Kengerian macam apa yang
selalu membayangi anda ketika berhadapan langsung dengan hujan deras
disertai gelegar petir bergemuruh tanpa henti-hentinya? Kira-kira
nasib apa yang akan anda hadapi ketika keluar rumah disaat cuaca
seperti itu? Jangankan keluar Rumah, mendengar gelegar petir yang
bergemuruh keras saja sudah membuat nyali menciut dengan sendirinya,
bukan?
Terus terang saja,
ketakutan seolah-olah menceburkan diri kedalam jiwa kita hingga
membuat kita merasa takut menghadapi situasi yang demikian itu.
Padahal cuaca yang seperti itu bukanlah pertanda azab dari Sang
Pencipta, hujan deras disertai gelegar gemuruh petir menjadi pertanda
berkah bagi bumi, tanpanya kehidupan dimuka bumi ini tidak akan bisa
bertumbuh dengan sendirinya. Kehidupan semua makhluk hidup dimuka
bumi tentu saja butuh air untuk bisa melangsungkan kehidupannya.
Begitupula kehidupan ini,
gemuruh kehidupan (Cobaan, Ujian, Stress, Depresi, dll.) mendatangkan
keberkahan bagi kehidupan ini jika kita mampu mengolahnya menjadi
sesuatu yang amat berharga bagi kehidupan kita diesok harinya.
Bukankah kita akan bertumbuh dari serangkaian masalah yang datang
silih berganti?
Gemuruh petir mendatangkan
berkah bersamaan dengan turunnya hujan karena kedatangannya sebagai
anugrah bagi semua makhluk hidup. Tidak saja itu, hujan mampu
menyeimbangkan kehidupan ini setelah beberapa priode waktu mengalami
masa kritis (Kering kerontang; Musim panas). Kita juga percaya bahwa
nasib buruk dan nasib baik silih berganti. Namun anehnya, kita
seringkali mengeluh ketika putaran roda kehidupan menjadikan kita
berada dibawah (stress, depresi, ujian, cobaan, dll.). Kita merasa
diperlakukan tidak adil oleh tuhan. Tapi begitu kehidupan ini
berputar lagi, kehidupan menjadi lebih baik, anugrah berlimpah,
justru membuat kita lupa diri.
Anehnya, kita lupa segala
Sesuatu yang telah berkontribusi positif bagi pertumbuhan kehidupan
ini. Jika terus-menerus seperti ini, kita tidak banyak mensyukuri
nikmat dan tidak bisa melatih otot-otot keihlasan lebih kuat lagi.
Keseimbangan diri sudah jauh pergi meninggalkan kita. Kekosongan jiwa
sudah mulai terasa, namun kesadaran ini justru datang saat kita sudah
duduk dikursi roda atau bahkan saat ajal akan menjemput. Saat itu
sudah tidak ada kesempatan banyak untuk merubah diri. Masa muda penuh
semangat sudah jauh meninggalkan kehidupan, kita hanya bisa meringkik
kesakitan dibalik penderitaan, penyesalan pun tidak bisa dielakkan
lagi.
Sebelum semuanya
terlambat, ada baiknya kita mencoba bertumbuh ditengah kehidupan ini
dengan segala konsekuensi yang berlaku. Coba kita merenung sejenak,
Hujan deras disertai gemuruh petir bukanlah pertanda azab, ketakutan
yang menghantui hanyalah sebagai ketakutan-ketakutan yang tidak perlu
dilebih-lebihkan. Alam bertutur demikian agar kita mau bercermin
darinya. Tidak banyak pelajaran yang akan kita dapatkan disaat kita
menutup diri dari pelajaran yang ada.
Hanya dengan membuka diri,
mengurangi rasa ketakutan, dan mengembalikan kembali segala
sesuatunya kepada Sang Pencipta akan dapat membuat kita lebih kuat,
lebih bisa mengenal makna kehidupan ini. Jika tidak demikian, rasa
ketakutan dan kehawatiran selalu saja menjadi bayangan yang tidak
pernah ingin lepas dari kehidupan ini karena kita telah mengambil
semua ketakutan itu masuk ke dalam diri. Ada baiknya kita mencoba
memberanikan diri melihat keluar ketika hujan mengguyur bumi,
barangkali disana kita melihat tetesan demi tetesan air hujan meresap
ke dalam tanah. Hal ini pertanda baik, hujan tidak hanya meresap
kedalam tanah, namun juga memberikan nuansa baru bagi pertumbuhan
semua makhluk lainnya.
Rasa ketakutan itu muncul
karena kita tidak merasakan indah segala macam sensasi yang sedang
menari-nari didepan pintu kehidupan. Bagi mereka yang menerima hujan
sebagai pertanda anugrah, mereka menyambutnya dengan senang hati,
tidak jarang mereka mengguyur tubuhnya ditengah percikan air langit
yang sedang asyiknya menyapa sang bumi. Seolah-olah langit sedang
menjalin komunikasi dengan bumi dengan bahasa kasih yang hanya bisa
dimengerti oleh langit dan bumi, tak seorangpun tahu pesan yang
disampaikannya.
Cobalah sejenak mencoba
memahami bahasa langit saat hujan mengguyur bumi, Alangkah indanya
jika saja kita melihat pemandangan saat itu sebagai moment terindah.
Bukankah warna indah pelangi terlihat saat hujan selesai mengisahkan
kisahnya dibentangan cakrawala diatas sana. Sangat indah bukan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar