Selasa, 10 April 2012

Mereka saja yang MISKIN bisa berbagi!!!

Seorang wanita tua duduk dipinggir sebuah Sekolah Dasar, dengan hiasan senyuman kecil yang menampak dari raut wajah keriputnya, Wanita tua ini menggelar jajanan dan cemilan serta barang dagangan lainnya. Segera setelah jam keluar main, beberapa anak mendekati dan mengerumuni barang dagangannya yang sudah digelar rapi didepannya. Sebagian besar diantara anak SD tersebut membeli barang dagangan wanita tua ini, betapa tidak, barang dagangannya laris manis dengan harga yang terjangkau, pun juga barang dagangan yang dijualnya tidak kalah enaknya dengan barang dagangan khas toko besar yang menyediakan jajanan dan cemilan berkelas dan hanya bisa dibeli oleh kaum berkelas. Hampir-hampir mustahil ada orang yang berjualan dengan harga demikian rendah, berbeda dari barang dagangan yang dijual ditoko-toko besar, berbalut tampilan rapi dengan harga yang relative mahal, dan sudah pasti akan mengeruk uang saku anda, bukan?

Lalu apa untungnya wanita tua ini menggelar dagangan dengan harga yang sangat murah tersebut? Wanita tua menjawab sederhana, “Cukup untuk memenuhi keperluan makan sehari-hari dan untuk membeli kebutuhan hari ini.” Tapi, bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit saja sebagaimana barang dagangan yang dijual ditoko sebelah, lagi-lagi wanita tua ini menjawab dengan senyuman sederhana penuh persahabatan, “Jika saja barang dagangan ini dijual dengan harga Mahal, bagaimana anak-anak ini membelinya dengan uang saku yang tidak begitu banyak dari orang tua mereka. Bukankah mereka akan sangat gembira bisa membeli barang dagangan yang mereka sukai dengan harga yang murah” katanya, seolah-olah ia mengerti betul bagaimana konsep pemasaran yang diajarkan oleh para akademisi handal dibangku kuliah. Walau ia sendiri tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, Namun begitu wanita tua ini seolah-olah mengerti akan konsep penjualan yang berorientasi pada pelayanan; pelayanan kepada kesejahteraan. Sudah sejak dahulunya wanita tua ini menggelar barang dagangannya dengan harga yang murah dalam balutan tampilan kesederhanaan ala pedagang kaki lima lainnya. Wanita tua ini hanya menasihati diri dengan ragam pengalaman hidup yang sudah lama diperolehnya dari ketekunan dalam hidupnya dan kerja keras berbekal empati kepada sesama.

Aaaaah, betapa indahnya warna hidup dalam kehidupan ini jika didalamnya diisi oleh mereka yang mengutamakan pelayanan kepada sekalian manusia ketimbang mengutamakan saku sendiri. Betapa cantiknya hidup ini bila secuil misi hidup dalam kesederhanaan ala apa adanya dipadukan dalam kerja nyata. Semoga kami tidak sedang bermimpi dan masuk kedalam impian yang  hanya membuat kami tertidur pulas diatas kasur hidup ini. Orang-orang yang memahami benar pelayanannya kepada sekalian manusia layaknya seorang tua dalam ceritra diatas yang bekerja demi kebahagiaan hidup orang lain, tentulah anggun untuk menciptakan kehidupan yang menabjubkan plus membahagiakan. Pola hidup yang bertahan dalam kesederhanaan untuk menyangga kehidupan ini, layaknya seorang yang benar-benar berani menjadi tiang kokoh diantara kehidupan orang lain.

Mereka mempersembahkan kehidupan mereka, mendedikasikan setiap tetes keringat mereka untuk kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain dan hanya mengisi sedikit saku mereka dengan keuntungan yang tidak begitu tinggi, tujuannya tidak lain untuk kelanjutan kehidupan baik bagi dirinya dan juga orang lain secara berkesinambungan. Bukankah kita juga harus berlaku demikian dalam keseharian? Bekerja dengan sepenuh hati, memberikan pelayanan terbaik guna menciptakan kesejahteraan hidup bagi diri sendiri dan orang lain? Mmmmm, Iya juga sich!

Namun tidak demikian yang sedang berlaku dinegeri ini. Mereka yang duduk manis dikursi tertinggi republik ini lebih mengutamakan kesejahteraan pribadi ketimbang orang lain, mereka tidak perduli dengan kehidupan orang banyak; kehidupan rakyatnya sendiri, kelihatannya mereka sibuk mengumpulkan dan mengisi saku guna kesejahteraan hidup mereka. Coba saja tengok, betapa banyak orang yang mencari peluang dalam jabatannya untuk memenuhi saku mereka dengan ragam cara yang dimurkai Sang Pencipta; Korupsi. Bukankah ini suatu kedzaliman terhadap kaum tertindas, layaknya kami yang hidup dibawah kolom jembatan, atau juga mereka yang sedang menggelar barang dagangannya dibawah trik panas matahari dengan harga yang tidak seberapa. Tidakkah ada empati bagi kami, bagi mereka yang hidupnya menderita.

Kami tahu mereka adalah kaum terpelajar, kaum yang sudah banyak mencicipi asam garam dibangku pendidikan, namun entah mengapa mereka tidak mengerti akan kasih sayang. Akankah dibangku pendidikan yang mahal itu tidak diajarkan bagaimana harus berkasih sayang? Ketekunan dalam pelayanan mereka gadaikan kemana? Andai saja mereka layaknya wanita tua yang menggelar dagangannya dengan harga murah, tentulah kami akan menobatkan mereka sebagai seorang “pangeran” bagi republic ini, dan sejatinya rakyat akan merasa nyaman serta menghargai hasil jerih payah mereka. Inilah awal dari kesejahteraan sebagaimana yang kita idam-idamkan bersama sejak dahulunya.

Ada sahabat dekat bertanya demikian, “emang sama seorang pedagang dengan pejabat pemerintahan, ngada-ngada ajja dech niee?” Kami tidak sedang mengatakan mereka sama, kami pula tidak ingin menyamakan mereka karena takutnya mereka akan membawa kami dibangku hijau layaknya siding balas dendam. Iiiiihhh takuuut. Namun sesungguhnya diantara perbedaan mereka ada kesamaan yang tidak bisa dipisahkan, mereka bertumbuh dalam pelayanan, memberikan yang terbaik bagi orang disekitarnya, tanpa harus mencekik dengan harga mahal, sebagaimana yang kita saksikan dengan kondisi bangsa yang notabenenya semuanya mahal; pendidikan mahal, biaya kesehatan mahal, administrasi ini dan itu mahal.

Jadinya wajarlah kalau rakyat semakin jual “MAHAL” akan penghargaan dan rasa hormat kepada pelayan pemerintahan. Uuuuups, sorry banget dech kalau hal ini telah menyakiti hati, tidak ada niatan sedikitpun yang inginkan anda tersakiti. Kami yakin anda adalah pelayan pemerintahan yang arif dan bijak, iya, ANDA. Oleh karenanya bangsa ini akan makmur dikemudian harinya. Semoga saja benar adanya. Inilah kami rakyat kecil yang berharap pelayanan dalam keseharian dalam jalinan kemanusiaan dipenuhi kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar