Jumat, 21 September 2012

kehidupan ini berbicara bukan mengenai berapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita menjalani hidup

Sebuah ungkapan sederhana bertutur bijak kepada kita, “kehidupan ini berbicara bukan mengenai berapa lama kita hidup, tetapi bagaimana kita menjalani hidup yang telah tuhan karuniakan dalam keberlimpahan ditengah pentas kehdiupan.” Ini artinya kehidupan sedang berbicara kepada kita tentang kualitas hidup seseorang, bukan seberapa lama seorang hidup diatas muka bumi ini. Boleh saja kita mendambakan usia yang panjang, namun tiadalah artinya usia yang panjang sampai membuat kita berbaring dalam renta ketika menua jika didalam usia tersebut tidak pernah ada kebaikan yang kita torehkan bagi kehidupan kita sendiri, pun juga kepada orang lain. Artinya kualitas kehidupan seseorang tidak ditentukan oleh seberapa lama ia bercokol dibumi ini, namun seberapa banyak kualitas kehidupan yang ia persembahkan bagi kehidupan. Benih-benih kebaikan yang ditanamkan menjadikan awal sebuah pembebasan.

Tentu saja kualitas hidup seseorang ditentukan oleh ragam kebaikan dan kebajikan yang ia persembahkan dalam keseharian. Dalam kitab suci manapun, tuhan selalu menekankan arti kehidupan luar biasa, kehidupan menakjubkan, kehidupan yang didalamnya diwarnai oleh ragam kebaikan. Ini menyadarkan kita tentang satu pelajaran berharga bertutur bijaksana; tidak semua orang memiliki umur panjang, namun setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menciptakan kehidupan yang berkualitas melalui upayanya untuk menjadi diri pribadi terbaik yang pernah terlahir dimuka bumi ini. Bagi mereka yang memanfaatkan usianya untuk menebar kebajikan, kebermaknaan hidup tidak akan pernah lepas mengikuti jalan setapak yang sudah, sedang dan akan dilaluinya, walau usianya hanya sebatas saja, akan tetapi karunia hidup bertumbuh berlimpah disetiap harinya. Inilah dambaan setiap manusia, dambaan saya, anda, dan juga mereka.

Hanya mereka yang terus memacu diri dalam pencarian diri guna menemukan kualitas kehidupan yang luar bisa yang nantinya tercerahkan hidupnya. Oleh karena itu, tentu saja kita harus mengetahui hal-hal apa yang memang harus dilakukan oleh seseorang agar kehidupannya terbebaskan sebagai bekal untuk menggapai kehidupan yang diurapi berkah Tuhan.

Sahabat pembaca yang budiman. Salah satu key word untuk mengakses kebaikan itu adalah ketika kehidupan seseorang dipenuhi oleh kelenturan hati untuk berbelas kasih. Ketika seseorang mulai memberikan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain, hidupnya akan terbebaskan. Ini artinya kebahagiaan yang dimimpikan sebagai cara untuk pembebasan diri dari ragam kemelekatan sejalan dengan “HASRAT UNTUK MEMBERI”.

Sejatinya memberi tidak terbatas pada pemahaman yang sempit pada suatu objek tertentu, misalnya saja dalam benak kebanyakan orang; memberi identik dengan berbagi harta benda, sedangkan mereka yang miskin hanya bisa menerima, tidak lebih dari itu. Sungguh tidak demikian, cukupkanlah pemikiran yang demikian tidak lagi bercokol didalam diri kita saat ini, sebenarnya apapun yang menjadi karunia tuhan dalam diri kita saat ini sangat potensial untuk bisa disebar luaskan kepada siapapun orang. Senyumanpun akan sangat luar biasa artinya ketika kita tulus untuk memberikannya kepada siapapun, begitupula dalam ragam kebaikan kecil lainnya, sederhana, namun sungguh sangat luar biasa.

Sesederhana embun yang datang dipagi hari, sedikit adanya namun bermakna disetiap harinya. Begitu juga dalam permisalan lain dalam bahasa sederhana alam. Ini menyadarkan kita satu hal; Berbagi yang sesungguhnya adalah ketika kita mulai menyadari peran dan fungsi kita lantas menebar kasih sepenuh hati. Inilah memberi yang tidak terikat kemelekatan sebagaimana pikiran yang terbersit didalam benak setiap orang.

Kita seringkali berfikir bahwa kita akan bisa menikmati kebahagiaan luar biasa ketika kita menerima ragam pemberian dari kehidupan ini, menerima dan menerima yang kita yakini sebagai kebebasan luar biasa, sesungguhnya tidak demikian dan tidak demikian adanya, kebahagiaan ternyata ada saat orang mau untuk memberi dengan setulus hati kepada orang lain. Sekali lagi, Memberi tidak harus dengan berbagi harta benda, namun memberikan kebaikan apa yang kita miliki kepada orang lain dengan setulus hati, itulah memberi yang sesunggunya. Tiadalah artinya pemberian yang banyak tanpa diikuti oleh ketulusan hati untuk berbagi.

Kualitas memberi dalam kehidupan seseorang akan sangat menentukan kualitas kebermaknaan dalam hidupnya. Inilah yang sering disebut orang “BERKAH HIDUP” yang berlimpah ruah;kehidupan yang menakjubkan. Sebagaimana yang diuraikan didalam Al-Kitab, “sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, jadilah diri seorang pemberi, seorang yang rela untuk memberi dengan hati yang ikhlas penuh suka cita. Tidak harus menantikan umur panjang untuk bisa berbuat baik atau sekedar mengidam-idamkannya, namun berbuat baiklah untuk menuai umur yang panjang dalam berkah yang mengagumkan, inilah kesempatan kita untuk menemukan berkah kehidupan yang luar biasa sebagaimana yang dijanjikan tuhan, karena sungguhnya kehidupan akan menawan disetiap harinya, tersenyum dan datang menyapa kepada kita semua jika kita menyambutnya dengan penuh suka cita. Keep spirit for our life better…

1 komentar: