Selasa, 10 April 2012

Salon Kecantikan di kamar Jenazah. Kereeen abizz!!!


Dizaman modern seperti saat sekarang ini, menjaga penampilan adalah bagian terpenting yang tidak bisa terlupakan oleh siapapun dalam hidupnya, entah itu saya, anda dan juga mereka, buktinya banyak sekali salon-salon kecantikan merebak dimana-mana dan pengunjungnya juga selalu rame berdatangan, tujuan kebanyakan orang untuk berkunjung ke salon tidak lain untuk bisa menjaga penampilan agar terlihat lebih mempesona sekaligus menawan dan rupawan. Barangkali menjaga mode/ penampilan sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga masyarakat secara keseluruhan, baik itu dikota-kota besar ataupun dalam lingkup masyarakat pedesaan.

Bagi sebagian besar orang, menjaga penampilan adalah sesuatu yang sangat urgen dan tidak bisa dinomor duakan, apalagi bagi mereka yang menjadi pigur public, sudah menjadi tuntutan kebanyakan pigur public untuk tetap menjaga penampilan agar terlihat mempesona dimata banyak orang dan hal itu tidak bisa dikompromikan lagi. Begitulah kondisi masyarakat dizaman modern seperti saat sekarang ini. Namun cobalah kita menengok sejenak bagaimana dengan salon kecantikan jiwa; lest privat, pengajian, pendidikan keperibadian, seminar, dll. Sangat jarang sekali orang mengunjunginya, walaupun toh ada, jumlah mereka tidak begitu banyak yang mengikutinya tidak sebanyak mereka yang berkunjung ke salon-salon kecantikan.

Ironi memang melihat kenyataan zaman yang sekarang, sesungguhnya kita lebih sering mempercantik diri dari lahirnya namun melupakan kecantikan yang sesungguhnya. Merawat diri adalah sah-sah saja dan hal yang demikian itu merupakan sesuatu yang wajar, namun merawat penampilan luar saja lantas melupakan penampilan dalam; penampilan kehidupan yang sesungguhnya membuat kita lupa apa arti kehidupan dibalik perjalanan kita selama ini diatas pentas kehidupan muka bumi. Andai saja kita punya kesempatan waktu untuk bisa masuk ke ruang jenazah, barangkali kita akan lebih banyak belajar arti kehidupan sebagaimana para calon dokter forensic yang belajar tentang seluk beluk tubuh manusia setelah kematian. Bedanya, para calon dokter forensic memasuki ruang jenazah tidak lain untuk melakukan peroses otopsi dan menjelaskan sebab akibat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan jasad korban/ mayat, tujuannya tidak lain untuk belajar pun juga mengumpulkan bukti demi penegakan hukum atas suatu pelanggaran tertentu. 

Adakah kita seperti dokter forensic dalam melihat sosok tubuh yang sudah terbujur kaku. Tentu saja tidak demikian adanya karena memang kita tidak memiliki keahlian dalam bidang pembedahan mayat ataupun otopsi dan lain sebagainya. Namun adakah baiknya kita sama-sama belajar bagaimana sesungguhnya maka kehidupan dibalik sosok mayat yang terbujur kaku tanpa suara. Apakah kita masih tetap saja memperioritaskan penampilan fisik ketimbang penampilan jiwa? Apakah kita mengurus tubuh materi ini saja yang kemudian hari akan terbujur kaku tanpa sepatah kata, bahkan untuk bergerakpun ia sudah tak mampu lagi. Bagaimana dengan jiwa kita sesungguhnya saat kematian sudah menjadi teman kehidupan? Apakah ia juga sama halnya dengan tubuh materi yang terbujur kaku? 

Kematian memang sesuatu yang sangat mengerikan sekaligus menakutkan. Lantas banyak orang yang menstigmakan kematian itu adalah sesuatu yang angker. Wajar saja jika kematian membuat kita menjauh darinya karena beragam persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Mencoba menelaah lebih jauh makna sebuah kematian akan membuat kita tidak lagi mementingkan sesuatu yang hanya terlihat polesan luarnya saja. Sesungguhnya ada sesuatu yang lebih essensial dibalik tubuh material ini. Jika saja kita lebih terfokus memikirkan tubuh materi ini, maka sepenuhnya kita sudah banyak melangkah kejalan kegamangan hingga membuat kita lupa makna kehidupan yang sesungguhnya.

 Betapa seringnya kita melupakan tubuh essensial didalam diri kita hanya karena lebih memfokuskan diri terhadap tubuh fisik. Inilah mengapa ketersinggungan itu seringkali menjadi teman disetiap harinya, kita selalu merasa diri seperti ini dan itu, merasa lebih dibandingkan dengan yang lainnya, hingga suatu ketika merasa diri diremehkan, kita akan langsung saja tersinggung dan marah kepada orang lain. Ini pertanda kita lebih terfokus pada konsep diri luar saja ketimbang konsep diri yang sesungguhnya. Apakah yang demikian itu pilihan sejatinya kehidupan ini disetiap harinya? 

Merenung dalam-dalam arti kehidupan ini, tentu saja merawat tampilan luar tidak lebih penting ketimbang merawat tampilan dalam yang sesungguhnya mencerahkan dijalan kehidupan, bukan berarti mengabaikan tampilan luar, sekali lagi bukan demikian maksudanya tulisan ini teruraikan dihadapan pembaca yang budiman, namun yang sesungguhnya memahami arti dibalik tirai kehidupan, hal yang terpenting adalah bagaimana merawat dan menjaga tampilan dalam agar kita selalu hidup dalam kebijaksanaan ditengan kancah kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar