Seorang wanita tua duduk dipinggir sebuah Sekolah Dasar, dengan
hiasan senyuman kecil yang menampak dari raut wajah keriputnya,
Wanita tua ini menggelar jajanan dan cemilan serta barang dagangan
lainnya. Segera setelah jam keluar main, beberapa anak mendekati dan
mengerumuni barang dagangannya yang sudah digelar rapi didepannya.
Sebagian besar diantara anak SD tersebut membeli barang dagangan
wanita tua ini, betapa tidak, barang dagangannya laris manis dengan
harga yang terjangkau, pun juga barang dagangan yang dijualnya tidak
kalah enaknya dengan barang dagangan khas toko besar yang menyediakan
jajanan dan cemilan berkelas dan hanya bisa dibeli oleh kaum
berkelas. Hampir-hampir mustahil ada orang yang berjualan dengan
harga demikian rendah, berbeda dari barang dagangan yang dijual
ditoko-toko besar, berbalut tampilan rapi dengan harga yang relative
mahal, dan sudah pasti akan mengeruk uang saku anda, bukan?
Lalu apa untungnya wanita tua ini menggelar dagangan dengan harga
yang sangat murah tersebut? Wanita tua menjawab sederhana, “Cukup
untuk memenuhi keperluan makan sehari-hari dan untuk membeli
kebutuhan hari ini.” Tapi, bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit
saja sebagaimana barang dagangan yang dijual ditoko sebelah,
lagi-lagi wanita tua ini menjawab dengan senyuman sederhana penuh
persahabatan, “Jika saja barang dagangan ini dijual dengan harga
Mahal, bagaimana anak-anak ini membelinya dengan uang saku yang tidak
begitu banyak dari orang tua mereka. Bukankah mereka akan sangat
gembira bisa membeli barang dagangan yang mereka sukai dengan harga
yang murah” katanya, seolah-olah ia mengerti betul bagaimana konsep
pemasaran yang diajarkan oleh para akademisi handal dibangku kuliah.
Walau ia sendiri tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah, Namun
begitu wanita tua ini seolah-olah mengerti akan konsep penjualan yang
berorientasi pada pelayanan; pelayanan kepada kesejahteraan. Sudah
sejak dahulunya wanita tua ini menggelar barang dagangannya dengan
harga yang murah dalam balutan tampilan kesederhanaan ala pedagang
kaki lima lainnya. Wanita tua ini hanya menasihati diri dengan ragam
pengalaman hidup yang sudah lama diperolehnya dari ketekunan dalam
hidupnya dan kerja keras berbekal empati kepada sesama.
Aaaaah, betapa indahnya warna hidup dalam kehidupan ini jika
didalamnya diisi oleh mereka yang mengutamakan pelayanan kepada
sekalian manusia ketimbang mengutamakan saku sendiri. Betapa
cantiknya hidup ini bila secuil misi hidup dalam kesederhanaan ala
apa adanya dipadukan dalam kerja nyata. Semoga kami tidak sedang
bermimpi dan masuk kedalam impian yang hanya membuat kami
tertidur pulas diatas kasur hidup ini. Orang-orang yang memahami
benar pelayanannya kepada sekalian manusia layaknya seorang tua dalam
ceritra diatas yang bekerja demi kebahagiaan hidup orang lain,
tentulah anggun untuk menciptakan kehidupan yang menabjubkan plus
membahagiakan. Pola hidup yang bertahan dalam kesederhanaan untuk
menyangga kehidupan ini, layaknya seorang yang benar-benar berani
menjadi tiang kokoh diantara kehidupan orang lain.
Mereka mempersembahkan kehidupan mereka, mendedikasikan setiap tetes
keringat mereka untuk kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain dan
hanya mengisi sedikit saku mereka dengan keuntungan yang tidak begitu
tinggi, tujuannya tidak lain untuk kelanjutan kehidupan baik bagi
dirinya dan juga orang lain secara berkesinambungan. Bukankah kita
juga harus berlaku demikian dalam keseharian? Bekerja dengan sepenuh
hati, memberikan pelayanan terbaik guna menciptakan kesejahteraan
hidup bagi diri sendiri dan orang lain? Mmmmm, Iya juga sich!
Namun tidak demikian yang sedang berlaku dinegeri ini. Mereka yang
duduk manis dikursi tertinggi republik ini lebih mengutamakan
kesejahteraan pribadi ketimbang orang lain, mereka tidak perduli
dengan kehidupan orang banyak; kehidupan rakyatnya sendiri,
kelihatannya mereka sibuk mengumpulkan dan mengisi saku guna
kesejahteraan hidup mereka. Coba saja tengok, betapa banyak orang
yang mencari peluang dalam jabatannya untuk memenuhi saku mereka
dengan ragam cara yang dimurkai Sang Pencipta; Korupsi. Bukankah ini
suatu kedzaliman terhadap kaum tertindas, layaknya kami yang hidup
dibawah kolom jembatan, atau juga mereka yang sedang menggelar barang
dagangannya dibawah trik panas matahari dengan harga yang tidak
seberapa. Tidakkah ada empati bagi kami, bagi mereka yang hidupnya
menderita.
Kami tahu mereka adalah kaum terpelajar, kaum yang sudah banyak
mencicipi asam garam dibangku pendidikan, namun entah mengapa mereka
tidak mengerti akan kasih sayang. Akankah dibangku pendidikan yang
mahal itu tidak diajarkan bagaimana harus berkasih sayang? Ketekunan
dalam pelayanan mereka gadaikan kemana? Andai saja mereka layaknya
wanita tua yang menggelar dagangannya dengan harga murah, tentulah
kami akan menobatkan mereka sebagai seorang “pangeran” bagi
republic ini, dan sejatinya rakyat akan merasa nyaman serta
menghargai hasil jerih payah mereka. Inilah awal dari kesejahteraan
sebagaimana yang kita idam-idamkan bersama sejak dahulunya.
Ada sahabat dekat bertanya demikian, “emang sama seorang pedagang
dengan pejabat pemerintahan, ngada-ngada ajja dech niee?” Kami
tidak sedang mengatakan mereka sama, kami pula tidak ingin menyamakan
mereka karena takutnya mereka akan membawa kami dibangku hijau
layaknya siding balas dendam. Iiiiihhh takuuut. Namun sesungguhnya
diantara perbedaan mereka ada kesamaan yang tidak bisa dipisahkan,
mereka bertumbuh dalam pelayanan, memberikan yang terbaik bagi orang
disekitarnya, tanpa harus mencekik dengan harga mahal, sebagaimana
yang kita saksikan dengan kondisi bangsa yang notabenenya semuanya
mahal; pendidikan mahal, biaya kesehatan mahal, administrasi ini dan
itu mahal.
Jadinya wajarlah kalau rakyat semakin jual “MAHAL” akan
penghargaan dan rasa hormat kepada pelayan pemerintahan. Uuuuups,
sorry banget dech kalau hal ini telah menyakiti hati, tidak ada
niatan sedikitpun yang inginkan anda tersakiti. Kami yakin anda
adalah pelayan pemerintahan yang arif dan bijak, iya, ANDA. Oleh
karenanya bangsa ini akan makmur dikemudian harinya. Semoga saja
benar adanya. Inilah kami rakyat kecil yang berharap pelayanan dalam
keseharian dalam jalinan kemanusiaan dipenuhi kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar