Rabu, 29 Februari 2012

Tuhan ada disana... Sudahlah,,, Jangan Takut Sayang!!!

Seorang anak berusia tujuh tahun sedang asyik bermain sepak bola bersama ayahnya dibelakang rumah, kebetulan rumah yang mereka huni letaknya masih relatif sepi dibandingkan perumahan lain dikota tempat mereka tinggal, pun juga lokasi rumah mereka terletak dipojokan perumahan, posisi paling ujung yang bersebelahan dengan kebun yang kelihatannya belum terlalu sering disentuh oleh tangan rakus ummat manusia. Suasana sore menjelang petang memperlihatkan keanggunan mega kuning menyelimuti langit kota tempat mereka tinggal, namun Allan dan Ayahnya masih larut dalam permainan bola. Tiba-tiba saja saat giliran Pak Hum menendang bola kearah gawang yang dijaga, Allan, Anaknya, tidak terasa jari-jemari kakinya menyentuh bola dengan keras, hingga akhirnya bola masuk kedalam semak-semak pohon yang kelihatannya angker dan menyeramkan, ditambah lagi suasana yang terlihat menampak gelap saat petang telah mengejawantahkan diri dari balik cakrawala semesta.

    “Nak, Ayo diambil bolanya!” Pinta pak Hum kepada anaknya yang masih berusia belia itu, Harapannya tidak lain untuk melatih kemandirian sang buah hati agar kelak menjadi pribadi yang handal menghadapi tantangan hidup masa depan, sebagaimana harapan kebanyakan orang tua terhadap anaknya, kelak saat bertumbuh dewasa. “Paaa… Allan takutt..!”Jawab Allan kepada ayahnya. “Sayang… Tuhan ada disana. Jangan Takut. Nak, Ayo diambil Bolanya…!” Pinta Pak Hum dengan Bahasa halus dan lembut, mencoba meyakinkan anaknya dan mengenyahkan rasa takut yang menyelimuti pikiran dan perasaan anaknya.

Mendengar nasihat Ayahnya, ada sedikit keberanian dalam diri anak kecil itu yang mencoba menuntun dirinya mengambil Bola yang ada diantara semak belukar. Jadi, Dengan sedikit keberanian Allan mencoba memasukkan sebagian tubuhnya yang masih mungil itu kedalam semak dan memanggil lantas meminta tolong, “Tuhan, Kalau engkau ada disana, Tolong Ambilkan Bolanya donk!!!”

    Sahabat Pembaca yang budiman dan dirahmati Tuhan Sang Maha Kasih lagi Kuasa atas segalanya. Bagi anda yang suka ceritra canda dan tawa, bolehlah anda tertawa seadanya selama tertawa itu belum dilarang keras oleh undang-undang Negara dan tata aturan agama. Namun bagi anda yang tersinggung ataupun naik pitam dengan penuturan sederhana ceritra diatas, Izinkanlah kami untuk meminta maaf agar tuhan membukakan pintu rahmat bagi kita semua. Tidak ada niatan sedikitpun untuk menyakiti hati siapapun, seyogyanya hanya inginkan kita semua mengawali kehidupan ini dengan sedikit pencerahan agar hidup diliputi kebahagiaan dalam keseharian.

    Dalam hidup ini, kita juga seringkali berlaku demikian, layaknya Allan dalam ceritra diatas, seorang anak yang sedang bertutur wajah kehidupan manusia sekarang dalam keseharian, betapa seringnya kita meminta sesuatu kepada Tuhan, meminta agar tuhan yang Maha Kuasa menyelesaikan segala urusan dalam hidup yang diembankan kepada kita dikehidupan dunia ini, meminta dengan bahasa sederhana namun memaksa. Kita berdoa agar tuhan ikut campur dalam segala urusan ini dan itu, singkatnya Tuhan ikut campur dalam segala urusan dunia ini, dan bahkan terkadang kita menjadikan Tuhan sebagai budak untuk memikul ragam permintaan yang kita panjatkan setiap harinya, namun anehnya saat selesai berdoa kita tidak berbuat sesuatu apapun, karena meyakini tuhan akan melakukan keajaiban dan mengubah segalanya. Adakah keyakininan ini salah1? Tentu saja tidak salah, namun perlu diluruskan.

Adakah keajaiban itu terjadi tanpa tindakan dan kerja nyata? Adakah restu Tuhan akan menampak bagi manusia yang hanya berpangku tangan dalam setiap persujudannya? Tentu saja tidak demikian cara Tuhan Yang Maha Kasih memberikan limpahan karunia-Nya kepada manusia yang dicintai-Nya. Hanya mereka yang menelurkan usaha dan kerja nyata-lah yang akan menyaksikan keajaiban tuhan berlimpah dalam kehidupan. Bukankah demikian yang tertera dalam Kitab Suci yang dibawa oleh para utusan? Pun juga dikuatkan oleh para Filusuf dalam hasil sintesa pemikiran mereka secara mendalam?

    Ada lagi hal aneh yang sering menimpa kebanyakan orang. Dalam keseharian mereka tak pernah meminta kepada tuhan, tak jua melakukan suatu tindakan sebagai usaha dan kerja nyata diatas pentas kehidupan, namun mereka selalu mencaci maki Tuhan atas segala nasib buruk yang menimpa kehidupan mereka. Mereka menistakan Tuhan dengan ragam penghinaan, padahal sejatinya cemoohan itu tidak lain teruntuk diri mereka sendiri, bukan kepada Tuhan yang Maha Kasih Sayang. Sederhananya, semakin mencoba menghinakan Tuhan akan menampakkan keterhinaan kita sebagai seorang hamba. Sungguh naïf, bukan?

Memang kita seringkali menyaksikan kehidupan mereka yang selalu dekat dengan tuhan, dan mereka tidak pernah luput dari usaha dan kerja nyata sebagai tugasnya menjadi seorang manusia yang memang seharusnya berusaha, namun mereka mendapatkan kehidupan yang seperti itu-itu saja. Kita terkadang melihat mereka yang demikian itu adalah orang-orang yang merugi dan benar-benar telah ditimpakan kesempitan oleh Sang Maha Kasih. Ini tentu saja hanya sebatas penglihatan kasat mata tentang penilaian bagaimana kehidupan masing-masing orang. Perlu untuk kita renungkan, apa yang terlihat dalam dunia meteri belum tentu terpatri dalam dunia yang lebih luas ini.

Dalam penilaian kehidupan yang lebih luas akan cahaya kasih Tuhan, mereka jauh lebih bercahaya ketimbang kita yang hanya duduk menantikan keajaiban dibalik tangan yang berpangku dibawah atap kuasa orang lain. Kita juga sadari dengan sepenuh hati. Toh juga, perubahan itu tidak terjadi dengan sekejap mata atau hanya dalam kurun waktu sesingkat membolak-balikkan tangan semata, Bukan!?

Barangkali dengan kesederhanaan mereka ada cahaya kasih yang menjadikan mereka terlihat indah dalam pencerahan hidup yang mendamaikan. Sebagaimana terlihat dari mereka yang hidupnya bercahaya, baik itu dari para utusan maupun mereka yang telah memendarkan cahaya kenabian dari setiap peresapan dan diaktualisasikan dalam ragam tindakan keseharian. Kehidupan yang demikian jauh lebih bermakna dimata Sang Pencipta lagi Maha Kuasa karena keberadaan usaha dan kerja nyata serta lantunan syair doa sebagai pengakuan tulus akan keberadaan tuhan ditengan kehdiupan ini, bahkan dalam setiap denyutan nadi dalam diri. Kebermakanaan itu akan lahir ketika usaha dan kerja nyata dalam berperoses dan dibarengi oleh penyerahan diri kepada Sang Pencipta, dengan cara demikian terbukalah cahaya terang dan kedamaian dalam jiwa. Keep Spirit For Our Life Better.

    Salam satu Jiwa. Salam Sehat Jiwa untuk Menggapai Hidup Bahagia

    Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar