Senin, 18 Juni 2012

Andai saja Tuhan gak berbuat baik kepada kita, apa jadinya hidup ini yach???


Betapa baiknya Tuhan kepada kita, bukankah tuhan memberikan lebih banyak nikmat dari apa yang sebenarnya kita butuhkan. Namun kenapa kita masih saja merasa kurang cukup. Jangan-jangan kita sudah di jejali syndrome kekurangan chronic. Kalau bergini terus, kapan kita akan merasa berkecukupan dan membuka diri agar mau mensyukuri nikmat yang telah tuhan berikan ini?.

Memang banyak kekurangan yang kita miliki, namun bukan berarti kita tidak memiliki kelebihan sama sekali dalam hidup ini. Mungkin hanya sekedar perasaan kita saja yang merasa diri kurang. Padahal begitu melimpahnya nikmat yang telah tuhan anugrahkan kepada kita semua tapi tetap saja kita merasa ada yang kurang dalam diri ini. Entah sampai kapan kita akan terus bersembunyi di balik label “kekurangan” ini tanpa merasa cukup untuk terdorong hasrat dari dalam hati mensyukuri segala karunia yang telah Tuhan berikan secara Cuma-Cuma.

Di zaman ini, siapa sich yang bakal menolak jika di berikan sesuatu secara Cuma-Cuma alias gratis.. wah, kalau hidup gratisan terus, enak banget tuch!!!. Tapi apakah iya kita akan terus menadahkan tangan ke atas, mengharapkan uluran tangan dari orang lain padahal kita sendiri memiliki kemampuan, kekuatan dan potensi luar biasa untuk membuat hidup kita jauh lebih baik. Mungkin saat ini kita kurang percaya diri kepada kemampuan yang kita miliki hingga kita lebih sering melihat ketidak mampuan kita di bandingkan potensi-potensi luar biasa yang sebenarnya ada dan barangkali saat ini potensi luar biasa tersebut sedang tidur lelap di dalam jiwa kita masing-masing.

Andai saja tuhan mengambil kembali, atau dengan bahasa kasarnya  mencabut salah satu nikmat yang telah di berikannya kepada kita, mungkin kita akan merasakan ada sesuatu yang kurang atau tidak beres dengan hidup kita sendiri. Kebanyakan manusia akan lebih mengerti arti sesuatu atas apa-apa yang dimiliki saat setelah kepemilikan itu tidak lagi ada di genggaman tangan kehidupannya. Entah mengapa kita selalu begitu, padahal tuhan telah memberikan segala sesuatu yang terbaik kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu di kasihinya.

Hanya saja kita jarang sekali mencintai diri kita sendiri sehingga kita melupakan naluri alamiah kita untuk mensyukuri apa yang kita miliki. Jangan-jangan merasa diri kurang telah menjadi suatu yang membuat kita terlena atau barangkali sifat demikian sudah menjadi habituatif (menjadi suatu; kebiasaan) kita sehari-harinya? Cukup di jawab dalam hati saja dech! Upppps, ntar ketahuan sama orang lain. Khan gak enak banget tuch kalau ada yang tahu. Heeemmm…

Kita seringkali tidak menyadari ketika mengatakan pada diri sendiri, saya kurang mumpuni melakukan hal seperti itu, jadi mana bisa saya melakukannya sebagaimana yang anda inginkan? Atau mungkin juga mengatakan demikian; saya memiliki banyak sekali kekurangan di bandingkan orang lain hingga saya sendiri tidak tahu hidup saya akan menjadi seperti apa?.

Jika masih ada ungkapan seperti itu menggaung keras dan selalu saja menghantui jiwa, kapan lagi kita akan berani menampilkan diri dengan gagah berani dan berucap demikian; “bahwa tuhan telah memberikan karunia lebih atas hidup saya saat sekarang ini dan sampai kapanpun itu dan akan selalu mensyukuri karunia tuhan ini.” Tuhan tidak pernah mempersempit kehidupan kita, namun justru kita sendirilah yang telah mempersempit ruang hidup kita sendiri.

Kita telah membuat jeruji besi bagi kehidupan kita sendiri, dan kitalah jualah yang bakal menikmati keterasingan ini. Saya teringat dengan kisah beberapa tahun yang lalu, mengingatkan kembali cerita seorang sahabat yang sedang menjalani masa tahanan di salah satu Rumah Tahanan Negeri (RUTAN) di Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Salah seorang klien yang saya anggap sudah menjadi sahabat, dia telah mau berbagi banyak dengan saya tentang kehidupannya, mengapa dia harus terkukung di balik jeruji besi.

Sahabat tersebut bercerita banyak tentang mengapa ia sampai menikmati sisa hidupnya di balik jeruji besi yang sangat tidak mengenakkan itu, ternyata semua itu tidak lain karena factor kesalahan diri yang sebenarnya ia sadari sepenuhnya bahwasanya perbuatan tersebut melanggar hukum (kasusnya gak boleh di pampang, rahasia lho, yang jelas pelanggaran hokum, cukup yach!). Namun apa mau di kata, ia kini harus menjalani sisa masa tahanannya sebagai akibat dari apa yang ia lakukan. Ia sadari sepenuhnya akan arti sebuah kebebasan hidup di saat ia telah mendekam di ruangan yangat sempit, di balik jeruji besi itulah ia kini harus berjuang untuk bisa menikmati kebebasan itu lagi.

Saatnyalah mengubah cara pandang kita akan arti hidup dan kehidupan sendiri, jangan sampai kita seperti sahabat tadi yang baru menyadari arti penting kebebasan hidupnya setelah mendekam di balik sel tahanan. Jangan-jangan kita seperti itu, terkurung dalam kehidupan sendiri karena ketidak bahagiaan akan karunia tuhan yang melimpah ini. merasa diri kurang di saat karunia nikmat itu ada di depan mata dan kita menyaksikannya sendiri secara langsung dengat mata telanjang (sorry dech kalau  pakai bahasa yang sedikit kurang enak di dengar, peace ^_^).

Andai saja kita meyakinkan diri dengan sepenuh hati bahwasanya kita benar-benar berani untuk melawati aral kehidupan ini, barangkali kita sudah sejak dahulu menjadi seorang mahapatih yang sangat di banggakan oleh kehidupan ini, tidak ada salahnya memulai saat sekarang ini sebelum semuanya terlambat, syukurilah apa yang kita miliki ini sebagai suatu persembahan terindah yang pernah di berikan oleh sang pencipta, dan yakinlah bahwa pemeberian itu adalah limited edition yang tidak di berikan kepada orang lain karena kita adalah manusia terpilih, percayalah pada diri sendiri bahwa kita mampu untuk mengurai atmosfir kehidupan ini menjadi indah.

Kita memiliki dua tangan untuk dapat menggenggam erat kehidupan ini supaya tidak pegi meninggalkan kita sendiri di sini, di tempat inilah banyak orang terlihat bebas namun pada hakikatnya hidup di belakang sel tahanan kehidupan, apakah kita menginginkah kehidupan yang demikian?. (sorry dech kalau bertanya terus, nggak enak kalau di bilang cerewet. hihi)

Tidak ada gunanya bertutur pada oang lain dan lebih-lebih kepada kehidupan akan segala macam kekurangan yang kita miliki, sungguh kita tidak akan pernah percaya diri sendiri jikalau hanya berlutut pada label “kekurangan” yang barangkali masih tertempel di wajah hati kita masing-masing.

Saatnya membuka label “kekurangan” tersebut dan menggantikannya dengan label “kelebihan dan kesyukuran” sehingga kita tidak lagi di stigmakan sebagai seorang pecundang kehidupan. Kapan lagi kita akan berani mencabutnya jika tidak memberanikan diri saat ini juga. Sungguh kendali kehidupan ini berada di tangan kita. Bukankah tuhan telah menunjuk makhluk yang luar biasa untuk menggantikannya di muka bumi ini sebagai seorang khalifah. Tahukah anda siapa makhluk yang luar biasa tersebut yang telah di tunjuk tuhan? Dialah manusia, dan manusia yang telah di tunjuk itu adalah tidak lain diri anda sendiri. Maka berbahagialah atas karunia ini. tuhan tidak salah orang dalam memberikan amanat yang sangat luar biasa ini.

Berkeyakinan bahwasanya kita pantas untuk menjadikan hidup kita lebih baik adalah perlambang kesyukuran yang tinggi. Mau untuk mengakui potensi luar biasa di dalam diri serta memupuk rasa syukur atas anugrah Sang Pencipta akan dapat menghadirkan rasa rendah hati dan akan mampu membebaskan kehidupan kita masing-masing dari segala macam bentuk kemelaratan yang suatu saat akan menggerogoti hidup kita secara perlahan namun pasti hingga pada akhirnya kita menjadi sosok seorang manusia yang sangat rapuh.

Bukankah dengan sikap kerendahan hati pula kita telah menjadi seorang manusia yang mau bertutur sejujurnya bahwa tuhan telah memberikan segala macam karunia tak terbatas atas kehidupan kita. Kehormatan kita akan semakin tinggi jika kita mengakui kekurangan yang ada di dalam diri ini dan mensyukuri kelebihan yang kita miliki. Suatu kearifan di dalam hidup ini karena kita telah saling melengkapi akan kurang kita pada kelabihan yang di miliki oleh orang lain, karena sejujurnya kita telah di ciptakan untuk saling melengkapi satu sama lain. Inilah makna kesyukuran akan kekurangan dan kesyukuran atas karunia kelebihan yang tuhan berikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar