Sabtu, 22 September 2012

Mengapa engkau terlihat layu nan sayu menatap mentari pagi ini, jiwaku?

Mengapa engkau terlihat layu nan sayu menatap mentari pagi ini, jiwaku?
Kaudapatikah segala kelemahan yang melekat didalam dirimu ditengah perjalanan waktu?
Atau mungkin engkau tlah mendengar caci dan makian mereka tentang dirimu?
Aku melihat tetesan air mata yang menetes diantara luka yang menghiasi sekujur tubuhmu
Aku pun mendengar isak tangis yang engkau nyanyikan saat kepedihan menyapa kehidupan
Akankah engkau kini sudah tidak lagi terlihat tegar menapaki garis waktu diatas hidup ini?
Sampai kapan engkau meratapi diri dan kesedihan ini dalam isak tangis dan pilu?
Tidakkah engkau mencoba menikmati betapa indahnya senyumanmu waktu dulu
Memoar kisah kenangan yang pernah tertorehkan disetiap perjalanan dan persinggahan waktu
Wahai jiwaku. Engkau dahulunya raja yang mampu menundukkan segala ratapan kesedihan
Menundukkan hadirnya wajah sayu dan layu dengan kemegahan kesadaranmu
Tetapi mengapa engkau kini meringkuk membeku didalam penjara duka yang tak berkesudahan
Engkau layaknya budak dan hamba sahaya yang hanya hidup dibawah perintah tuannya

Mengapa engkau tertatih dan terlunta-lunta penuh derita, Jiwaku?
Akankah semua kesedihan itu hadir karena tuntutan demi tuntutan yang memperbudakmu?
Ataukah engkau terlalu banyak mencibir kekurangan yang telah menempel disekujur tubuhmu?
Mengapa engkau selalu berkata “Mengapa waktu tidak pernah berpihak kepadaku?”
Bahkan terkadang engkau hanya memimpikan kehidupan didepan sana?
Mungkinkah engkau ingin meninggalkan wujud asli dirimu dan mengais-ngais kesengsaraanmu?

Mengapa jiwaku tidak lagi seperti dulu, berlaku bijak dalam melihat artian kehidupan ini?
Cobalah untuk berlaku adil kepada dirimu yang kini menangis dalam sesal dan pilu
Cobalah mengingat pisau maut yang suatu saat datang menghampirimu dipenghujung waktu
Engkau tidak pernah tahu kapan akhir kedipan waktu, Jiwaku.
Akhiri saja penderitaan ini dan jangan pernah tangisi ia lagi
Dan maafkanlah aku wahai jiwaku. Maafkanlah daku yang selalu memojokkanmu
Kau sepenuhnya telah mencicipi betapa getirnya kesedihan duka dalam wujud aslinya
Engkaupun telah merengkuh kehidupan indah saat kesadaran menjadi temanmu disetiap waktu

Maafkanlah masa lalu… Maafkanlah apa yang telah berlalu, jiwaku.
Telah kau liputi segenap waktu dengan kerelaanmu yang tulus itu
Hapuslah segala kesalahan yang mencabik-cabik seluruh tubuhmu
Sembuhkanlah semua luka yang masih membekas itu dengan balutan Maafmu

Bangkitlah dari keterpurukanmu… Bangkitlah dan lekas berdiri menundukkan kelumpuhanmu
Telah kau singkirkan segala penderitaan yang telah mematahkan semangat juangmu
Buanglah segala beban yang membebani punggungmu dalam wajah tuntutan tak berkesudahan
Singsingkanlah segala ke-naifan yang selama ini menundukkan keberanianmu

Tataplah warna terindah kehidupan ini, jiwaku
Rasakan segala kerinduan yang dikaruniakan Sang kasih ditengah pergolakan kehidupan
Hapuslah tetesan air mata yang mengalir agar engkau mampu menatap keindahan panorama
Sudahi saja rintihan pilu yang memerahkan ranumnya bola mata

Berlarilah engkau wahai jiwaku. Berlarilah melintasi gurun waktu
Langkahi saja gunung yang menjulang tinggi dihadapanmu
Tinggalkan segala kesengsaraan yang tergeletak lemas tak berdaya didasar jurang
Kali ini engkau akan sampai dipucuk kehidupan, menatap lepas artian indah yang membentang
Tetaplah berlari dan Tumpahkanlah saja rasa sakit yang menusuk relung hati yang paling dalam
Cabut saja perih yang menempel dikaki dan sudahi rasa perih yang telah sepenuhnya melukai

Wahai jiwaku. Bergegaslah engkau pergi meninggalkan kehidupan yang fatamorgana ini
Bentangkan saja sayap kesadaran yang sepenuhnya mengilhami pemahaman terdalam
Dan ayunkan saja untaian tasbihmu kepada Sang Kasih yang telah mencelupkan Ilmu dan Iman
Bergegaslah engkau terbang menuju Tarian semesta yang menyuguhkan kebahagiaan
Sudahi saja segala tangis kesedihan diatas pijakan bumi manusia
Dan berikanlah senyuman terindahmu sebagai wujud kasih dan kesyukuran
Keep Spirit For Our Life Better.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar