Kadang kita
bertanya-tanya, apa sebenarnya kelebihan yang kita miliki? Adalah
tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut di atas. Namun jika di
tanyakan demikian; “apa saja kekurangan yang engkau
miliki?” kita akan menjawabnya langsung tanpa perlu menguras
pikiran terlebih dahulu, sungguh amat gampang, bukan?. Gue
punya kekurangan ini dan itu, entah itu kurang pintar, kurang
ganteng, kurang seksi, kurang putih, kurang ng-trend, dan masih
banyak lagi kekurangan lainnya yang belum terlampirkan sebagai
jawaban atas sejumlah kekurangan yang kita rasakan benar-benar ada
dalam hidup kita, syukur-lah kita tidak termasuk dalam kategori
kurang ajar.
Konotasinya negatif banget
tuch, jadi gak ada yang kepengen di bilang kurang ajar, bukan?
Barangkali menjawab pertanyaan pertama terlihat lebih sulit di
bandingkan menjawab pertanyaan yang kedua. Padahal jika kita
merenungkannya lebih mendalam, Tuhan telah menciptakan diri kita
beserta atribut potensi diri yang ada di dalam diri kita
masing-masing.
Walau demikian, pertanyaan
pertama menjadi teka-teki dalam kehidupan kita, jujur saja, terasa
sulit untuk menjawabnya secara tegas dan lugas dengan suara yang
lantang. Seiring pertumbuhan usia yang semakin hari semakin
bertambah, kita merasa lebih mudah mengatakan kekurangan kita
pada orang lain atau entah itu kepada diri kita sendiri.
Terlebih lagi kekurangan
itu terlihat sangat kontras sekali jika kita membandingkan diri
dengan orang lain yang lebih mumpuni kehidupannya di bandingkan diri
kita yang kita rasakan pas-pasan atau bahkan merasa banyak kurangnya,
sehingga tidak jarang hal tersebut membuat kita semakin frustasi
melihat realitas kehidupan ini. Padahal kalau kita sadari, bahwasanya
tuhan telah menanamkan potensi yang sangat luar biasa di dalam diri
kita, namun kita tidak pernah menyadarinya karena terlalu sering
melihat diri dari cermin kekurangan yang membuat hidup terpojokkan,
termarjinalkan menjadi sosok individu yang selalu ketakutan melihat
hidup dan kehidupan diri sendiri yang terpuruk.
Coba tanyakan dan tegaskan
pertanyaan sekaligus penyataan beriku; Bukankah Tuhan selalu
memberikan kita kelebihan masing-masing yang berbeda satu sama
lainnya?
Tidak jarang diantara kita
membandingkan diri dengan orang lain tanpa terlebih dahulu melihat
kedalam diri masing-masing. Artinya melihat diri sendiri seutuhnya,
bercermin dari potensi yang ada akan membuat kita lebih percaya diri
akan potensi alamiah yang kita miliki. Kita tidak pernah tahu
kelebihan apa yang sebenarnya ada di dalam diri kita masing-masing
tanpa mencoba mengasahnya di dalam kehidupan ini, sayangnya
talenta luar biasa yang ada terabaikan begitu saja.
Boleh saja kita melihat
sisi kurangnya dalam hidup yang melekat bersama kehidupan pribadi
kita masing-masing, namun jangan sampai membuat hal demikian itu
menghambat pertumbuhan jiwa. seharusnya bertambahnya hari menjadikan
kita lebih tahu diri arti kehidupan kita di muka bumi ini, menyelami
samudra kehidupan di kedalam yang jauh di sana tentulah menghadirkan
kesadaran yang luar biasa.
Tidak ada yang sempurna,
namun dengan cara merefleksikan kesadaran diri akan
kesempurnaan Yang Maha Sempurna akan menganugrahkan kepercayaan diri
yang amat luar biasa untuk mengasah talenta-talenta luar biasa
yang selama ini tertidur lelap di atas pembaringan kehidupan yang
sangat empuk ini. Waah, kalau empuk, tidur lagi ahhhh.... jadi
teringat lagunya embah surip dech.... hehehe nyanyi bareng yuuks
“bangun tidur, tidur lagi, banguuuun, tidur lagi.... hahahaha.”
Cocok juga lagunya yach.
Berbicara banyak mengenai
topik “kekurangan”, saya tahu persis about my self, Saya
sangat tahu betul kekurangan saya di bidang matematis, sehingga
seringkali nilai ujian saya di bidang matematika atau hal-hal yang
berbau matematis seringkali pas-pasan saja. Syukur banget yach gak di
bidang mistis, pastinya serem banget tuch. Tapi kalau menghitung
uang, insyaallah saya masih bisa ngatasi, Hehehe.
Terus terang saja,
kemampuan menghitung saya sangat rendah sekali di bandingkan dengan
teman-teman lainnya yang kebanyakan lebih ahli dalam bidang
matematis, namun kekurangan itu tidak sampai membuat saya harus
menutup jurnal kehidupan saya saat sekarang ini, karena tidak wajar
kalau harus mati gantung diri karena tidak bisa menghitung. Iiihh
serem banget yach, mati gantung diri, bisa gentayangan donk. Nggak
banget dech. Mari kita teriakkan selogan; “NO GANTUNG DIRI, NO
BUNUH DIRI.” Kita semestinya sadar akan kelebihan kita di
bidang lainnya, dan kita akan memahami betul potensi yang ada di
dalam diri ini jika kita terus menerus mengasahnya dengan suatu usaha
yang maksimal dan sikap rill/ realistis yang bisa di
pertanggung jawabkan.
Apakah kelebihan itu
memang ada pada diri kita? Iya, memang ada! Sungguh kita memang
mempunyai potensi luar biasa yang tidak di miliki oleh orang lain,
boleh saja identik satu sama lain namun padadasarnya memiliki
karaktristik yang berbeda-beda. Kita pada dasarnya individu
yang unik dan tercipta memiliki kelebihan luar biasa. Tidak
salah kalau misalnya ada orang yang mengatakan kita terlihat unik,
karena pada dasarnya kita benar-benar individu yang unik.
Berbekal potensi
luar biasa di dalam diri yang berbeda satu sama lain, menjadikan kita
sebagai manusia profesional dalam menghargai hidup. Kalau
boleh meminjam istilah prekonomian ala nenek moyang, barangkali tepat
jika kita meminjam istilah barter, mengadakan barter atas potensi
diri orang lain yang tidak kita miliki untuk kita saling mengisi satu
sama lain.
Kita percaya bahwa
setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun sangat
di sayangkan jika hanya terfokus pada kekurangan yang kita miliki
saja. Tidak ada gunanya menutup diri dengan beragam alasan yang
sebenarnya tidak perlu di kemukakan, yaitu alasan akan segala macam
dan bentuk kekurangan yang kita miliki, toh juga orang lain tidak
akan menaruh rasa belas kasihan jika kita menyertakan beragam alasan
kekurangan yang kita miliki secara berlebihan.
Apakah
terus-terusan kita akan bertopeng “kekurangan”? Sampai
kapan kita akan melepaskan topeng tersebut dari wajah kehidupan ini
yang sangat mengharapkan kehadiran sosok seorang pemberani? Hanyalah
kesia-siaan yang akan kita dapatkan bagi kehidupan diri sendiri jika
tetap bertahan pada kemanisan topeng kekurangan.
Sungguh berbeda
dengan mereka yang meyakini diri sepenuh hati, percaya terhadap
potensi yang mereka miliki karena memang mereka di lahirkan
di muka bumi ini menjadi seorang yang mampu mengasah anugrah sang
pencipta berupa pemeberian potensi ataupun suatu kelebihan yang tidak
di miliki oleh orang lain, dalam keyakinan mereka; bahwasanya mereka
di ciptakan untuk menjadi seorang yang tangguh sekaligus pemberani
untuk menaklukkan segala aral dan rintangan di tengah kehidupan ini,
percaya diri bukan berarti kesombongan akan kelebihan yang
ada, justru percaya terhadap kelebihan yang ada merupakan suatu
bentuk kesyukuran yang tinggi akan karunia Tuhan yang di
tempatkan di dalam diri kita masing-masing.
Apakah untuk
menjadi diri sendiri di butuhkan postur tubuh yang tinggi? Atau juga
mungkin suatu keharusan untuk memiliki tubuh yang langsing?
Sesungguhnya kita di nilai oleh orang lain dari kacamata kebaikan
yang pernah kita torehkan, bukan hanya sekedar bentuk belaka, orang
lain lebih menghargai kebaikan yang kita miliki, menghargai rasa
percaya diri kita untuk melakukan sesuatu atas potensi yang pada
dasarnya melekat di dalam diri kita masing-masing untuk kita
maksimalkan bagi kemajuan personal dan juga untuk kebaikan bagi orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar