanya dan akan akan selalu menciptakan benih-benih kebohongan baru yang akan bertumbuh dan berkembang dengan sangat pesatnya dan akan mengekang jiwa pada sabotase diri tanpa ujung dan tak akan pernah berakhir. Hanya ada satu kunci utuk dapat menapikan dampak terburuk suatu kebohongan yaitu tidak lain adalah pengakuan terhadap diri sendiri dan menjalani kehidupan pada level pencerahan serta menjadikan kejujuran sebagai prinsif hidup untuk dapat melatih nilai-nilai kebaikan yang lainnya.

"Sungguh, anda tidak pernah akan merasa bahagia dengan menghindar dan lari dari realita, tetapi anda akan bahagia ketika anda menghadapi realita dengan jiwa dan raga seutuhnya tanpa terlepas dari kayakinan bahwa tuhan selalu ada di samping setiap hambanya."

Mari kita bercermin pada anak kecil. Anak-anak adalah sumber inspirasi dan kretifitas serta pencerahan tanpa batas. Dari sanalah kita akan lebih banyak mengenal arti kepolosan, nilai-nilai kejujuran, keceriaan, dan mereka tergolong sangat jauh dari intimidasi pikiran-pikiran negatif. Mereka layaknya seorang yang arif dan bijak walaupun mereka sendiri tidak begitu mengerti dan memahami setiap sikap dan karakteristik prilaku yang mereka munculkan di permukaan. Mereka menjalankan nilai-nilai kehidupan yang sangat memukau dan patut di contoh serta di teladani, tidak ada salahnya bercermin dari sikap keterus-terangan, kecerian dan kejujuran dari sikap anak-anak tersebut. Kejujuran yang mereka lakoni bukanlah sebuah mekanisme pembelajaran yang kompleks dan rumit, bahkan mereka tidak pernah mengenyam pendidikan tinggi atau merasakan suasana duduk di bangku perkuliahan, namun tanpa hal-hal yang demikian itu, mereka anak kecil mampu mengimplementasikan nilai-nialai kejujuran sebagai pencerahan dalam kehidupan. Mereka layaknya "malaikat cahaya" yang selalu berbagi kebahagiaan bagi orang lain dan dalam bahasa wajah mereka terpaparkan bentuk indah kebahagiaan itu sendiri. Bukankah suatu yang arif jika kita mau untuk bercermin dan sekaligus mencontoh sikap yang demikian itu walaupun datangnya dari seorang anak kecil??? Mungkin kita melakukan penyangkalan-penyangkalan jika kita di ibaratkan sekedar sebagai anak kecil yang tidak begitu memahami kehidupan, namun apakah kita lebih bertambah dewasa hanya dengan mengandalkan keakuan dan ego yang tak pernah berjumpa dengan nilai kearifan di dalam kehidupan???

"Setiap yang kita lakukan Haruslah berlandaskan kejujuran karna kejujuran itu sangat penting dalam sebuah kehidupan. Tanpa kejujuran hidup sentiasa menjadi mainan orang."

Ciri khas yang paling utama sebagai penentu munculnya potensi diri, kepercayaan diri, daya kreatifitas, rasa bertanggung jawab dan sikap arif adalah keinginan yang di imbangi dengan keterbukaan yang tinggi terhadap segala sesuatu dan jujur dalam memperlakukan diri sendiri dan kehidupan ini untuk menuai kemanisan di segala aspek kehidupan. Langkah awal untuk dapat membuka tirai pembatas menuju kehidupan paripurna adalah keyakinan yang kuat atas dasar nilai-nilai kejujuran dalam upaya menempuh jalan Tuhan, yaitu jalan yang selalu di bingkai keharmonisan hidup. Itulah satu tujuan yang di mana semua manusia melangkahkan kaki menuju cahaya terang kehidupan, namun barangkali peroses pencapaian yang tidak jujur membuat manusia tidak bisa menemukan jalan cahaya tersebut, namun sebaliknya yang terjadi, jalan kegelapan adalah pilihan yang mereka tidak sadari telah menjadi bagian dari hidupnya.

Sebelum semua terlambat, nasihat kematian adalah salah satu jalan untuk dapat menyadarkan kita dari kerasnya hati untuk mau berubah kearah yang lebih positif. Penyesalan tidaklah datang di muka, namun penyesalan datang menyapa setelah kita memperlakukan diri secara tidak adil dan mendzolimi diri sendiri. Mungkin hanya dengan datangnya kematian akan dapat menyadarkan kita dari hati yang hampa dan kerasnya jiwa untuk mau menerima kebenaran yang datangnya dari tuhan. Sungguh, bagi mereka yang jiwa, pikiran, perasaan, dan setiap perilakunya selalu mengoptimalkan diri dengan nilai kejujuran serta selalu berpadu pada bimbingan tuhan, kematian sama sekali tidaklah menakutkan bagi mereka, karena dalam keyakinan mereka bahwasanya dengan berakhirnya episode kehidupan duniawi berarti seseorang setapak lebih dekat dengan tuhannya yang selalu di cintai dan di rindukannya karena pada dasarnya tujuan hidup mereka adalah bertemu dengan Dzat Yang Maha Tinggi yaitu Tuhan.

Untuk dapat membangkitkan nilai-nilai kejujuran, kita bisa belajar dari anak-anak yaitu sikap kepolosan dan kejujuran serta kecerian yang tercerminkan di wajah mereka sebagai tampilan akan kesederhanaan dan tidak mengutamakan ego pada diri mereka. Sebenarnya kebohongan itu muncul akibat pembelaan ego yang terlalu kuat dan di sertai dengan keinginan-keinginan nafsu yang tak terkendalikan. Jika semua itu tidak di didik dengan nilai-nilai spritualitas, maka sungguh kebenaran akan jalan tuhan tidak akan pernah sampai di telinga dan hati mereka.

Ada satu prinsif yang dapat mengantarkan kita akan arti pentingnya mendahulukan nilai-nilai kejujuran adalah prinsif hidup akan pengharapan kehidupan yang abadi sejak menapaki kehidupan di muka bumi, "Temukanlah surga di hatimu" inilah prinsif hidup yang dapat membawa kita pada rumah singgah keabadian, layaknya seorang yang sudah singgah di kehidupan abadi yaitu surga, kehidupan di dunia ini pada dasarnya mampu memodifikasi kehidupan yang fana ini terlihat lebih mencitrakan gambaran kehidupan di surga, kata kunci atau key word yang layak untuk menjadikan dunia sebagai taman-taman surga adalah menanamkan keterbukaan pada kehidupan dengan nilai-nilai kejujuran yang akan dapat menciptakan suasana kehidupan penuh kebahagiaan layaknya kehidupan yang abadi sebagaimana di surga kelak. Belajar menghargai diri sendiri adalah awal untuk membuka pintu gerbang menuju pembebasan diri dari sabotase kebohongan yang tak bermanfaat sama sekali dalam kehidupan ini. Satu kebohongan ibaratnya seribu kebohongan yang akan bermunculan di kemudian hari untuk menutupi kebohongan-kebohongan yang pernah sebelumnya bermunculan untuk pembelaan ego belaka. Bagaimana jika kita memulai hidup dengan seribu kebohongan??? Sungguh tidak akan pernah kita bisa menghitung jumlah kebohongan yang akan muncul karena satu kebohongan saja memunculkan seribu kebohongan, ibratnya rumus n atau tak terhingga yang menggambarkan kebohongan itu sendiri. Semoga kita mampu mengarungi kehidupan ini dengan nilai-nilai kejujuran yang pada akhirnya mampu membawa kita pada jalan pencerahan dan kiranya sifat kebohongan tidak pernah menjadi teman kita untuk selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar