Cobalah untuk tetap membuka mata! Lihatlah bagaimana orang-orang
disekeliling anda yang tak pernah memberikan wajah termanis mereka saat
duduk dibalik meja kerja. Barangkali mereka sibuk dengan pekerjaan
mereka dan tak sempat memberikan anda satu senyuman. Justru pemandangan
yang terlihat nyata adalah mimik wajah dan ekspresi serius terkadang
muram karena beban yang begitu banyak hingga tak terhitung jumlahnya
(Aaah, masa sich!? Segitu banyak jumlahnya, hingga tak terhitung. Iiii
Lebay banget dech). Pola yang demikian seakan-akan telah menggadaikan
senyum kebahagiaan itu entah kemana perginya.
Lain lagi
ceritra lain dipojokan sana. Adapula orang yang memberikan ekspresi
kecurigaan atau juga mungkin sikap ketus tak bersahabat kepada
orang-orang disekelilingnya, Termasuk bagi Anda yang tak memiliki salah
apa-apa, kena batu hanya karena pancaran jiwa yang tak berdamai dengan
kehidupan yang ada. Tentu saja semuanya itu akan dapat menghilangkan
rasa bahagia dan keindahan suasana yang seharusnya dinikmati dengan
lapang dada ditempat bekerja.
Biarkanlah segala sesuatu
yang anda lihat saat ini berekspresi sekendak hati mereka dengan mimik
wajah yang terlihat tidak mengenakkan hati, karena tidak mungkin
menambah daftar kesengsaraan dengan memberikan saran gratis. Janganlah
ikut masuk kedalam mimik wajah suram tak bercahaya atau sikap ketus
seolah-olah tak ada orang lain disekililingnya. Cukupkanlah diri anda
untuk memberikan satu sentuhan ketulusan dengan senyuman penuh pancaran
aura kebahahagiaan walau tak seorangpun yang memintanya. Karena
sesungguhnya satu senyuman yang anda berikan ataupun hadirkan bukan
semata-mata untuk mereka, namun teruntuk diri anda yang mengharapkan
warna cerah saat orang lain tak mau berbagi cerita bahagia.
Jika
saja senyuman anda menginspirasi mereka untuk ikut serta dalam senyuman
penuh kebahagiaan, maka bersyukurlah kepada tuhan yang telah memberikan
anda sikap lapang dada untuk memberikan arti terindah bagi hidup ini
walau hanya sekedar senyuman yang mungkin tidak berarti bagi mereka yang
tak menginginkannya, namun kebermaknaan itu untuk diri anda dan untuk
mereka yang menginginkannya.
Cobalah sejenak bercermin
dari kehidupan orang yang seringkali kita pojokkan dengan sebutan aneh;
“Gila”. Bukan berarti mengajak anda menjadi orang gila yang nantinya
mendekam dirumah Sakit Jiwa atau layaknya kehidupan mereka yang sudah
berbelok dari batas “NORMAL”, sekali lagi bukan demikian tujuan yang
sebenarnya. Bukankah mereka yang gila tidak mengerti apa dan tujuan
hidup mereka, sedangkan anda sangat mengerti betul untuk apa ini dan itu
serta memahami tujuan dalam hidup anda, inilah perbedaan yang nyata
antara kita yang “Waras” dengan mereka yang disebut sebagai “Gila”,
karena sesungguhnya semua orang yang inginkan bahagia sangat
menginginkan suatu pola hidup yang teramat sulit untuk diapresiasi oleh
kebanyakan orang saat bekerja ataupun melakukan aktifitas dan rutinitas
harian; Senyum Ketulusan dan Kasih Sayang. Dan Bagi Saya, Anda, dan Juga
Mereka, saatnya untuk memulai memberikan apresisi terindah atas kemauan
diri untuk memberikan citra warna terindah bagi kehidupan diri dan
orang lain dengan sentuhan senyuman penuh ketulusan dan kasih sayang.
Coba
saja tengok sejenak, Mereka yang gila selalu saja memberikan senyuman
terindah mereka walau tak seorangpun yang memintanya, mungkin kita
mengira mereka tersenyum karena tidak ada beban hidup yang mereka pikul.
Tidakkah kita sadari bahwa mereka yang gila adalah orang-orang yang
memiliki segudang beban hidup yang menjadikan mereka seperti itu, bahkan
kita menganggap mereka sudah tidak waras lagi melihat apa itu
kehidupan, namun begitu mereka selalu memberikan senyuman yang masih
mereka miliki dibalik ragam penderitaan yang menghimpit kehidupan mereka
sehingga mereka sendiri butuh pertolongan dokter ataupun ahli jiwa
untuk mengembalikan kehidupan mereka seperti dahulunya. Mengapa kita
yang “Waras” ini begitu enggan memberikan senyuman kepada sesama?
Akankah kita yang sebenarnya memang harus menyandang gelar aneh itu;
“Orang Gila” karena kita tidak pernah memberikan kebahagiaan kepada
sesama dengan satu senyuman yang tidak pernah dipungut biaya. (Jangan
sampai dech disebut Gila. Ntar orang sekampung datang membawa perkakas
untuk mengejar “Anda” karena dianggap “Gila” atau karena menganggap
orang lain “Gila” Iiiii… TAKUUUT!!)
Soo, Gemana donk!?
Sederhana saja. Tersenyumlah saat orang lain tak memberikan senyuman
kepada Anda. Barangkali mereka lupa dan memang sengaja melupakannya.
Namun bagi anda, jangan melupakan niatan baik untuk memberikan
kebahagiaan bagi orang lain dengan senyuman penuh ketulusan sebagaimana
dedaunan diluar sana yang melambaikan tangannya kepada Anda karena
niatan baik untuk memulai senyuman kepada sesama. Teman! Seorang dokter
Spesialis Jiwa Pernah berpesan dalam bahasa sederhananya; "coba saja
bercermin dari orang "GILA" yang selalu tersenyum bahagia tanpa
seorangpun yang memintanya. Mereka menampak bahagia bukan karena tidak
ada beban, justru mereka adalah orang yang dianggap memiliki "BANYAK
BEBAN" oleh kebanyakan orang, termasuk kita yang melihat kehidupan
mereka yang terlihat jauh dari kewajaran layaknya kita yang "Normal",
walau begitu mereka selalu tersenyum adanya. Masa kita Yang Normal pelit
sekali untuk tersenyum kepada sesama?!? Akan selalu ada keindahan
ketika ketulusan kita berikan kepada kehidupan ini walau sekedar sebuah
senyuman. Selalu ada kesejukan yang akan menghadirkan kedamaian ketika
jiwa telah sepenuhnya tersenyum dalam ketulusan disetiap belaian kasih
Sayang. Dan itulah sumber kebaikan. Maka berikanlah senyuman itu, dengan
demikian kita telah berbagi kebaikan kepada sesama, kepada kehidupan
ini juga.
Mengawali kehidupan pagi ini dengan senyuman
adalah indah untuk kita lakoni dalam keseharian dikehidupan. Dengan
senyuman tidak hanya sedang menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain,
namun juga sedang menyuguhkan kemuliaan bagi mereka yang membiasakannya
dalam keseharian layaknya tarikan nafas ditengah kehidupan ini. Keep
spirit For Our Life Better
Salam satu Jiwa. Salam SEHAT
JIWA Untuk menggapai Hidup Bahagia
Mustafid Amna Umary
Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar