Betapa seringnya kita merasa
tidak mampu melakukan sesuatu padahal kita mampu melakukannya, betapa seringnya
kita merasa diri tidak pantas untuk mendapatkan sesuatu yang seyogyanya pantas
untuk kita miliki. Kita beranggapan bahwa diri kita hanyalah seorang pecundang
yang hanya bisa menikmati hidup dalam keterpurukan. Jika perasaan dan pikiran
seperti itu muncul suatu ketika orang lain mengomentari kekurangan kita lantas
kita menilai diri kita buruk, maka semestinya musuh yang sebenarnya bukanlah
orang yang sedang mengkritik atau mencoba menjatuhkan reputasi kita dimata
orang lain, musuh terdekat itu tidak lain adalah diri kita sendiri.
Seberapa
pun kuatnya suatu keritikan pedas dari orang lain yang memang sengaja
dilontarkan untuk diri kita, tidak akan ada pengaruhnya terhadap jatuhnya
mental dalam diri jika kita benar-benar menyadari diri kita sepenuhnya seperti
apa adanya tanpa suatu penyangkalan dan penghakiman terhadap diri sendiri
berupa buruk sangka ataupun pikiran negative lainnya. Inilah bedanya mentalitas
seorang pemenang dengan mentalitas seorang pecundang. Orang yang berjiwa
pemenang akan mengharagai dirinya terlebih dahulu, sehingga apapun yang orang
lain katakan akan mampu membentuk pencitraan dirinya lebih kuat dari hari ke
hari tanpa harus membuatnya jatuh lumpuh tak berdaya.
Berbeda halnya dengan mentalitas
seorang pecundang, baru saja mendapat kritikan dari orang lain, jiwanya mulai
rapuh. Beragam penyangkalan bermunculan dalam benaknya hingga membuatnya tak
mampu lagi berdiri; menilai dirinya hina dan tak akan pernah mampu lagi berdiri
untuk menumbangkan segala aral yang melintang didepan sana. Beribu-ribu alasan
bahkan berjuta-juta alasan yang muncul mengapa ia tidak pantas lagi berdiri
karena kritikan orang lain. Sepenuhnya semua itu muncul dari perasangka buruk
terhadap diri kita sendiri. Bukankah perasangka buruk berdampak besar terhadap
bagaimana Saya, Anda, dan juga mereka menjalani hidup ini? semua orang tahu
itu, namun tidak semua orang memahami dengan sepenuh hati mengapa mereka hidup
dalam pola seperti itu.
Barangkali tepat untuk kita
renungkan, kita memiliki keterbatsan. Namun bukan berarti keterbatasan itu
melumpukan hidup kita dimasa mendatang. Dengan keterbatasan itulah kita bisa
memahami diri kita yang sesungguhnya. Jika saja ada orang yang mengkritik
kekurangan kita. Why not, kita terima apa adanya lantas tidak menghakimi diri
sendiri dalam keterpurukan dan keterhinaan. Tuhan memang sengaja menitipkan
kekurangan dalam diri kita agar kita bisa belajar kesempurnaan ditengah
kehidupan ini. disamping itu pula, bukankah tuhan telah menanamkan potensi luar
biasa didalam diri kita masing-masing sebagai suatu kelebihan yang layak untuk
disyukuri? Benar sahabat. Kita tidak semestinya jatuh dalam kesedihan jika suatu
waktu ada orang yang mengkritik secara pedas didepan mata kepala. Yang perlu
dibangun adalah keyakinan dalam diri serta menanggalkan prasangka buruk
terhadap orang lain, lebih-lebih berperasangka buruk terhadap diri sendiri.
Intinya adalah bagaimana cara kita
mengendalikan diri disaat kritikan pedas disampaikan orang lain terhadap diri
kita. Seberapapun kuat musuh dari luar sana untuk menumbangkan diri kita, tidak
akan pernah ada artinya jika kekuatan besar telah terbangun dalam diri. Semua
itu akan mampu kita raih dengan cara menggali diri kita terlebih dahulu,
menanggalkan ke-egoan dan melihat potensi yang kita miliki yang telah tuhan
karuniakan. Dengan demikian kita telah mampu membentuk pencitraan diri dengan
lebih baik. Wajar saja jika banyak tetua bijaksana berpesan demikian; “Cara
terbaik untuk dihargai oleh orang lain adalah menghargai diri sendiri.”
Jangan pernah menghakimi diri
anda sebagai seorang pecundang. Mungkin saja kali ini pernah terlintas pikiran
seperti itu ataupun pernah terjadi dalam kehidupan masa lalu kita. Namun untuk
hari esok jangan pernah terulang kembali untuk kesekian kalinya. Karena
penghakiman seperti itu tidak pernah memberikan sesuatu yang berarti dalam
hidup, kecuali perasaan bersalah yang tak pernah berujung atau penggerusan
mentalitas dalam diri hingga menyisakan kelumpuhan berbalutkan keterhinaan. Ada
baiknya untuk terus menumbuhkan pikiran dan perasaan positif terhadap diri
serta mencoba menanggalkan perasangka buruk yang selama ini begitu suburnya
didalam hidup kita setiap harinya. Memang sulit untuk kita lakukan, tapi bukan
berarti tidak mungkin bisa terjadi.
Inilah seni menjalani hidup, semuanya butuh
usaha, semua terjadi dalam serangkaian peroses. Dan suatu saat nanti semua itu
akan menjadi sahabat kehidupan yang selalu menyatu dalam genggaman kepemilikan
ditangan kehidupan, cukupkanlah diri kita saat ini dengan suatu keyakinan bahwa
tuhan akan benar-benar memudahkan jalan pada setiap pencapaian atas segala
impian yang tertorehkan dalam lembaran jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar