“Kalah sebelum bertanding” begitulah pesan seorang sahabat suatu
ketika melihat kawan dekat mengalah begitu saja saat sebelum
menghadapi tantangan hidup yang terbentang didepan mata. Seolah-olah
ia ingin berpesan agar teman yang bersangkutan selalu termotifasi
untuk terus berjuang tanpa harus mengalah terlebih dahulu. Jika kita
kaitkan dalam sebuah perlombaan atau pertandingan tertentu, tentunya
diakhir petandingan nanti akan ada seorang pemenang yang pantas
diberikan penghargaan atas perestasi yang telah diraihnya.
Tidak ada dalam pertandingan dan perlombaan apapun yang memberikan
peraihan penghargaan atas semua peserta yang ikut andil dalam sebuah
pentas kejuaraan, kalaupun toh ada, hal itu tidak menjadi pemahaman
umum dimasyarakat secara keseluruhan. Hanya ada satu seorang pemenang
inti yang mendapatkan suatu penghormatan tertinggi. Berbeda halnya
dengan pertandingan dan perlombaan bebas dipentas kehidupan ini.
semua orang berhak menjadi pemenang atas kehidupannya walaupun
ternyata tidak mendapatkan penghargaan. Bukankah hidup ini adalah
perlombaan?
Memang benar kalau dikatakan bahwa hidup ini terkadang diartikan
sebagi sebuah perlombaan, namun disatu sisi yang lain hidup ini tidak
diartikan mentah-mentah begitu saja, masih ada aspek lain yang harus
dipertimbangkan untuk memberikan istilah yang tepat atas kehidupan.
Bagi kebanyakan orang yang berjiwa pesimistis, sangat enggan sekali
untuk mengikuti perlombaan diatas pentas kehidupan ini untuk
menyusuri hidup diakhir nanti, karena mereka tahu bahwa mereka tidak
akan pernah menjadi pemenang diantara sekian banyak orang yang
mengikuti perlombaan penelusuran garis finish kehidupan. Namun
berbeda halnya dengan mereka yang selalu berjiwa optimistis, mereka
selalu termotifasi untuk menyusuri jalan kehidupan ini sampai garis
finish walau mereka bukanlah menjadi seorang pemenang yang hanya
terlihat “pemenang” dimata orang lain. Mereka yakin bahwa tidak
ada yang pantas untuk mengalah karena semua kita adalah menjadi
seorang pemenang atas kehidupan kita sendiri.
Cobalah kita merenung dalam-dalam atas apa yang pernah disampaikan
seorang pencerah kehidupan; “Orang yang selalu berjiwa optimis akan
memandangi mawar dan bukan tertuju pada durinya, namun orang yang
berjiwa pesimistis memandangi duri dan mengabaikan mawarnya.”
Begitulah pesan seorang maestro terkemuka berpesan; Kahlil Gibran.
Agar semua orang tidak berhenti melangkah untuk menggapai setiap
impian yang tertuang didalam lembaran kehidupan masing-masing.
“Menang” bukanlah arti sempit yang disandarkan kepada mereka yang
mendapatkan penghargaan material saja atau sebuah penghormatan dimata
orang lain. Betapa kelirunya kita jika memandang sebuah “kemenangan”
dalam artian yang sangat terbatas. Bukankah betapa banyak orang
menjadi seorang “pecundang” ketika diberikan gelar menjadi
seorang pemenang oleh orang lain? Mereka menjadi lupa diri dan
terkadang mereka menjadi seorang pecundang yang hanya berharap
penghargaan dan melupakan begitu saja sebuah peroses yang harus
dilalui untuk memperoleh gelar penghargaan sebagaimana mestinya.
Ingat kawan, kemenangan sesungguhnya bukanlah ketika kita mampu
meraih dan mendapatkan perestasi dimata orang lain lantas berbangga
atas apa yang telah kita terima sebagaimana mestinya, kemenangan
sejatinya adalah kemenangan yang membuat kita bisa menjadi diri
sendiri, mampu menghargai orang lain dan mensyukuri kehidupan
sebagaimana tuhan karuniakan agar kita terus bertambah bijak dijalan
pencerahan. Inilah kemenangan yang mencerahkan yang dapat membuat
kita berjiwa besar.
Kemenangan seperti itulah yang dinanti-nantikan oleh mereka yang
tidak mengharapkan sebuah piagam belaka karena bagi mereka, hasil
akhir adalah sebagian kecil dari kemenangan yang telah mereka raih,
justru peroses dimana mereka mengenali diri dan meningkatkan potensi
diri itulah “kemenangan” yang menjadikan diri mereka sebagai
seorang pemenang sejatinya atas kehidupan. “kemenangan” tidak
diartikan sebagai seorang yang memiliki materi berlimpah, pun juga
disandarkan atas mereka yang memiliki koleksi piagam penghargaan yang
sangat banyak ataupun beragam atribut lainnya.
Mereka yang memiliki jiwa kemenangan adalah orang-orang yang selalu
terbebaskan kehidupannya dari beragam belenggu kemelekatan. Jika saja
kita masih menengok arti dan makna kemenangan dalam artian yang
sempit, tentu saja kita akan mengalah sebelum bertanding. Ketakutan
akan rasa takut macam apa yang sebenarnya membuat kita tidak berani
mengambil sikap?
Sahabat pembaca yang budiman. Jika masih melihat hidup ini dari sudut
pandang “kalah” atau “menang”. Maka semua orang tentu tidak
akan berani mengambil sikap, melangkah, dan mempertanggung jawabkan
sikapnya karena adanya ketakutan mendasar dalam diri yang membuat
mereka takut untuk mengikuti perlombaan diatas pentas kehidupan.
Sesungguhnya ketakutan dalam menghadapi kekalahan membuat kebanyakan
orang menghindar dan tidak berani mengambil resiko. Padahal kehidupan
ini tidaklah melihat siapa yang menang dan siapa yang kalah, hanyalah
mereka yang mau berperoses dalam kehidupan ini yang dipandang mulia
oleh kehidupan.
Ingat kawan, kemenangan sejati bukan dari penilaian segelintir orang
saja, namun kemenangan sejatinya adalah penilaian tuhan atas setiap
rangkaian kehidupan yang kita jalani sehingga kita mampu memberikan
apresiasi atas kehidupan kita sendiri untuk terus bertumbuh menjadi
seorang yang bijak atas kehidupan. Tidak mengapa orang mengatakan
“apa” terhadap diri kita, asalakan kita sudah memiliki sesuatu
keyakinan untuk terus berperoses dan menikmati setiap peroses agar
kita selalu terbuka dalam melihat sisi kehidupan seperti apa adanya
tanpa menghakimi terlebih dahulu atas segala macam usaha yang pernah
kita torehkan. Hanya saja kita telah berupaya sebaik mungkin dan
mendedikasikan diri bagi kehidupan ini agar hidup selalu tercerahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar