Selasa, 12 Juni 2012

WooOoooIiiiiii, Jangan Minder donk...!!!


Betapa seringnya kita merasa tidak mampu melakukan sesuatu padahal kita mampu melakukannya, betapa seringnya kita merasa diri tidak pantas untuk mendapatkan sesuatu yang seyogyanya pantas untuk kita miliki. Kita beranggapan bahwa diri kita hanyalah seorang pecundang yang hanya bisa menikmati hidup dalam keterpurukan. Jika perasaan dan pikiran seperti itu muncul suatu ketika orang lain mengomentari kekurangan kita lantas kita menilai diri kita buruk, maka semestinya musuh yang sebenarnya bukanlah orang yang sedang mengkritik atau mencoba menjatuhkan reputasi kita dimata orang lain, musuh terdekat itu tidak lain adalah diri kita sendiri.

Seberapa pun kuatnya suatu keritikan pedas dari orang lain yang memang sengaja dilontarkan untuk diri kita, tidak akan ada pengaruhnya terhadap jatuhnya mental dalam diri jika kita benar-benar menyadari diri kita sepenuhnya seperti apa adanya tanpa suatu penyangkalan dan penghakiman terhadap diri sendiri berupa buruk sangka ataupun pikiran negative lainnya. Inilah bedanya mentalitas seorang pemenang dengan mentalitas seorang pecundang. Orang yang berjiwa pemenang akan mengharagai dirinya terlebih dahulu, sehingga apapun yang orang lain katakan akan mampu membentuk pencitraan dirinya lebih kuat dari hari ke hari tanpa harus membuatnya jatuh lumpuh tak berdaya.

Berbeda halnya dengan mentalitas seorang pecundang, baru saja mendapat kritikan dari orang lain, jiwanya mulai rapuh. Beragam penyangkalan bermunculan dalam benaknya hingga membuatnya tak mampu lagi berdiri; menilai dirinya hina dan tak akan pernah mampu lagi berdiri untuk menumbangkan segala aral yang melintang didepan sana. Beribu-ribu alasan bahkan berjuta-juta alasan yang muncul mengapa ia tidak pantas lagi berdiri karena kritikan orang lain. Sepenuhnya semua itu muncul dari perasangka buruk terhadap diri kita sendiri. Bukankah perasangka buruk berdampak besar terhadap bagaimana Saya, Anda, dan juga mereka menjalani hidup ini? semua orang tahu itu, namun tidak semua orang memahami dengan sepenuh hati mengapa mereka hidup dalam pola seperti itu.

Barangkali tepat untuk kita renungkan, kita memiliki keterbatsan. Namun bukan berarti keterbatasan itu melumpukan hidup kita dimasa mendatang. Dengan keterbatasan itulah kita bisa memahami diri kita yang sesungguhnya. Jika saja ada orang yang mengkritik kekurangan kita. Why not, kita terima apa adanya lantas tidak menghakimi diri sendiri dalam keterpurukan dan keterhinaan. Tuhan memang sengaja menitipkan kekurangan dalam diri kita agar kita bisa belajar kesempurnaan ditengah kehidupan ini. disamping itu pula, bukankah tuhan telah menanamkan potensi luar biasa didalam diri kita masing-masing sebagai suatu kelebihan yang layak untuk disyukuri? Benar sahabat. Kita tidak semestinya jatuh dalam kesedihan jika suatu waktu ada orang yang mengkritik secara pedas didepan mata kepala. Yang perlu dibangun adalah keyakinan dalam diri serta menanggalkan prasangka buruk terhadap orang lain, lebih-lebih berperasangka buruk terhadap diri sendiri.

Intinya adalah bagaimana cara kita mengendalikan diri disaat kritikan pedas disampaikan orang lain terhadap diri kita. Seberapapun kuat musuh dari luar sana untuk menumbangkan diri kita, tidak akan pernah ada artinya jika kekuatan besar telah terbangun dalam diri. Semua itu akan mampu kita raih dengan cara menggali diri kita terlebih dahulu, menanggalkan ke-egoan dan melihat potensi yang kita miliki yang telah tuhan karuniakan. Dengan demikian kita telah mampu membentuk pencitraan diri dengan lebih baik. Wajar saja jika banyak tetua bijaksana berpesan demikian; “Cara terbaik untuk dihargai oleh orang lain adalah menghargai diri sendiri.”

Jangan pernah menghakimi diri anda sebagai seorang pecundang. Mungkin saja kali ini pernah terlintas pikiran seperti itu ataupun pernah terjadi dalam kehidupan masa lalu kita. Namun untuk hari esok jangan pernah terulang kembali untuk kesekian kalinya. Karena penghakiman seperti itu tidak pernah memberikan sesuatu yang berarti dalam hidup, kecuali perasaan bersalah yang tak pernah berujung atau penggerusan mentalitas dalam diri hingga menyisakan kelumpuhan berbalutkan keterhinaan. Ada baiknya untuk terus menumbuhkan pikiran dan perasaan positif terhadap diri serta mencoba menanggalkan perasangka buruk yang selama ini begitu suburnya didalam hidup kita setiap harinya. Memang sulit untuk kita lakukan, tapi bukan berarti tidak mungkin bisa terjadi.

Inilah seni menjalani hidup, semuanya butuh usaha, semua terjadi dalam serangkaian peroses. Dan suatu saat nanti semua itu akan menjadi sahabat kehidupan yang selalu menyatu dalam genggaman kepemilikan ditangan kehidupan, cukupkanlah diri kita saat ini dengan suatu keyakinan bahwa tuhan akan benar-benar memudahkan jalan pada setiap pencapaian atas segala impian yang tertorehkan dalam lembaran jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar