Betapa baiknya
Tuhan kepada kita, bukankah tuhan memberikan lebih banyak nikmat dari
apa yang sebenarnya kita butuhkan. Namun kenapa kita masih
saja merasa kurang cukup. Jangan-jangan kita sudah di jejali syndrome
kekurangan chronic. Kalau bergini terus, kapan kita akan merasa
berkecukupan dan membuka diri agar mau mensyukuri nikmat yang telah
tuhan berikan ini?.
Memang banyak
kekurangan yang kita miliki, namun bukan berarti kita tidak memiliki
kelebihan sama sekali dalam hidup ini. Mungkin hanya sekedar
perasaan kita saja yang merasa diri kurang. Padahal begitu
melimpahnya nikmat yang telah tuhan anugrahkan kepada kita semua tapi
tetap saja kita merasa ada yang kurang dalam diri ini. Entah
sampai kapan kita akan terus bersembunyi di balik label “kekurangan”
ini tanpa merasa cukup untuk terdorong hasrat dari dalam hati
mensyukuri segala karunia yang telah Tuhan berikan secara Cuma-Cuma.
Di zaman ini, siapa sich
yang bakal menolak jika di berikan sesuatu secara Cuma-Cuma alias
gratis.. wah, kalau hidup gratisan terus, enak banget tuch!!!. Tapi
apakah iya kita akan terus menadahkan tangan ke atas, mengharapkan
uluran tangan dari orang lain padahal kita sendiri memiliki
kemampuan, kekuatan dan potensi luar biasa untuk membuat hidup kita
jauh lebih baik. Mungkin saat ini kita kurang percaya diri
kepada kemampuan yang kita miliki hingga kita lebih sering melihat
ketidak mampuan kita di bandingkan potensi-potensi luar biasa yang
sebenarnya ada dan barangkali saat ini potensi luar biasa
tersebut sedang tidur lelap di dalam jiwa kita masing-masing.
Andai saja tuhan
mengambil kembali, atau dengan bahasa kasarnya mencabut salah
satu nikmat yang telah di berikannya kepada kita, mungkin kita akan
merasakan ada sesuatu yang kurang atau tidak beres dengan hidup kita
sendiri. Kebanyakan manusia akan lebih mengerti arti sesuatu
atas apa-apa yang dimiliki saat setelah kepemilikan itu tidak lagi
ada di genggaman tangan kehidupannya. Entah mengapa kita selalu
begitu, padahal tuhan telah memberikan segala sesuatu yang terbaik
kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya yang selalu di kasihinya.
Hanya saja kita
jarang sekali mencintai diri kita sendiri sehingga kita melupakan
naluri alamiah kita untuk mensyukuri apa yang kita miliki.
Jangan-jangan merasa diri kurang telah menjadi suatu yang membuat
kita terlena atau barangkali sifat demikian sudah menjadi habituatif
(menjadi suatu; kebiasaan) kita sehari-harinya? Cukup di jawab dalam
hati saja dech! Upppps, ntar ketahuan sama orang lain. Khan gak enak
banget tuch kalau ada yang tahu. Heeemmm…
Kita seringkali tidak
menyadari ketika mengatakan pada diri sendiri, saya kurang mumpuni
melakukan hal seperti itu, jadi mana bisa saya melakukannya
sebagaimana yang anda inginkan? Atau mungkin juga mengatakan
demikian; saya memiliki banyak sekali kekurangan di
bandingkan orang lain hingga saya sendiri tidak tahu hidup saya akan
menjadi seperti apa?.
Jika masih ada ungkapan
seperti itu menggaung keras dan selalu saja menghantui jiwa, kapan
lagi kita akan berani menampilkan diri dengan gagah berani dan
berucap demikian; “bahwa tuhan telah memberikan karunia
lebih atas hidup saya saat sekarang ini dan sampai kapanpun itu dan
akan selalu mensyukuri karunia tuhan ini.” Tuhan tidak
pernah mempersempit kehidupan kita, namun justru kita sendirilah yang
telah mempersempit ruang hidup kita sendiri.
Kita telah membuat
jeruji besi bagi kehidupan kita sendiri, dan kitalah jualah yang
bakal menikmati keterasingan ini. Saya teringat dengan kisah
beberapa tahun yang lalu, mengingatkan kembali cerita seorang sahabat
yang sedang menjalani masa tahanan di salah satu Rumah Tahanan Negeri
(RUTAN) di Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Salah seorang
klien yang saya anggap sudah menjadi sahabat, dia telah mau berbagi
banyak dengan saya tentang kehidupannya, mengapa dia harus terkukung
di balik jeruji besi.
Sahabat tersebut bercerita
banyak tentang mengapa ia sampai menikmati sisa hidupnya di balik
jeruji besi yang sangat tidak mengenakkan itu, ternyata semua itu
tidak lain karena factor kesalahan diri yang sebenarnya ia sadari
sepenuhnya bahwasanya perbuatan tersebut melanggar hukum (kasusnya
gak boleh di pampang, rahasia lho, yang jelas pelanggaran hokum,
cukup yach!). Namun apa mau di kata, ia kini harus menjalani sisa
masa tahanannya sebagai akibat dari apa yang ia lakukan. Ia
sadari sepenuhnya akan arti sebuah kebebasan hidup di saat ia telah
mendekam di ruangan yangat sempit, di balik jeruji besi itulah ia
kini harus berjuang untuk bisa menikmati kebebasan itu lagi.
Saatnyalah mengubah cara
pandang kita akan arti hidup dan kehidupan sendiri, jangan sampai
kita seperti sahabat tadi yang baru menyadari arti penting kebebasan
hidupnya setelah mendekam di balik sel tahanan. Jangan-jangan
kita seperti itu, terkurung dalam kehidupan sendiri karena ketidak
bahagiaan akan karunia tuhan yang melimpah ini. merasa diri kurang di
saat karunia nikmat itu ada di depan mata dan kita
menyaksikannya sendiri secara langsung dengat mata telanjang (sorry
dech kalau pakai bahasa yang sedikit kurang enak di dengar,
peace ^_^).
Andai saja kita
meyakinkan diri dengan sepenuh hati bahwasanya kita benar-benar
berani untuk melawati aral kehidupan ini, barangkali kita sudah sejak
dahulu menjadi seorang mahapatih yang sangat di banggakan oleh
kehidupan ini, tidak ada salahnya memulai saat sekarang ini
sebelum semuanya terlambat, syukurilah apa yang kita miliki ini
sebagai suatu persembahan terindah yang pernah di berikan oleh sang
pencipta, dan yakinlah bahwa pemeberian itu adalah limited
edition yang tidak di berikan kepada orang lain karena
kita adalah manusia terpilih, percayalah pada diri sendiri bahwa kita
mampu untuk mengurai atmosfir kehidupan ini menjadi indah.
Kita memiliki dua tangan
untuk dapat menggenggam erat kehidupan ini supaya tidak pegi
meninggalkan kita sendiri di sini, di tempat inilah banyak orang
terlihat bebas namun pada hakikatnya hidup di belakang sel tahanan
kehidupan, apakah kita menginginkah kehidupan yang demikian?. (sorry
dech kalau bertanya terus, nggak enak kalau di bilang cerewet. hihi)
Tidak ada gunanya bertutur
pada oang lain dan lebih-lebih kepada kehidupan akan segala macam
kekurangan yang kita miliki, sungguh kita tidak akan pernah
percaya diri sendiri jikalau hanya berlutut pada label “kekurangan”
yang barangkali masih tertempel di wajah hati kita masing-masing.
Saatnya membuka
label “kekurangan” tersebut dan menggantikannya dengan label
“kelebihan dan kesyukuran” sehingga kita tidak lagi di
stigmakan sebagai seorang pecundang kehidupan. Kapan lagi kita akan
berani mencabutnya jika tidak memberanikan diri saat ini juga.
Sungguh kendali kehidupan ini berada di tangan kita. Bukankah tuhan
telah menunjuk makhluk yang luar biasa untuk menggantikannya di muka
bumi ini sebagai seorang khalifah. Tahukah anda siapa makhluk
yang luar biasa tersebut yang telah di tunjuk tuhan? Dialah manusia,
dan manusia yang telah di tunjuk itu adalah tidak lain diri anda
sendiri. Maka berbahagialah atas karunia ini. tuhan tidak
salah orang dalam memberikan amanat yang sangat luar biasa ini.
Berkeyakinan
bahwasanya kita pantas untuk menjadikan hidup kita lebih baik adalah
perlambang kesyukuran yang tinggi. Mau untuk mengakui
potensi luar biasa di dalam diri serta memupuk rasa syukur atas
anugrah Sang Pencipta akan dapat menghadirkan rasa rendah hati dan
akan mampu membebaskan kehidupan kita masing-masing dari segala macam
bentuk kemelaratan yang suatu saat akan menggerogoti hidup kita
secara perlahan namun pasti hingga pada akhirnya kita menjadi sosok
seorang manusia yang sangat rapuh.
Bukankah dengan
sikap kerendahan hati pula kita telah menjadi seorang manusia yang
mau bertutur sejujurnya bahwa tuhan telah memberikan segala macam
karunia tak terbatas atas kehidupan kita. Kehormatan kita
akan semakin tinggi jika kita mengakui kekurangan yang ada di dalam
diri ini dan mensyukuri kelebihan yang kita miliki. Suatu
kearifan di dalam hidup ini karena kita telah saling melengkapi akan
kurang kita pada kelabihan yang di miliki oleh orang lain, karena
sejujurnya kita telah di ciptakan untuk saling melengkapi satu sama
lain. Inilah makna kesyukuran akan kekurangan dan kesyukuran atas
karunia kelebihan yang tuhan berikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar