Rabu, 29 Februari 2012

Jangan Cuma Lihat"USIA" lantas menghakimi "DEWASA". Tua BelumTentu Dewasa Lhooo... Uuuuups

Kita mungkin sering beranggapan bahwa usia menjadi tolak ukur kedewasaan seseorang; kematangan seseorang dalam menyikapi kehidupannya, usia menjadi jaminan dimana seseorang bisa menorehkan seribu asa, dan usia menjadi landasan akan kebijaksanaan dalam diri seseorang. Dalam pandangan ini, tentu saja tidaklah salah, karena adanya standarisasi usia tertentu untuk menilai dan dijadikan sebagai acuan tertentu dalam melihat perkembangan diri seseorang. Namun mengacu pada pemahaman diri yang berfokus pada kenyataan penilaian yang demikian itu tidaklah sepenuhnya dibenarkan, mengapa demikian!? Usia bukanlah suatu ukuran mutlak yang menjadikan seseorang memulai dan ataupun berhenti untuk menorehkan karya terbaik dan perjuangan dalam hidupnya. Usia bukanlah satu-satunya standar penilaian rajutan kedewasaan seseorang didalam hidupnya, dan usia bukanlah lsatu-satunxa andasan utama dimana seseorang dinilai kebijaksanaannya ditengah sendi-sendi kehidupan.

Kita seringkali beranggapan, jika seseorang sudah memasuki usia tua, maka mereka telah sepenuhnya didera oleh ragam penyakit; pikun, sosok tubuh yang sudah lemah tak berdaya, penglihatan mulai rabun, dan ragam penyakit lainnya saat usia mulai menua. Oleh karenanya, mereka yang sudah memasuki usia tua sudah tidak lagi produktif dalam menelurkan inspirasi dan karya besar sebagai persembahan teruntuk kehidupan ini, namun dalam kenyataannya banyak orang yang usianya sudah “tua” melakukan hal terbaik, melahirkan inspirasi dan menorehkan seribu asa layaknya anak muda walau tubuh mereka sudah lumpuh tak berdaya, karena dalam yakin kebanyakan, orang usia tua adalah akhir dari segala-galanya, tinggal menunggu datangnya kematian menjemput saat tertidur diatas dipan. Tidakkah kita mengacu pada kehidupan mereka ini, tua namun melahirkan semangat muda yang terus menginspirasi kehidupan. Kisan Baburao Hazare, 75 Tahun, Pembela tanah air dalam memberantas Korupsi, di India. Soekarno hatta direpublik tercinta ini. Sutan takdir alisjahbana. Dan masih banyak cerminan kehdiupan lainnya yang layak dijadikan panutan untuk memulai kehidupan menabjubkan.

Terkadang pula kita beranggapan bahwa mereka yang sudah tua adalah sosok pribadi yang sudah dewasa, matang dalam segala-galanya dan sosok pribadi yang bijaksana Tentu hal ini tidak sepenuhnya benar. Kok bisa sich!? Betapa banyak orang tua yang usianya tidak lagi muda, menampakkan sikapnya ditengah kehidupan layaknya mereka yang masih muda atau kekanak-kanakan. Kita sering terpaku pada prinsip lama, bahwa mereka yang tua, sudah banyak mengkonsumsi asam garam kehidupan (akumulasi ragam pengalaman hidup), dan mereka telah sepenuhnya menampakkan sikap kedewasaannya sebagai bentuk pengejawantahan ragam pengalaman masa lalu yang pernah mereka dapatkan dibangku kehidupan ini. Belum tentu benar adanya, lagi-lagi mengingatkan kita akan kondisi kehidupan sebagian orang yang usianya sudah tua, namun sikapnya layaknya seperti kebanyakan anak muda. Disatu sisi yang lain, kita juga seringkali terkecohkan dengan “Usia” seseorang, kita terpaku pada usia biologis yang menentukan sikap kedewasaan seseorang, jika saja seorang memiliki usia relative muda, sebut saja diusia dua-puluh-an, kita mengaggapnya belum terlalu matang dalam mensikapi realitas kehidupannya. Tidak ada niatan untuk menyakiti hati siapapun yang usia sudah  tidak lagi muda, hanya inginkan  kita bisa ceria bersama dan bertumbuh bersama merajut keindahan teruntuk diri terbaik dihari ini dan masa mendatang, dalam yakin kami anda jauh lebih dewasa dan sosok seorang pribadi yang cakap lagi bijaksana.

Lagi-lagi pemikiran yang demikian tidak menjadi patokan absolute dalam memandang artian kehidupan. Barangkali jika mengacu pada keadaan orang pada umumnya, mungkin hal itu tidaklah salah. Akan tetapi berpatokan sepenuhnya pada pola yang demikian jelas-jelas keliru adanya. Betapa tidak, begitu banyak orang yang kita anggap sudah tua dan tidak layak pakai, pada kenyataannya mereka menorehkan karya terbaik layaknya mereka yang masih muda dengan semangat hidup yang masih berkobar-kobar. Betapa banyak anak muda yang kita anggap usia mereka masih relative muda, namun ternyata berfikir dewasa, jauh lebih matang daripada mereka yang sudah memasuki usia kepala tiga. Pengalaman hidup mungkin saja terbatasi oleh usia, akan tetapi sikap yang tampak dalam memandang kehidupan ini jauh lebih matang, barangkali karena “kesadaran diri” serta kemauan untuk “belajar” yang menjadikan sesorang tersadarkan dan bertumbuh dalam kedewasaan dan kematangannya dalam menyikapi hidup ini. Lantas terbayang satu pertanyaan dalam benak dan pikiran? Standar kedewasaan seseorang itu letaknya dimana sich?

Sederhana saja, tidak lain ada didalam sikap ditengah sendi-sendi kehidupannya. Artinya, diusia berapapun saat ini kita berada, kita memiliki kesempatan untuk melakukan yang terbaik, mempersembahkan hal-hal yang menabjubkan teruntuk kehidupan, satu kesempatan untuk berkarya tanpa harus terpaku pada standar usia, memupuk diri agar terus berpacu pada kedeawaan dan kebijaksanaan. Disinilah kematangan hidup, kedewasaan dalam mengambil sikap dimana kita bisa belajar dan terus belajar untuk bisa bertumbuh dewasa, bertumbuh menjadi pribadi terbaik yang terlihat bijak dalam menyikapi kehidupannya, bertanggung jawab, cakap dan terlihat sederhana, namun mampu melahirkan sesuatu yang luar biasa, bukan lagi sikap “biasa diluar”. Inilah kedewasaan dan kematangan yang sesungguhnya yang sejatinya mengantarkan pada wujud diri seseorang yang telah layak disebut “Dewasa”. Tidakkah kita menginginkannya? Jika memang berharap menjadi “dewasa”, Tunggu apa lagi, inilah saat yang tepat untuk kita, belajar didalam hidup untuk menjadi seorang “Dewasa”. Keep Spirit For Our Life Better.

Salam satu Jiwa. Salam SEHAT JIWA untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar