Dizaman modern seperti saat sekarang ini, menjaga penampilan adalah
bagian terpenting yang tidak bisa terlupakan oleh siapapun dalam
hidupnya, entah itu saya, anda dan juga mereka, buktinya banyak
sekali salon-salon kecantikan merebak dimana-mana dan pengunjungnya
juga selalu rame berdatangan, tujuan kebanyakan orang untuk
berkunjung ke salon tidak lain untuk bisa menjaga penampilan agar
terlihat lebih mempesona sekaligus menawan dan rupawan. Barangkali
menjaga mode/ penampilan sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga
masyarakat secara keseluruhan, baik itu dikota-kota besar ataupun
dalam lingkup masyarakat pedesaan.
Bagi sebagian besar orang, menjaga penampilan adalah sesuatu yang
sangat urgen dan tidak bisa dinomor duakan, apalagi bagi mereka yang
menjadi pigur public, sudah menjadi tuntutan kebanyakan pigur public
untuk tetap menjaga penampilan agar terlihat mempesona dimata banyak
orang dan hal itu tidak bisa dikompromikan lagi. Begitulah kondisi
masyarakat dizaman modern seperti saat sekarang ini. Namun cobalah
kita menengok sejenak bagaimana dengan salon kecantikan jiwa; lest
privat, pengajian, pendidikan keperibadian, seminar, dll. Sangat
jarang sekali orang mengunjunginya, walaupun toh ada, jumlah mereka
tidak begitu banyak yang mengikutinya tidak sebanyak mereka yang
berkunjung ke salon-salon kecantikan.
Ironi memang melihat kenyataan zaman yang sekarang, sesungguhnya kita
lebih sering mempercantik diri dari lahirnya namun melupakan
kecantikan yang sesungguhnya. Merawat diri adalah sah-sah saja dan
hal yang demikian itu merupakan sesuatu yang wajar, namun merawat
penampilan luar saja lantas melupakan penampilan dalam; penampilan
kehidupan yang sesungguhnya membuat kita lupa apa arti kehidupan
dibalik perjalanan kita selama ini diatas pentas kehidupan muka bumi.
Andai saja kita punya kesempatan waktu untuk bisa masuk ke ruang
jenazah, barangkali kita akan lebih banyak belajar arti kehidupan
sebagaimana para calon dokter forensic yang belajar tentang seluk
beluk tubuh manusia setelah kematian. Bedanya, para calon dokter
forensic memasuki ruang jenazah tidak lain untuk melakukan peroses
otopsi dan menjelaskan sebab akibat dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan jasad korban/ mayat, tujuannya tidak lain untuk belajar pun
juga mengumpulkan bukti demi penegakan hukum atas suatu pelanggaran
tertentu.
Adakah kita seperti dokter forensic dalam melihat sosok tubuh yang
sudah terbujur kaku. Tentu saja tidak demikian adanya karena memang
kita tidak memiliki keahlian dalam bidang pembedahan mayat ataupun
otopsi dan lain sebagainya. Namun adakah baiknya kita sama-sama
belajar bagaimana sesungguhnya maka kehidupan dibalik sosok mayat
yang terbujur kaku tanpa suara. Apakah kita masih tetap saja
memperioritaskan penampilan fisik ketimbang penampilan jiwa? Apakah
kita mengurus tubuh materi ini saja yang kemudian hari akan terbujur
kaku tanpa sepatah kata, bahkan untuk bergerakpun ia sudah tak mampu
lagi. Bagaimana dengan jiwa kita sesungguhnya saat kematian sudah
menjadi teman kehidupan? Apakah ia juga sama halnya dengan tubuh
materi yang terbujur kaku?
Kematian memang sesuatu yang sangat mengerikan sekaligus menakutkan.
Lantas banyak orang yang menstigmakan kematian itu adalah sesuatu
yang angker. Wajar saja jika kematian membuat kita menjauh darinya
karena beragam persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan yang
sesungguhnya. Mencoba menelaah lebih jauh makna sebuah kematian akan
membuat kita tidak lagi mementingkan sesuatu yang hanya terlihat
polesan luarnya saja. Sesungguhnya ada sesuatu yang lebih essensial
dibalik tubuh material ini. Jika saja kita lebih terfokus memikirkan
tubuh materi ini, maka sepenuhnya kita sudah banyak melangkah kejalan
kegamangan hingga membuat kita lupa makna kehidupan yang
sesungguhnya.
Betapa seringnya kita melupakan tubuh essensial didalam diri
kita hanya karena lebih memfokuskan diri terhadap tubuh fisik. Inilah
mengapa ketersinggungan itu seringkali menjadi teman disetiap
harinya, kita selalu merasa diri seperti ini dan itu, merasa lebih
dibandingkan dengan yang lainnya, hingga suatu ketika merasa diri
diremehkan, kita akan langsung saja tersinggung dan marah kepada
orang lain. Ini pertanda kita lebih terfokus pada konsep diri luar
saja ketimbang konsep diri yang sesungguhnya. Apakah yang demikian
itu pilihan sejatinya kehidupan ini disetiap harinya?
Merenung dalam-dalam arti kehidupan ini, tentu saja merawat tampilan
luar tidak lebih penting ketimbang merawat tampilan dalam yang
sesungguhnya mencerahkan dijalan kehidupan, bukan berarti mengabaikan
tampilan luar, sekali lagi bukan demikian maksudanya tulisan ini
teruraikan dihadapan pembaca yang budiman, namun yang sesungguhnya
memahami arti dibalik tirai kehidupan, hal yang terpenting adalah
bagaimana merawat dan menjaga tampilan dalam agar kita selalu hidup
dalam kebijaksanaan ditengan kancah kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar