Jika tidak seorangpun yang mengizinkan dirinya
dikendalikan oleh orang lain atau entah itu oleh siapapun juga, maka
tiada lain yang bisa dilakukan terkecuali berusaha untuk menjadi diri
sendiri seutuhnya. Mungkin teramat sombong sekali kedengarannya jika
ada orang yang merasa dirinya lahir dan tercipta tanpa kehadiran orang
lain, namun sesungguhnya bukan karena suatu alasan kesombongan untuk
menjadi diri sendiri suatu hal yang terlihat naïf dan salah, bukan pula
menjadi diri sendiri itu menjadi aib dan dipandang sebelah mata,
semata-mata bukan itu tujuan akhir dari kesemuanya itu, sesungguhnya
melihat diri seutuhnya akan menjadikan seorang bertumbuh dalam sikap
yang dewasa dan menuntunnya menemukan kehidupan yang luar biasa.
Sekali-kali
bukan bermaksud untuk menapikan kehadiran orang lain untuk menuntun
jalan hidup pada suatu pencapaian yang luar biasa dan menabjubkan
ditengah pentas kehidupan ini, semata-mata untuk menempatkan diri pada
orientasi dan focus akan hal-hal positif terhadap diri tanpa harus
melihatnya sebelah mata, dengan kehadiran orang lain kita bisa mencipta
hidup yang luar biasa, inilah khasanah yang sangat menabjubkan saat
membuka mata dan disaat kita terbiasa diluar agar kehidupan menjadi
luar biasa.
Dengan kehadiran
orang lain kita bisa mengakses beragam pengalaman hidup yang belum
pernah kita alami sebelumnya, semua itu merupakan asset yang mahal yang
harus kita bayar dengan kemauan diri untuk terus belajar bagi
pertumbuhan diri dihari esok. Orang lain disini sebagai warna bagi
kehidupan kita, dan kita jualah yang memilih warnanya. Kombinasi corak
warna yang beragam akan sangat indah jika kita benar-benar mampu
merangkainya, lantaran itu corak warna indah itu milik kita, milik diri
sendiri saat menjadi diri seutuhnya.
Kita sepenuhnya sadar, keperibadian yang kita miliki tidak akan pernah
sama dengan semua orang. Kita mungkin menjalin sebuah hubungan dan
interaksi sosial dengan beberapa orang didalam hidup. Inilah kesempatan
kita dimana setiap orang akan bisa melengkapi dirinya dengan beragam
pengalaman hidup yang dimiliki orang lain, termasuk saya, anda, dan
juga mereka, kita semua memiliki kesempatan yang sama untuk mengukir
makna agar kehidupan menabjubkan. Dari orang lain kita bisa belajar
menjadi diri sendiri. Dari keperibadian yang berbeda kita bisa melihat
kehidupan dari kaca mata yang berbeda. Yang terpenting untuk kita
sadari, apakah kita siap untuk bertumbuh menjadi diri sendiri demi
kebahagiaan yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan teruntuk diri dan orang
lain tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain yang sesungguhnya
tidak mengenakkan bagi diri kita sampai saat ini?
Ada
hal lain yang harus kita tanamkan sejak dini agar tidak salah dalam
memahami, Selama ini kita begitu bingung dalam menempatkan diri dimata
orang lain, kita mengira menjadi orang lain akan membuat orang bahagia,
mungkin kita merasakan hidup demikian. Sesungguhnya bukan. Menjadi
orang lain tidak lain suatu kamuflase atau topeng yang kita kenakan
diwaktu-waktu tertentu saat berhadapan dengan orang yang berbeda-beda.
Tentu saja kebingungan terhadap diri sendiri semakin menampak nyata,
ini mengingatkan kita satu pesan sederhana; Jadilah diri sendiri
seutuhnya, seorang diri yang dipenuhi kasih sayang karena sesungguhnya
semua orang hidup dan tidak pernah lepas dari belaian kasih sayang.
Inilah kedamaian yang menghadirkan kebahagiaan saat menjadi diri
sendiri.
Kita sepenuhnya sadar
bahwa tidak semua orang akan menginginkan kita jika kita menjadi diri
sendiri, namun bukan itu alasan yang tepat untuk menjadikan kita
dipenuhi kebingungan dan kebimbangan serta penolakan diri tanpa suatu
alasan yang pasti, sejatinya menjadi diri yang dipenuhi kasih dalam
keseharian ditengah pentas kehidupan menjadikan hidup dipenuhi
kedamaian yang menyejukkan. Cacian dan makian akan manis rasanya dan
menjadi pelajaran berharga jika kita maknai dengan suatu prestise bagi
jiwa untuk terus memacu diri menjadi orang yang pantas menghadirkan
pelangi indah dihari esok. Tiadalah yang sempurna, namun kesempatan
bagi kita untuk bertumbuh dalam focus menuju sempurna sebagaimana yang
dituntun oleh tuhan dalam kitab sucinya.
Dicaci,
dimaki, dan atau tidak diterima oleh sebagian kecil orang adalah suatu
hal yang berlaku sejak dahulunya, para utusan Tuhanpun menerima
kehidupan yang demikian saat menebarkan ajaran suci tuhan, namun bukan
karena hal itu menjadikan ragam alasan untuk mereka menjadi sebagaimana
apa yang diceritrakan oleh orang yang dipenuhi kebencian dalam
hidupnya. Ini adalah suatu hal yang tidak bisa kita pungkiri akan
keberadaannya. Benar adanya jika tidak semua orang menginginkan kita,
namun menjadi diri sendiri adalah suatu pilihan yang membahagiakan.
Mengingatkan kita pada focus tujuan yang mendamaikan bahwa kita memang
pantas mendapatkannya.
Jangan
hanya karena satu orang yang memusuhi membuat kita sakit hati dan
mengharap diri yang berbeda sebagaimana yang diminta, cukuplah untuk
tidak membohongi diri, cukuplah untuk tidak berpaling dari apa yang
memang seharusnya ingin kita hadirkan bagi kehidupan diri yang dipenuhi
kasih. Tidakkah kita menyadari, boleh saja salah satu diantara sepuluh
orang sahabat memusuhi. Dengan menjadi diri sendiri akan menghadirkan
seribu orang sahabat yang selalu datang menyapa dengan kehangatannya.
Jangan sekali-kali membuat diri kita terfokus pada satu kesakitan yang
sesungguhnya kita bisa melewatinya dengan cita rasa bahagia dan
penerimaan diri apa adanya.
Kasih
untuk memberi, kasih untuk menerima, kasih dalam keseluruhan wajah
kehidupan untuk memupuk diri menjadi seorang yang tangguh saat
memperoklamirkan bahwa kita terlahir untuk menjadi diri sendiri.
Jalanilah dengan indah. Biarkanlah semuanya mengalir dengan apa adanya.
Indah untuk kita renungkan saat jiwa kembali kedalam rumahnya sendiri
yaitu kasih sayang bagi semua sebagaimana Tuhan memberikan kasih kepada
alam. Inilah sejatinya diri kita yang siap menjadi diri sendiri sepenuh
hati. Keep spirit for Our Life Better…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar