Rabu, 29 Februari 2012

SAMPAIKAN apa adanya, TUHAN jadi SPONSORNYA. suer dech...

Jum’at siang, Seorang pengkhotbah berdiri didepan mimbar dengan membawa pletser masih terlihat menempel dibawah hidungnya. Sang Pengkhotbah terlihat antusias menyampaikan khutbahnya tanpa perduli rasa sakit yang masih dirasakannya. Sampai akhirnya selesai sholat jum’atan digelar, seorang jamaah bertanya kepada sang pengkhotbah. “Bapak kenapa? kok plesternya dibawa-bawa keatas mimbar? Dari tadi saya memperhatikannya. Kelihatannya aneh, tidak seperti biasanya. Apakah membawa plester termasuk sunnah NABI?”

Ooo, plester ini maksudnya? Bukan termasuk bagian dari Sunnah nabi, hanya saja mencukur kumis yang menjadi sunnahnya. Begini ceritanya, Tadi pagi saat sebelum berangkat jum’atan saya terluka kena pisau cukur ketika saya sedang mencukur kumis sambil memikirkan khotbah saya.” Jawab Sang Pengkhotbah kepada jamaahnya. Tiba-tiba salah seorang jamaah berkomentar, “ Lain kali harus waspada ustadz. Lebih baik mencukur khotbahnya biar nggak buat kantuk jamaah ketimbang mencukur hidungnya sendiri!!!”.

Cerita diatas hanyalah FIKTIF belaka. Jika ada kesamaan tokoh, tempat dan peritiwa, hanyalah sebuah kebetulan belaka karena memang sengaja direkayasa. KAMI memohon maaf yang sedalam-dalamnya kepada semua rekan Pembaca jika ada yang tersinggung ataupun tersakiti. Karena, tidak ada satupun niatan yang terbersit dihati kami untuk menebarkan dendam antara kita. Semoga Tuhan Sang Maha Kasih menuntun kita kepada pencarian yang sesungguhnya; Jalan Kebenaran.

Bagi anda yang suka cerita canda dan tawa, Bolehlah anda tertawa sewajarnya selama tertawa itu belum termasuk dalam daftar LARANGAN yang dilarang oleh Undang-Undang Negara maupun kode etik adat serta norma agama. Namun bagi anda yang menaruh rasa tidak nyaman didalam jiwa ataupun menyimpan rasa ke-tersinggungan karena membaca ceritra tersebut diatas, maka perkenankanlah kami menghaturkan ungkapan maaf setulus-tulusnya dari hati yang paling dalam dan izinkanlah pintu maaf terbuka selebar-lebarnya agar kita tidak menjadi bulan-bulanan busur panah setan yang teraniyaya dimata Sang Pencipta, Bukankah kebencian menjadikan kita sebagai salah satu diantara Teman dekat setan dan para konco-konconya? Sederhananya niatan kami tidak lain untuk mengingatkan diri sendiri, pun juga kepada kita semua agar jiwa kita terbuka untuk menerima pesan suci Tuhan yang Maha Kuasa atas segalanya didalam realitas kehidupan ini.

Sahabat Pembaca yang budiman dan dirahmati oleh Tuhan Sang Maha Kasih, Tuhan seru sekalian alam. Ceritra diatas tidak lain adalah cerita kehidupan kita. Layak disebut sebagai miniature dari kebanyakan hidup manusia. Dalam kehidupan ini, seringkali kita berfikir untuk bisa merubah orang lain sebagaimana apa yang kita inginkan dengan memberikan uraian yang panjang, bahkan sampai-sampai membuat kita lupa apa yang kita sampaikan saking begitu banyaknya materi yang diutarakan didepan khalayak ramai. Kita menuntut agar orang lain sebagaimana apa yang kita sampaikan kepadanya tanpa harus memperdulikan kondisi mereka. Hal-hal seperti ini seringkali terjadi didunia pendidikan kita, pun juga dalam dunia kehidupan lainnya. Keep spirit for our life better.

Salam satu Jiwa. Salam sehat jiwa untuk menggapai hidup bahagia.

Mustafid Amna Umary Erlangga Kusuma Perdana Saputra Zain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar